Sunday 16 October 2011

印尼华人 (21/1)

印尼华人 (21/1)


BERSIKAP HEMAT DAN MENOLONG SESAMA YANG MEMERLUKAN

Posted: 16 Oct 2011 06:35 AM PDT

Liu Yun dilahirkan di Caozhou Nanhua, yang sekarang adalah kabupaten Dongming Tenggara di Provinsi Shantong. Ia sangat ahli dalam pengelolaan keuangan. Selama pemerintahan Kaisar Suzong dan Daizong pada Dinasti Tang, ia memikul tanggung jawab penting seperti transportasi, pajak, garam dan baja, pengumpulan dana, dan hal lain yang berhubungan dengan usaha.

Selama masa pemerintahan Daizong, ia menempati posisi sebagai Perdana Menteri. Sebagai seorang pejabat penting pemerintah, yang memiliki kekuasaan terhadap seluruh hal keuangan, ia memang adalah seorang yang tidak dapat disuap dan jujur. Dia menghargai sikap hemat dan gemar menolong orang-orang yang memerlukan.

Suatu kali, pada pertengahan musim dingin, Liu Yun sedang dalam perjalanannya menuju pertemuan pagi para pejabat. Dia melihat beberapa toko menjual kue biji wijen di samping jalan dan memutuskan untuk membeli beberapa kue hangat untuk dimakan. Dia pergi kedalam satu toko kue tapi dengan cepat kembali ke luar lagi. Ketika pelayannya bertanya mengapa, ternyata toko kue tersebut mahal harganya. Pada akhirnya Liu Yun menemukan toko kue yang murah dan membeli kuenya di sana.

Pejabat lain dalam perjalanannya menuju pertemuan semua melewati toko kue yang murah tersebut. Ketika mereka melihat Perdana Menteri Liu Yun menggigit sesuatu pada kue biji wijen, mereka mengejeknya. Liu Yun hanya tersenyum dan berkata pada mereka bahwa kuenya enak.

Pelayannya sangat malu, tapi Liu Yun berkata, "Adalah suatu kebajikan untuk hidup hemat. Hanya dengan kehilangan kebajikanlah, baru seseorang dapat kehilangan statusnya, dan seorang yang berbudi akan selalu berhemat."

Pengamatan lainnya mengenai pakaian Liu Yun menunjukkan bahwa, dibawah jubah kerajaan untuk pejabat, dia hanya mengenakan sehelai kemeja katun sederhana, sementara pejabat lain semua memakai kain tenunan yang mahal dan halus menutupi tubuh mereka.

Rumah Liu Yun di Chang'an terletak di sebuah gang kecil pada bagian tenggara. Rumah tersebut terlihat seperti rumah biasa lainnya, tanpa langit-langit atau pilar yang berukir indah, menara atau kebun. Perabotannya tua, dan makanannya juga sangat sederhana. Ia tidak mempunyai banyak pelayan atau pembantu, dan istri serta anak-anaknya ikut mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Lui Yun sering berkata kepada orang lain, "Manusia memerlukan perlindungan, oleh karena itu tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang keindahan rumah. Makanan adalah untuk mengenyangkan perut, oleh karena itu tidak perlu mencemaskan soal jenis makanan. Menunggang kuda adalah untuk transportasi yang dapat diandalkan, jadi tidak ada yang perlu dicemaskan mengenai apakah kuda itu mempunyai bulu tengkuk yang indah."

Liu Yun sangat hemat, tetapi dia sangat gemar menolong orang lain. Sebagian besar penghasilannya digunakan untuk menolong orang-orang yang memerlukan. Banyak pelajar miskin mendapat bantuan keuangan darinya, sama seperti keluarga dan sahabatnya kurang beruntung.

Suatu hari Liu Yun berkunjung ke rumah seorang keluarga. Dia melihat pintu rumah tersebut tidak mempunyai sebuah tirai untuk menahan angin, oleh sebab itu ia secara diam-diam menyuruh pelayannya untuk mencatat ukuran pintu tersebut. Tidak lama kemudian, keluarganya tersebut menerima sebuah tirai yang baru. Bagi Liu Yun ini adalah episode yang khas. [Widya Wong / Pontianak / Tionghoanews]

ZE HAI ZHEN REN, DEWA PENENANG SAMUDERA

Posted: 16 Oct 2011 06:10 AM PDT

Ze Hai Zhen Ren [Cek Hay Cen Ren] dipuja dibeberapa klenteng di Jawa. Selain di klenteng Cek Hay Kung di Jalan Gurami Tegal, patungnya terdapat pula di klenteng Cin Tek Yen di Jakarta, Pekalongan (Klenteng Pao An Thian), Indramayu dan Semarang.
 
Khususnya di Semarang, Ze Hai Zhen Ren secara lazim disebut Guo Liuk Kwan [Kwee Lak Kwa], dipuja di klenteng milik keluarga Guo (Kwee) di Jalan Sebandaran (Klenteng Cek Hay Miaw - Kuil Penenang Samudera).
 
Guo Liuk Kwan digambarkan sebagai seorang Pejabat Tinggi yang berpakaian ala dinasti Han disertai dua orang pengiringnya. Salah satu dari dua pengiringnya itu, jelas seorang suku Jawa, dilihat dari corak pakaian dan ikat kepalanya.
 
Dari kisah yang beredar dari mulut ke mulut, disebutkan bahwa Guo Liuk Kwan adalah seorang utusan perdangangan Tiongkok yang datang ke Indonesia untuk melakukan kegiatan perekonomian. Oleh karena itu, ia sering melakukan perjalanan dari kota-kota di pesisir utara Jawa, yang dibantu oleh dua orang asistennya.
 
Suatu hari, dalam pelayarannya di sekitar pantai Tegal, beliau berhadapan dengan segerombolan bajak laut yang berusaha menaiki perahunya. Dengan wajah tenang, Guo meminta para pembajak bersabar, agar dia diperkenankan mandi dan berganti pakaian. Setelah selesai mandi dan berpakaian, Guo bersama kedua pegawainya turun ke darat meninggalkan perahunya. Sekonyong-konyong angin bertiup dengan dahsyatnya, dan ombak menggulung lenyap perahu beserta para pembajak yang tidak sempat melarikan diri. Sejak itu Guo beserta kedua pengiringnya lenyap.
 
Tetapi orang-orang dari beberapa tempat mengaku pernah bertemu dia pada waktu yang bersamaan. Karena hal-hal itulah mereka percaya bahwa Guo sesungguhnya adalah seorang yang sakti. Sebenarnya Guo adalah seorang Tao yang telah mencapai taraf cukup tinggi.
 
Para peneliti beranggapan bahwa Guo Liuk Kwan mungkin adalah salah satu tokoh dalam pemberontakan melawan VOC pada tahun 1741-1742 yang dikenal dengan sebutan "Perang China". Pasukan Tionghoa dipukul mundur oleh VOC lalu mundur ke Tegal. Dari Tegal mereka terus didesak. Dalam keadaan pasukan yang tercerai berai itulah Guo Liuk Kwan kemudian tidak tentu rimbanya.
 
Cerita lain mengatakan, bahwa Guo Liuk Kwan sempat tinggal di daerah Tegal, dia membantu rakyat setempat membangun daerah tersebut, dengan mengajarkan cara-cara bertani dan bernelayan. Pada masa tuanya, karena mengingat masa lalunya, beliau ingin mengenang kembali pelayarannya. Maka pada suatu hari ia pergi berlayar secara diam-diam dan kemudian tidak kembali lagi sejak itu.
 
Karena telah berjasa besar, masyarakat setempat menganggap beliau telah mendapatkan Tao-nya serta mencapai tingkat Cen Ren (Dewa), maka kemudian dibangunlah Cen Ren Miaw di Tegal untuk memuja dan mengenangnya.
 
Pada tahun 1837 bulan kedua Imlek seluruh bangunan diperbaiki dan direnovasi oleh Kapiten Tan Kun Hway dan sejak itu namanya berubah menjadi Cek Hay Kung. Salah satu klenteng Ze Hai Zhen Ren juga dibangun di Banjar oleh Tan Se Guan (putra Tan Kun Hway).
 
Selain itu untuk memperingati saat beliau pergi, setiap tahun dilakukan sebuah upacara untuk mengantar Ze Hai Zhen Ren ke pantai tempat dia pergi berlayar. Upacara sembahyangan tersebut dilakukan di pesisir pantai dengan menempatkan patung Ze Hai Zhen Ren menghadap ke arah laut. [Tiffanny Chen / Batam / Tionghoanews]

APA ITU KARMA ?

Posted: 16 Oct 2011 03:39 AM PDT

Karma mempunyai arti perbuatan atau juga dapat disebut hasil dari perbuatan itu sendiri. Seseorang yang terkena karma maka dia telah terkena akibat atau hasil perbuatannya di masa lampau atau disaat itu juga, entah berupa karma baik karena perbuatan baik atau karma jelek karena menyakiti atau merugikan orang lain.
 
Akan tetapi menurut pengertian karma, sesungguhnya kata karma berarti berbuat, lain tidak. Hal ini berhubungan dengan tujuan hidup manusia yang sebenarnya adalah mengerti, sesuai dengan filsafat timur.
 
Kesenangan bukan menjadi tujuan akhir, melainkan pengertian, sebab kesenangan tidak bersifat kekal. Hal itu merupakan sifat dari lahiriah saja.
 
Apabila manusia menjadi sadar bahwa kesenangan mempunyai batas-batas tertentu, maka segala yang menggirangkan atau menyulitkan akan lewat dengan tidak menggoncangkan jiwanya. Dari pengalaman tersebut maka akan dapat menimbulkan karakter.
 
Kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa watak atau karakter manusia diakibatkan dari pengalaman manusia itu sendiri. Tidak seorangpun manusia yang tiba-tiba menjadi orang yang besar tanpa adanya suatu usaha. Dari usaha tersebut manusia akan mendapatkan kepedihan, kesengsaraan, dll.
 
Dengan adanya kesengsaraan tersebut maka dapat dijadikan api untuk membangkitkan semangat juangnya, sehingga manusia akan terbawa oleh arus keinginan untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya.
 
Dari pengalaman serta kegetiran yang dialami manusia akan menimbulkan suatu pengertian. Tidak ada manusia yang tiba-tiba mengerti tanpa adanya suatu pengalaman. Jikalau seseorang berkata bahwa ia sudah mengerti, berarti pengertian itu sudah terbuka didalam dirinya.
 
Pengertian itu diibaratkan sebagai sebuah api yang berada didalam sebuah batu api yang akan melentik keluar apabila batu itu digosokkan. Hal yang demikian terdapat didalam diri manusia. Karena terlalu tebalnya lapisan-lapisan yang membungkus pengertian , maka banyak manusia tidak sadar atau tidak tobat sehingga tidak mengambil pelajaran dari apa yang dialaminya.
 
Pengertian itu akan terbuka sedikit demi sedikit sebab karma tetap berjalan menyusuri jalannya meskipun diperhatikan atau tidak diperhatikan sama sekali.
 
Jadi segala sesuatu yang kita kerjakan adalah suatu bentuk karma itu sendiri, sebab semua gerak-gerik kita baik secara lahir maupun batin meninggalkan bekas-bekas. Jadi pengaruh dari karma adalah tidak terkatakan besarnya.
 
Dari istilah karma, kita tahu tidak ada yang serba gratis didunia ini. Dalam hal ini karma yang akhirnya menentukan bagian-bagian yang layak diterima oleh manusia sesuai dengan perbuatannya. Apabila manusia mau berbuat ke-baikan tanpa memasalahkan kerugian atau keuntungan maka itulah yang disebut menjalankan karma dengan benar.
 
Karma mengajarkan kepada manusia supaya tidak berbuat jahat, berpura-pura baik namun sesungguhnya memendam suatu rancangan jahat. Pura-pura alim, berlaku malas, tidak senang bekerja serta berusaha dan iri terhadap apa yang telah dicapai oleh orang lain. Karma tidak mengajarkan demikian. Karma menganjurkan agar manusia bergerak dalam segala bidang sesuai dengan kemampuannya.
 
Setiap orang harus berusaha mencapai apa yang dicita-citakan. Akan tetapi dalam berbagai usaha kita harus dapat mengukur kekuatan yang ada. Kalau kita bekerja tanpa menghiraukan kekuatan sendiri maka bukan kebaikan yang akan dicapai tetapi kejelekan yang didapat. Sudah tentu manusia akan menjadi patah serta runtuh karena terlalu banyak yang dikerjakan sedangkan kekuatannya tidak mengijinkan untuk itu.
 
Kewajiban diri sendiri jangan disamakan dengan kewajiban orang lain. Jangan pula orang menjadi sok melakukan kewajiban orang lain yang bukan menjadi tanggung jawabnya.
 
Kita tidak boleh mempunyai pamrih atas apa yang telah kita lakukan dan kita tidak boleh membanggakan diri bahwa kita dermawan, padahal perbuatan kita dilandasi oleh suatu pamrih tertentu.
 
Kalau kita berbicara tentang karma maka kita tidak lepas dari apa yang dinamakan kewajiban. Kewajiban sendiri tentu berbeda-beda serta banyak sekali ragamnya. Sedang kewajiban kadang tidak mengenakkan, mau tidak mau harus dilakukan.
 
Hal demikian, kewajiban yang disertai dengan perintah akan tetapi kewajiban yang disertai dengan ikhlas menjadi lain adanya. Tanpa adanya hati yang tulus maka segala apa yang kita kerjakan akan menjadi macet ditengah jalan.
 
Kesadaran akan kewajiban yang dilakukan bahwa kita dituntut oleh kewajiban yang tidak bisa begitu saja kita tinggalkan walaupun itu amat berat sekali. Kewajiban yang beratpun akan menjadi amat ringan dan kita akan melakukan dengan dengan senang hati apabila disertai dengan cinta kasih sesama manusia serta kesadaran yang tinggi.
 
Jadi dengan adanya keterangan ini maka dapat disimpulkan bahwa latihan karma adalah latihan batin. Dapat dilakukan pada setiap saat dan dimana saja. Dengan mengendalikan hawa nafsu, berbuat baik serta mau menolong sesama tanpa pamrih maka kita telah menjalankan karma (Siu Tao). [Merry Huang / Menado / Tionghoanews]

PETANI YANG BAIK HATI !

Posted: 16 Oct 2011 02:18 AM PDT

Di suatu desa, hiduplah seorang petani yang sudah tua. Petani ini hidup seorang diri dan sangat miskin, pakaiannya penuh dengan tambalan dan rumahnya terbuat dari gubuk kayu. Musim dingin sudah tiba, Pak Petani tidak punya makanan , juga tidak mempunyai kayu bakar untuk menghangatkan diri, jadi hari ini Pak Petani hendak pergi ke pasar untuk mencari pekerjaan. Ketika keluar dari rumah, dilihatnya ada sebutir telur tergeletak diatas tanah bersalju.

Dengan hati-hati dipungutnya telur tersebut dan dibawanya ke dalam rumah. Pak Petani menyelimuti telur itu dengan kain lusuh dan meletakkannya di dalam kardus agar tetap hangat. Setelah itu dia pergi ke pasar untuk bekerja.

Pak Petani membuat telur itu menjadi hangat setiap hari sampai telur itu menetas. Ternyata telur itu adalah telur Burung Camar, mungkin induknya menjatuhkannya ketika hendak pindah ke tempat yang lebih hangat. Pak Petani merawat Burung Camar kecil itu dengan penuh kasih sayang. Dia selalu membagi setiap makanan yang diperolehnya dari bekerja di pasar. Ketika harus meninggalkan Burung Camar itu sendirian, Pak Petani akan meletakkannya di dalam kardus dan menyalakan perapian agar Burung Camar tetap hangat.

Hari-hari berlalu, Burung camar kecil tumbuh semakin besar. Pak Petani sadar, Burung Camar ini tidak selamanya akan tinggal bersama dirinya. Dengan berlinang air mata, Pak Petani melepaskan Burung Camar itu agar pergi ke selatan, ke tempat yang hangat.

Suatu hari, Pak Petani terbaring sakit karena kedinginan, dia tidak punya uang untuk membeli obat, kayu bakar dan makanan.

Tok…tok…..tok……., terdengar suara dari pintu rumah Pak Petani.

Ternyata Burung Camar itu kembali, diparuhnya terdapat benih tanaman.

Pak Petani heran Burung Camar itu masih mengingatnya, dibiarkannya Burung Camar itu masuk dan memberinya minum. Sambil memandang benih yang dibawa oleh burung Camar, Pak Petani bertanya-tanya… benih apakah ini ? dapatkah aku menanamnya di tengah musim dingin ini ? tanyanya dalam hati.

Burung Camar keluar dari rumah Pak Petani, membuat lubang di halaman rumah Pak Petani lalu menanam benih itu . Ketika hari menjelang senja Burung Camar itu pergi meninggalkan Pak Petani.

Esok harinya, keajaiban terjadi, benih yang ditanam Burung Camar tumbuh menjadi Pohon lengkap dengan buahnya hanya dalam sehari !!!! Pak Petani sangat terkejut melihatnya.

Karena lapar, Pak Petani memakan buah pohon itu. Ajaib, tubuhnya menjadi kuat dan dia tidak merasa sakit. Karena Keajaibannya, Pak Petani menamakan Pohon itu Pohon Dewa, karena buahnya dapat membuat Pak Petani menjadi sehat kembali.

Pak Petani merawat pohon itu dengan baik. Meskipun musim dingin, pohon itu terus berbuah dan tidak menjadi kering. Pak Petani menjual buah itu dan mendapatkan banyak uang.

Sekarang Pak Petani tidak lagi kedinginan dan kelaparan. Meskipun demikian , Pak Petani tetap murah hati, dia ingat bahwa apa yang diterimanya sekarang adalah buah dari ketulusannya menolong sesama makhluk hidup. [Vina Koh / Pangkal Pinang / Bangka / Tionghoanews]

BATU GIOK MAMPU MENJAGA KESEIMBANGAN

Posted: 15 Oct 2011 09:45 PM PDT

Batu giok masih menjadi daya tarik bagi warga Tionghoa. Selain sebagai aksesoris, keberadaan batu alam ini juga dipercaya memiliki kekuatan supranatural.

Tom, pebisnis batu akik dan giok di Mangga Dua mengatakan, sejauh ini batubatuan memang banyak peminatnya. ''Di antara mereka ada yang percaya kekuatan magicnya, ada juga yang nggak,'' ujarnya. Misalnya saja, giok Tiongkok yang dipercaya orang warga Tionghoa sebagai penyeimbang kekuatan antara Yin dan Yang.

Ini, karena pengaruh kekuatan alam, yang ada pada setiap batu-batuan. ''Meski sebagai perhiasan efek ini masih ada, hanya tinggal dikenakan saja, efeknya akan terasa,'' tambahnya.

Efeknya sangat terasa pada kesehatan. Diantaranya bisa mengatur suhu rubuh. Itu sebabnya giok digunakan untuk terapi kesehatan Tiongkok. Tak heran, giok Tiongkok memang batu yang cukup laris diburu pembeli di konternya. [Jeni Wang / Semarang / Tionghoanews]

LAGI ASYIK FOTO PREWED, TERNYATA ITU LOKASI PERANG

Posted: 15 Oct 2011 07:55 PM PDT

Lee Su dan suaminya Ming bermaksud untuk merayakan hari bahagia mereka dengan melakukan sesi foto yang unik di China. Namun, kegiatan yang seharusnya berlangsung dipenuhi kebahagiaan ini justru diganggu oleh sekelompok orang yang tengah berlatih perang.

Kedua calon pengantin ini memilih lokasi hutan sebagai sesi foto mereka. Pemilihan lokasi di hutan tentunya dianggap unik oleh keduanya. Tetapi saat mengambil foto, tiba-tiba saja datang sekumpulan pria yang berpakaian militer merangsek masuk.

Ternyata sekumpulan pemuda itu sedang bermain simulasi perang layaknya sebuah video game ternama Counter Strike. Alhasil, sesi foto di Taman Nasional, Nanjing, Provinsi Joangsu ini, berantakan.

"Satu waktu kami berada dalam suasana romantis dan bahagia, tetapi kemudian datang mereka yang berpakaian militer menyerang kami. Mereka menghancurkan semua rencana kami," ungkap Su seperti dikutip Xinhua, Sabtu (15/10/2011).

Melihat rencana sesi foto anaknya kacau balau, sang Ibu Yip Mei mengamuk dan mengusir para pemuda tersebut. Dirinya pun tak gentar melawan segerombolan pemuda itu dan menantang mereka.

"Mereka memang punya senjata, tetapi itu membuat saya takut. Mereka kabur saat saya berteriak ke arahnya," tegas Mei yang saat berusia 47 tahun. [Eleven Yang / shenzhen / China / Tionghoanews]

WARGA TIONGHOA RAYAKAN HARI SUCI DEWI KWAN IM

Posted: 15 Oct 2011 04:41 PM PDT

Ribuan orang warga Tionghoa datang ke KTM Resort untuk bersembahyang memperingati perayaan Hari Suci Dewi Kwan Im, Sabtu (15/10). Ribuan orang yang datang tidak hanya warga Batam, tetapi warga Tionghoa dari negara tetangga.

"Banyak warga  tionghoa dari Singapura, Malaysia, China dan beberapa orang dari negara Eropa," ujar Ng Djui Tjie, humas KTM Resort kepada wartawan disela-sela peringatan hari suci Dewi Kwan Im

Untuk dari dalam negeri, menurut Ng Djui Tjie, tidak hanya dari Batam, ada juga yang datang dari pulau luar seperti Tanjungpinang, Tanjungbatu, Tanjungbalai Karimun.

"Yang dari luar negeri selain orang tionghoa datang ke acara ini untuk belajar tentang budaya sekalian mengikuti ritual sembahyang Dewi Kwan Im," katanya.

Dari pantauan di lapangan, ribuan orang ini datang silih berganti mulai dari pukul 24.00 WIB dii hari. Dan secara bergantian, mereka memanjatkan doa di depan lokasi patung Dewi Kuan Im.

Daniel Ong, satu dari ribuan warga yang berdoa itu mengatakan kedatangannya ini untuk bersembahyang Dewi Kwan Im. Ia berdoa untuk mendoakan dirinya agar diberikan kemakmuran dan kesejahteraan.

"Lagi jalan-jalan. Sekalian saja sembahyan untuk Dewi Kwan Im," ujar warga negara Singapura ini.

Citro warga Jodoh juga mengatakan hal yang sama. Selain itu, ia datang ke KTM Resor untuk menikmati makan vegetarian. "Saya berdoa untuk keselamatan, kemakmuran dan perdamaian kota Batam serta negara Indonesia," katanya. [Tiffanny Chen / Batam / Tionghoanews]

No comments:

Post a Comment