Monday, 3 October 2011

印尼华人 (21/1)

印尼华人 (21/1)


WEI QING, SI ANAK HARAM MENJADI JENDERAL DINASTI HAN

Posted: 03 Oct 2011 05:06 AM PDT

Wei Qing adalah seorang jenderal pada masa Dinasti Han yang juga merupakan kerabat kekaisaran karena kakak tirinya, Permaisuri Wei Zifu adalah salah seorang permaisuri Kaisar Wu dari Han. Ia dan keponakannya, Huo Qubing, terkenal karena keberhasilannya dalam kampanye militer melawan suku barbar Xiongnu.

Wei Qing berasal dari latar belakang sederhana dan hubungan gelap kedua orang tuanya. Ayahnya, Zheng Ji, adalah seorang pejabat rendahan di Kabupaten Pingyang (sekarang Linfen, Shanxi). Ketika Zheng bertugas di kediaman Cao Shou, Marquis Pingyang dan istrinya, Putri Pingyang, ia terlibat hubungan asmara dengan seorang pelayan wanita bermarga Wei. Dari hubungan merekalah Wei Qing lahir. Sebagai anak haram, Wei muda seringkali dipandang rendah oleh ayah, ibu tiri dan saudara-saudara tirinya. Untuk menghidupi dirinya ia harus bekerja sebagai budak. Tidak tahan dengan perlakuan buruk keluarganya, ia melarikan diri ke ibu kandungnya dan bekerja sebagai penjaga kuda di kediaman sang marquis, tempat ayahnya pernah bekerja dulu.

Tahun 139 SM, Putri Pingyang menyerahkan seorang penari dan penyanyi bernama Wei Zifu (yang adalah kakak tiri Wei) kepada Kaisar Wu. Wei sendiri terpilih untuk menemani kakak tirinya itu ke istana kaisar dan disana ia dipekerjakan sebagai penjaga kuda. Persaingan di istana belakang yang kejam membuat Wei turut terseret dalam bahaya. Kehadiran Wei Zifu membangkitkan kemarahan Putri Liu Piao, ibu dari Permaisuri Chen Jiao (permaisuri pertama Kaisar Wu) yang menganggap Wei telah merebut hati sang kaisar sehingga putrinya kehilangan kasih sayang darinya. Putri Liu Piao memerintahkan orang-orangnya menculik dan membunuh Wei untuk pelampiasan atas kemarahannya. Ia luput dari maut berkat pertolongan temannya Gongsun Ao yang memimpin sekelompok penjaga kuda istana yang tiba tepat waktu pada detik-detik terakhir. Menanggapi insiden ini, Kaisar Wu, yang mulai tidak senang dengan Permaisuri Chen dan ibunya itu, memindahkan Wei ke Istana Jianzhang dan menjadikannya kepala pengurus rumah tangga di sana sehingga jauh dari jangkauan Putri Liu Piao. Ia juga menganugerahi Wei kekayaan berlimpah.

Setelah mengangkat status Wei, Kaisar Wu melihat potensi terpendam dalam dirinya. Ia yakin Wei memiliki prospek cerah sebagai pemimpin militer yang handal karena ia mahir memanah dan menunggangi kuda, ia juga seorang yang pemberani dan berjiwa pemimpin serta mampu memenangkan simpati dan kesetiaan dari bawahan. Kaisar pun akhirnya mengangkatnya sebagai penasihat terdekatnya selama beberapa tahun ke depan untuk membantu mengukuhkan tahtanya.

Tahun 129 SM, suku Xiongnu menyerbu pos militer Shanggu (sekarang Zhangjiakou, Hebei). Kaisar Wu menugaskan Wei Qing, Gongsun Ao, Gongsun He, dan Li Guang untuk menghalau suku barbar itu. Masing-masing dari mereka memimpin 10.000 prajurit. Dalam sebuah pertempuran, Gongsun Ao dan Li Guang menderita kekalahan besar, sementara Gongsun He gagal menyambut serangan musuh. Di sinilah untuk pertama kalinya Wei menunjukkan diri sebagai jenderal yang tangguh. Ia memimpin pasukannya menyerang situs keramat Xiongnu di Longcheng dan berhasil membunuh 700 prajurit Xiongnu yang menjaga tempat itu. Kemenangan ini adalah kemenangan besar pertama Dinasti Han terhadap Xiongnu. Atas prestasinya, Wei mendapat kenaikan pangkat dan gelar kebangsawanan. Pada tahun berikutnya, ia kembali meraih kemenangan yang lebih besar, kali ini ia berhasil membunuh ribuan prajurit Xiongnu.

Tahun 127 SM, Wei meraih kemenangan gemilang berikutnya dengan mengalahkan dua bangsawan Xiongnu yaitu Pangeran Loufan dan Pangeran Baiyang. Dengan cerdik ia memperdayai dan mengepung pasukan Xiongnu, ribuan prajurit Xiongnu berhasil dibunuh dan lebih dari sejuta ternak mereka dirampas. Pasukan Han berhasil merebut kembali daerah-daerah yang sebelumnya diduduki lawan dan memukul mundur Xiongnu dari daerah Hetao (sekarang di bagian barat Mongolia Dalam) yang subur. Bagi bangsa Xiongnu kehilangan ini merupakan pukulan yang kuat bagi perekonomian mereka. Ia membangun sebuah kota yang dinamai Shuofang, kota inilah yang kelak menjadi basis pasukan Han untuk melakukan operasi militer offensif maupun defensif terhadap Xiongnu pada masa-masa berikutnya. Atas jasanya ini, Wei dianugerahi gelar Marquis Changping, orang-orang kepercayaannya seperti Su Jian (ayah patriot besar Su Wu) dan Zhang Cigong juga mendapat gelar marquis.

Tahun 124 SM, Pangeran Youxian dari Xiongnu melakukan penyerbuan terhadap Kota Shuofang. Wei dan beberapa jenderal lainnya mengejutkan mereka dengan melakukan serangan malam ke perkemahan utama musuh. Pangeran Youxian yang tertidur karena mabuk lari terbirit-birit bersama seorang selirnya, sementara 15.000 orang-orangnya termasuk beberapa pangeran dan bangsawan serta sejumlah besar ternak berhasil ditawan oleh pasukan Han. Dalam pertempuran ini keponakan Wei, Huo Qubing, yang bekerja langsung di bawah komandonya, menunjukkan keperkasaannya di medan perang. Atas kemenangannya kali ini, kaisar mengangkat Wei sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata. Ketiga putranya, Wei Kang, Wei Buyi, dan Wei Deng juga dianugerahi gelar marquis, namun belakangan Wei menolak pengangkatan ini karena berbau nepotisme. Tujuh perwira di bawah komandonya pun turut mendapat gelar kebangsawanan.

Namun, dalam pertempuran tahun 123 SM, Wei mendapat hasil yang kurang memuaskan. Pada awal pertempuran memang pasukan Han berhasil membunuh dan menawan ribuan orang Xiongnu, namun pasukan pelopornya yang dikomandani oleh Jenderal Su Jian dan Zhao Xin terjebak dan dikepung oleh pasukan Xiongnu yang dipimpin langsung oleh kepala sukunya, Yizhixie, dan hampir seluruhnya binasa. Zhao membelot sementara Su berhasil lolos seorang diri setelah mati-matian menerobos kepungan dan kehilangan orang-orangnya. Banyak orang yang mendesak Wei agar Su dihukum mati setelah diadili di pengadilan militer untuk menegaskan kewibawaannya, namun disini Wei justru menunjukkan kemurahan hatinya dengan memberi pengampunan terhadap Su.

Walaupun telah memperoleh kemuliaan dan kekuasaan, Wei tetap menjaga sikapnya yang rendah hati. Sebagai orang yang dekat dengan kaisar, banyak pejabat istana yang menjilat padanya kecuali seorang menteri bernama Ji An yang bersikap biasa padanya seperti pada yang lain. Wei sangat terkesan dengan integritas Ji dan menaruh respek padanya, ia bahkan tidak segan meminta nasihat Ji mengenai masalah-masalah penting. Sepanjang kariernya, Wei tidak pernah menyewa sarjana atau kaum terpelajar untuk membuat sajak atau lagu yang memuja-mujanya atau menciptakan opini publik positif tentang dirinya. Ia tetap menjaga karakternya yang bersahaja. Ternyata selain mengundang simpati dan kekaguman, nama besar Wei juga menimbulkan iri hati dan permusuhan bagi sebagian orang, terutama lawan politiknya, misalnya, Liu An, Pangeran Huainan (paman Kaisar Wu), yang sudah lama menyimpan ambisi untuk melakukan kudeta dan merebut kekuasaan, baginya Wei adalah duri dalam daging yang harus disingkirkan sesegera mungkin.

Tahun 119 SM, Wei memimpin pasukannya dalam Pertempuran Mobei yang sukses sekaligus menorehkan sedikit noda dalam kariernya karena secara tidak langsung menyebabkan kematian Jenderal Li Guang. Saat itu Kaisar Wu mengirim Wei dan Huo memimpin pasukan inti kekaisaran untuk melakukan penyerbuan ke jantung pasukan Xiongnu di wilayah utara Gurun Gobi. Wei membawahi empat jenderal lainnya, yaitu Li, Gongsun He, Zhao Yiji dan Cao Xiang. Sebelumnya, Kaisar Wu telah berjanji pada Li bahwa ia akan diberi tugas memimpin divisi terdepan, namun kaisar juga diam-diam berpesan pada Wei agar tidak memberi tugas penting pada Li karena pada pertempuran sebelumnya Li pernah mengalami beberapa kali kekalahan sehingga dianggap pembawa sial. Begitu tiba di Gurun Gobi, Wei menggabungkan pasukan Li dan Zhao lalu memerintahkan keduanya untuk mengambil rute timur melalui wilayah yang tandus. Menurut sejarawan Sima Qian, Wei melakukan hal ini untuk memberi kesempatan pada sahabatnya, Gongsun Ao, yang sebelumnya dicabut gelarnya karena melakukan kesalahan, untuk memperbaiki reputasinya dengan memenangkan pertempuran.

Wei sendiri sibuk menghadapi serangan dadakan dari pasukan inti Yizhixie yang telah menunggu dan mengantisipasi serbuan pasukan Han. Walaupun kalah jumlah dan kelelahan akibat perjalanan jauh, Wei mampu mengibangi serangan kavaleri musuh dengan pemanah-pemanah yang berlindung di balik kereta perang berlapis baja yang diatur dalam formasi melingkar serta diperkuat bala bantuan kavaleri. Strategi bertahan dari serbuan kavaleri ini dianggap paling efektif oleh para pakar strategi Tiongkok pada generasi mendatang, termasuk Jenderal Yue Fei dari Dinasti Song. Pada akhir pertempuran, Wei memanfaatkan kesempatan selagi badai pasir yang mengaburkan pandangan untuk memecah kepungan dan menyerbu musuh dari dua arah dengan pasukan kavaleri. Serangan balasan ini berhasil membuyarkan formasi pasukan Xiongnu, Yizhixie hampir tertangkap dan kehilangan sebagian besar pasukannya. Lebih dari 10.000 orang Xiongnu tewas dalam pertempuran itu. Pasukan Han terus maju hingga ke wilayah yang sekarang menjadi Ulan Bator, mereka menghancurkan Kastil Zhao Xin, pertahanan Xiongnu sebelum akhirnya kembali membawa kemenangan. Jumlah total orang Xiongnu yang tewas mencapai sekitar 30.000. Yizhixie kabur bersama sejumlah kecil pasukannya dan kehilangan komunikasi dengan sukunya. Ia tidak pernah kembali lagi hingga keluarganya akhirnya mengumumkan kematiannya dan mengangkat kepala suku baru. Kemenangan ini memberi hasil yang sangat signifikan bagi kekaisaran Han. Sejak itu Xiongnu semakin melemah dan terisolir ke daerah yang tandus, hal ini menyebabkan populasi mereka menurun drastis sehingga tidak memungkinkan untuk menyerbu daratan tengah selama beberapa dekade ke depan. Tidak pernah ada lagi gangguan besar yang ditimbulkan bangsa Xiongnu hingga 400 tahun kemudian semasa pemerintahan Dinasti Jin.

Sementara itu Li dan Zhao tersesat di gurun akibat badai sehingga terlambat sampai di medan perang. Setelah perang berakhir, keduanya dihadapkan pada pengadilan militer atas dakwaan gagal menjalankan perintah. Li merasa terhina atas tuduhan itu dan frustasi karena kehilangan kesempatan untuk meraih kemengan, ia lebih memilih mengakhiri hidupnya daripada menghadapi pengadilan. Salah seorang putra Li bernama Li Gan berusaha membalas dendam pada Wei, ia menerobos ke dalam rumahnya dan menyerangnya, namun hanya berhasil melukainya. Li Gan sendiri akhirnya dibunuh oleh Huo Qubing yang turun tangan membantu pamannya. Banyak pihak mempersalahkan Wei atas insiden ini, termasuk sejarawan Sima Qian.

Setelah tahun 119 SM, Wei semakin jarang terjun dalam pertempuran, ia lebih banyak tinggal di ibukota Chang'an untuk memberi masukan pada kaisar mengenai masalah militer maupun politik dalam kapasitasnya sebagai menteri pertahanan. Ia juga membantu keponakannya, Putra Mahkota Liu Ju mengurus masalah kenegaraan saat Kaisar Wu sedang mengadakan kunjungan resmi ke berbagai daerah.

Wei menghembuskan napas terakhir pada tahun 108 SM. Sebuah makam yang megah dibangun untuknya menurut model Gunung Lu, sebuah wilayah pegunungan milik Xiongnu yang berhasil direbut pasukan Han. Lorong makamnya saling berhubungan dengan makam sepupunya, Huo Qubing, yang telah wafat mendahuluinya tahun 117 SM. Kelak Kaisar Wu pun dimakamkan di wilayah ini. Tak lama setelah ia meninggal, keluarganya terlibat dalam intrik politik yang berujung malapetaka. Tahun 91 SM, Putra Mahkota Liu Ju melakukan pemberontakan terhadap ayahnya karena ingin membela ibunya, Permaisuri Wei Zifu, yang mulai kehilangan kasih sayang sang kaisar yang mulai berpindah ke lain hati. Dalam kekalahannya, Liu Ju melakukan bunuh diri. Permaisuri Wei juga melakukan hal yang sama setelah mendengar berita kematian putranya. Hampir seluruh anggota keluarga Wei dibantai dalam huru-hara ini kecuali putra bungsunya, Wei Deng, dan cicit keponakannya, Liu Bingyi, yang kelak menjadi Kaisar Xuan dari Han. [Rosvina Ang / Palu / Sulteng / Tionghoanews]

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

DERMAWAN MISTERIUS TINGGALKAN UANG DI TOILET UMUM

Posted: 03 Oct 2011 04:56 AM PDT

Uang sebesar 10 juta yen atau setara 1,7 milyar ditinggalkan seorang dermawan yang tidak mau diketahui identitasnya pada sebuah toilet umum untuk penyandang cacat pada pusat perbelanjaan di Sakado, Jepang.

Uang terbungkus tas plastik tersebut ditemukan pada 22 September lalu.

Tumpukan uang ini disertai tulisan pesan yang berbunyi, "Saya sebatang kara. Saya tidak mempunyai masa depan jadi biarkan warga Tohuku menggunakan uang ini."

Tohuku adalah wilayah Jepang bagian utara yang diguncang gempa bumi dan tsunami Maret silam.

Para pejabat Sakado mengatakan gerak-gerik dermawan tersebut tidak terdeteksi.

"Tidak ada saksi mata dalam peristiwa ini dan kita tidak bisa mereka-reka orang seperti apa yang melakukan ini," ujar juru bicara pemerintah daerah Sakado, Masumi Sekiguchi seperti dilansir BBC.

Dia menambahkan pihak berwenang betul-betul terkejut dan berterima kasih atas kebaikan hati dermawan misterius tersebut.

Mereka berencana menyerahkan uang tersebut kepada Palang Merah Jepang bila tidak ada yang mengaku dalam waktu tiga bulan. [Veronica Lim / Bogor / Tionghoanews]

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

TIE XUAN, SANG JENDERAL TERKENAL DI AWAL DINASTI MING

Posted: 03 Oct 2011 04:42 AM PDT

Tie Xuan (1366-1402) adalah seorang jenderal pada awal Dinasti Ming yang terkenal akan kesetiaannya yang tak tergoyahkan pada Kaisar Jianwen. Setelah Jianwen digulingkan oleh pamannya, Zhu Di, ia ditangkap dan dihukum mati.

Tie Xuan dilahirkan di Dengzhou (sekarang Kabupaten Deng, Provinsi Henan), ia berdarah Asia Tengah dan suku Hui, keluarganya adalah warga negara kelas dua pada masa Dinasti Yuan sebagaimana klasifikasi sosial pada masa itu dimana bangsa Mongol adalah warga negara kelas satu, disusul bangsa-bangsa lain dari wilayah taklukan Mongol selain Tiongkok dan bangsa Han sebagai warga negara kelas bawah. Tie lulus dari akademi kekaisaran pada masa pemerintahan Kaisar Hongwu (Zhu Yuanzhang), setelah lulus ia bekerja di wisma komandan militer. Ia selalu menjalankan tugasnya dengan efektif dan penuh disiplin sehingga kaisar pun memberinya nama kehormatan Dingshi sebagai penghargaan kepadanya.

Kaisar Hongwu mangkat pada tahun 1398 dan digantikan oleh cucunya, Zhu Yunwen, yang naik tahta sebagai Kaisar Jianwen. Pada awal pemerintahan Jianwen, Tie diangkat sebagai pejabat untuk urusan logistik militer di Shandong. Tahun 1399, paman kaisar, Zhu Di, Pangeran Yan, memulai pemberontakan di Beiping (sekarang Beijing), peristiwa ini dikenal dalam sejarah dengan nama Insiden Jingnan. Tahun berikutnya kota Jinan, Shandong dikepung oleh pasukan Zhu Di. Tie Xuan beserta pasukan dan rakyat Jinan bertahan mati-matian selama tiga bulan lamanya. Ketika Zhu Di membujuk Tie untuk menyerah, ia berpura-pura menyetujui tawaran itu. Diam-diam ia menyuruh pasukannya memasang jebakan berupa balok pendobrak yang diikatkan diatas gerbang kota. Saat Zhu memasuki kota untuk menerima penyerahan diri Tie, tali yang mengikat balok itu dilepas, namun sayangnya tidak mengenai sasaran dan Zhu Di berhasil lolos.

Zhu Di yang murka karena nyawanya hampir saja melayang menghujani Jinan dengan serangan artileri. Serangan itu baru berhenti ketika Tie memerintahkan lukisan kaisar terdahulu digantungkan di atas tembok kota. Zhu Di yang melihat lukisan itu tergantung disana segera memerintahakan tembakan dihentikan agar tidak merusaknya. Untuk menghindari pertempuran berlarut-larut, Zhu Di menarik mundur pasukannya dan kembali ke Beiping, dengan demikian Jinan pun terbebas dari kepungan. Karena kemenangannya itu, Tie mendapat promosi jabatan sebagai menteri perang. Ia bekerjasama dengan Jenderal Sheng Yong menangkis serbuan Zhu Di berikutnya. Dalam pertempuran di Dongchang (sekarang Liaocheng, Shandong), mereka berhasil mengalahkan pasukan pemberontak, kerusakan di pihak musuh mencapai puluhan ribu jiwa, termasuk komandannya, Jenderal Zhang Yu.

Pada awal tahun 1402, Zhu Di kembali memimpin pasukannya ke selatan. Kali ini ia mengambil rute memutar ke selatan untuk menghindari Jinan yang dijaga oleh Tie. Ia berhasil mengalahkan Sheng Yong dan membantai pasukannya. Pasukannya terus maju dan mengalahkan Wu Jie, jenderal lain yang setia pada Kaisar Jianwen sebelum akhirnya tiba di ibukota Nanjing. Istana kekaisaran dilalap api dan Jianwen dinyatakan tewas dalam kebakaran itu walau hingga saat ini nasibnya masih misterius. Tie Xuan masih melanjutkan perlawanannya hingga akhirnya pasukannya kalah dan ia sendiri tertangkap. Ketika dihadapkan pada Zhu Di yang kini telah menjadi kaisar, ia duduk dengan membelakanginya. Zhu Di yang marah atas kelancangannya memerintahkan hidung dan telinga Tie dipotong dan direbus, lalu dijejalkan ke mulutnya dan dipaksa untuk memakannya. "Bagaimana? enak tidak?" tanya Zhu mengejeknya. Tie menjawab, "Daging pejabat yang setia bagaimana mungkin tidak enak ?" Akhirnya Zhu Di memerintahkan tubuhnya dicincang dan dilemparkan ke dalam minyak panas. Hingga saat-saat terakhirnya Tie terus memaki Zhu Di sebagai pengkhianat tidak tahu malu yang merebut tahta. Istri Tie, Nyonya Yang beserta kedua putrinya dijual ke rumah bordil dan dijadikan pelacur, sedangkan kedua putranya dijadikan budak. Salah seorang pangeran dari Dinasti Ming Selatan, Pangeran Fu (Zhu Yousong) yang terkesan pada kesetiaannya menganugerahinya gelar anumerta Zhongxiang. Pada tahun 1792, rakyat Jinan mendirikan sebuah kuil di tepi Danau Daming untuk memperingati jasa-jasanya, kuil itu masih berdiri hingga kini dan menjadi salah satu objek wisata disana. [Merry Huang / Menado / Tionghoanews]

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

HAL YANG HARUS ANDA KETAHUI TENTANG PASANGAN ANDA

Posted: 03 Oct 2011 04:03 AM PDT

Dalam hubungan baru, kedua pihak mungkin merasa cemas tentang menanyakan pertanyaan yang tepat pada pasangan mereka. Seorang pria khususnya mungkin tidak mengerti apa yang dia perlu tahu tentang pacarnya. Beberapa topik diskusi tampaknya tabu namun penting untuk kemajuan dan keberhasilan masa depan hubungan. Pria dapat proaktif dalam hubungan dengan mengatasi kebutuhan dan kekhawatiran pacarnya.

* Harapan Orangtua

Harapan orang tua sering memiliki implikasi yang signifikan dalam hubungan baru. Beberapa keluarga mengharapkan si pria untuk bertemu dengan keluarga wanita pertama kali sebelum setiap hubungan serius. Orang tua tertentu juga tidak dapat menyetujui hubungan seksual, menginap di rumah pacar atau teman sang pacar. Pria harus mengambil inisiatif untuk berbicara dengan pacarnya tentang orangtuanya, hal ini memungkinkan dia tahu apa yang diharapkan dan juga menyiratkan minat dalam bertemu dengan orangtua pacarnya.

* Periode Menstruasi

Meskipun periode bulanannya memiliki implikasi seksual yang jelas, motivasi untuk mengetahui waktunya tidak selalu tentang seksual; periode bulanan juga mewakili perubahan suasana hati dan tanggal yang signifikan ketika pria harus sangat sensitif terhadap pacarnya. Pria harus menanyakan ini dengan cara yang ramah dan ringan, menekankan kepentingan gadisnya.

* Hubungan masa lalu

Sebuah langkah penting untuk menjadi serius adalah terbuka tentang hubungan masa lalu. Ini harus menyertakan beberapa rincian tentang pasangan sebelumnya dan sebab putusnya. Terutama putus yang tidak baik harus dimasukkan dengan hati-hati, diskusi harus menekankan alasan mengapa ia putus hubungan dan bagaimana hubungan ini berbeda dari itu. Memiliki pengetahuan ini menanamkan kepercayaan pada pasangan dan merupakan kemauan untuk bergerak dari hubungan sebelumnya.

* Preferensi Agama / Politik

Preferensi keagamaan dan politik mungkin menjadi diskusi pertama yang signifikan. Ini adalah daerah kontroversial di mana orang yang berbeda dapat memiliki keyakinan yang sepenuhnya kontras. Pria harus memulai sebuah diskusi tentang topik ini dengan pikiran terbuka; ini termasuk mendengarkan pendapat pacar dan keyakinan dan menerima logikanya. Selain itu, preferensi agama mungkin memiliki implikasi untuk hubungan serius atau pernikahan. Diskusi-diskusi ini harus diadakan relatif di awal hubungan untuk menghindari komplikasi selanjutnya. [Yenny Jie / Palangkaraya / Tionghoanews]

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

DEMI SUAMI, AKU JUAL SEPARUH GINJALKU !

Posted: 03 Oct 2011 03:54 AM PDT

Story: Tak terasa perjalanan rumah tangga kami sudah berjalan lebih dari dua belas tahun, tiga orang buah hati juga telah menghiasi dan melengkapi bahtera rumah tangga ini. seperti juga keluarga lainnya,  kebahagaiaan, rintangan dan pertentangan yang menimbulkan pertengkaran, juga kerap terjadi dalam perkawinan kami, dan itu semua bisa kami lewati dengan segala usaha dan daya agar perkawinan ini bisa bertahan sampai akhir hayat kami.

Sebut saja namaku Luken (bukan nama sebenarnya), aku adalah seorang guru Sekolah Dasar di Bogor, Jawa Barat. Sebelumnya, suamiku sebut saja namanya Bardi (bukan nama sebenarnya) bekerja sebagai sopir di sebuah industi di kawasan Karawang, Jawa barat. Dan hanya pulang kerumah tiga kali dalam seminggu karena jarak yang cukup jauh dari rumah ke tempat pekerjaan.

Lantaran hal tersebut, aku sebagai istrinya tak bisa mengetahui secara pasti apa saja kegiatannya saat pekerjaannya selesai. Terus terang, sedikit banyak aku merasa risau, apalagi banyak mitos yang menyebutkan bahwa profesi sopir biasanya memilki banyak godaan, khususnya godaan perempuan. Dulu, sebelum bekerja sebagai sopir, ia pernah tergoda dengan seorang janda beranak satu, padahal saat itu aku tengah mengadung anak keduaku.

Setengah tahun lamanya aku berusaha untuk tetap sabar menghadapi cobaan hidup yang memilukan, dan  untuk itu aku harus mengorbankan hak-hakku sebagai seorang istri. Aku harus tetap bekerja unutk mencukupi kebutuhan hidup kami. Sementara Bardi, kerjanya cuma nongkrong di rumah ajnda itu, pergi pagi hari dan pulang larut malam tanpa sedikitpun memberi uang belanja untuk aku, bahkan ia kerap meminta uang kepadaku.

Yang membuat hatiku bertambah pedih, Bardi kerap membawa Rio anak si janda yang masih balita itu ke rumah. Setiap hari Bardi juga membawa pulang motor milik janda tersebut. Padahal aku sudah mengingatkan Bardi agar tak membawa kendaraan tersebut ke rumah, karena sangat beresiko. Tapi Bardi malah memaki aku, "Kamu ini bego ya, suami pulang bawa motor bukannya senang kok malah takut, emang kamu bisa beli motor sendiri? udahlah jangan banyak laga,"

Bardi juga sering membanding-bandingkan Heri (bukan nama sebenarnya) anak pertamaku dengan anak janda itu. Ia bilang Rio yang seharusnya jadi anak kami, bukannya Heri yang kerap sakit-sakitan dan selalu menyusahkan. "Heri itu anak kita mas, lagipula yang selama ini mengurus Heri bukan kamu, aku yang setiap hari memberinya makan, mengasuhnya, mengantarnya ke sekolah, memberinya uang jajan. Apa kamu pernah melakukan hal itu sekali saja, belum pernahkan?" kataku saat itu.

Jika mengingat hal itu, air mata ini tak bisa lagi kubendung. Betapa perih hatiku ketika aku menyaksikan Heri merengek meminta ayahnya untuk berkeliling dengan motor yang kerap ia bawa, tetapi Bardi tak pernah mengacuhkannya, Heri cuma bisa menatap ayahnya dengan pandangan mata penuh harap dan menangis ketika melihat ayahnya pergi bersama Rio.

Begitulah kehidupanku, cobaan dan godaan datang silih berganti, sampai suatu ketika kekhawatiranku selama ini akhirnya terjadi juga. Motor yang kerap ia pakai untuk berkeliling dan bergaya hilang digondol pencuri. Si janda menuduh suamiku sengaja menjual motor tersebut. Ia tak perduli dengan keterangan yang dilontarkan Bardi. Ia juga mengancam akan melaporkan hal itu kepada polisi jika kami tak bisa menggantinya.

Ya Tuhan, dari mana uang pengganti itu bisa aku dapatkan, aku memang bekerja, memiliki sedikit simpanan, tapi itu semua untuk keperluan kami sehari-hari. Sementara Bardi saat itu cuma bisa termenung. Untuk meminta bantuan orang tuannya jelas ia tak berani, karena orang tuannya terlanjur mencapnya sebagai anak yang durhaka yang tak pernah mau mengikuti nasihat keluarga.

Keluarganya malah menyarankan aku untuk tak mengganti motor yang hilang tersebut, "Buat apa diganti Ken, biar aja dia di penjara, biar dia tau rasa. Dari dulu dinasehati tapi nggak pernah mau nurut," sungut ayah Bardi. Tetapi Bardi tetaplah suamiku, ayah dari anakku, aku tak ingin kedua anakku kelak tahu ayahnya pernah masuk penjara, "Tidak, aku tidak mau hal itu terjadi," rutukku dalam hati.

Dan akhirnya aku memang bisa menggantinya dengan motor baru, dengan jerih payahku sendiri, dengan menghabiskan seluruh uang simpanan yang aku miliki. Dan sampai saat ini tak seorangpun tahu, termasuk suamiku sendiri jika uang yang kudapatkan itu adalah dengan menjual separuh ginjalku kepada seseorang yang membutuhkan. Biarlah hal itu menjadi rahasiaku sendiri, demi suami dan keutuhan rumah tanggaku juga demi nama baik keluargaku.

Aku berharap Bardi bisa mengambil hikmah dari peristiwa itu dan sadar sepenuhnya bahwa ia memiliki keluarga yang memperhatikannya, membutuhkan kasih sayangnya, membutuhkan kehadirannya. Dan mudah-mudahan kerisauanku saat ini tak pernah menjadi kenyataan, mudah-mudahan Bardi tak lagi tergoda dengan hal-hal yang membuatnya bisa kembali terjebak dalam kemaksiatan. [Vivi Tan / Jakarta / Tionghoanews]

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

SENI RAMBUT LEGENDARIS DINASTI QING

Posted: 03 Oct 2011 03:36 AM PDT

Luas wilayah Dinasti Qing pada masa puncaknya pernah mencapai 12 juta kilometer persegi. Pada akhir abad ke-16, Ketsaran Rusia mengadakan ekspansi ke timur. Pada waktu tentara Dinasti Qing menyerbu masuk ke pedalaman, pasukan Ketsaran Rusia dengan menggunakan kesempatan itu menduduki Yaksa dan Nibuchu. Pemerintah Dinasti Qing berkali-kali menuntut agresor Ketsaran Rusia menarik diri dari wilayah Tiongkok.

Tahun 1685 dan 1686, Kaisar Kangxi memerintahkan tentara Dinasti Qing dua kali menyerbu pasukan Ketsaran Rusia di Yaksa. Ketentaraan Rusia terpaksa menyetujui mengadakan perundingan untuk menyelesaikan masalah perbatasan sektor timur Tiongkok-Rusia. Tahun 1689, wakil-wakil Tiongkok dan Rusia mengadakan perundingan di Nichersink. Dan secara resmi menandatangani perjanjian perbatasan pertama, yaitu Perjanjian Nibuchu.

Dalam pemerintahan Dinasti Qing mempunyai kebudayaan yang unik, yang mana kebudayaan tersebut mengikuti kebudayaan masyarakat Manchu. Masyarakat Manchu memiliki gaya rambut yang istimewa. Mereka menggunting semua rambut di bagian depan kepala dan menjadikan rambut di bagian belakang kepala sebagai tocang yang panjang. Akan tetapi hal tersebut menjadi sebuah perdebatan, karena hal tersebut sangatlah menghina bangsa Han, yang mana bangsa mereka sangatlah menjunjung atau menganggap bahwa rambut adalah suatu turunan dari leluhur yang memang patut untuk dilestarikan.

Dalam hal arsitektur, pemerintahan Qing pada umumnya mewarisi tradisi dari Dinasti Ming, yang mana mereka beranggapan bahwa bangunan adalah sesuatu hal yang penting dalam teknologi pembinaan dan kemegahannya. Beijing, ibunegara Dinasti Qing telah memelihara pada asasnya keadaan asalnya daripada Dinasti Ming. Di dalam kota terdapat 20 buah gerbang yang tinggi dan megah, gerbang yang paling megah ialah Gerbang Zhengyang di dalam kota. Istana diraja Dinasti Ming telah digunakan terus oleh Raja Dinasti Qing, sehingga raja Dinasti Qing telah membina besar-besaran taman diraja antaranya Taman Yuanmingyuan dan Taman Yihe.
Rumah seorang pedagang Qing, Hanzou

Dalam periode tersebut, pembinaan Cina juga telah menggunakan kaca dari luar negara. Selain itu, rumah penduduk yang bergaya bebas dan beraneka ragam telah banyak digunakan. Bangunan Agama Budhha Tibet yang bergaya unik telah banyak digunakan dalam period tersebut. Bahkan bangunan kuil telah mereka perbarui. Mereka telah menciptakan seni bangunan yang beraneka ragam, contohnya adalah bangunan Kuil Yonghe dan beberapa kuil agama Budha Tibet yang digunakan di Chengde, Provinsi Hebei Cina. Pada periode akhir Dinasti Qing, bangunan yang dibina dengan seni bina Cina dengan barat juga telah digunakan di Cina.

Dinasti Qing juga mengadopsi cara-cara dari dinasti Ming terutama anutan Konghucu. Walaupun pada awalnya pembauran antara bangsa Han dan Man dilarang demi untuk mempertahankan budaya dan ciri bangsa Manchu, pada akhir abad ke 19 bangsa Manchu sudah sangat membaur dengan bangsa Han dan kehilangan banyak identitas mereka, contohnya bahasa Manchu yang lama kelamaan digantikan hampir sepenuhnya dengan bahasa Mandarin, bahkan dalam lingkungan keluarga kerajaan.

Bahkan pakaian Cina tradisional atau yang sering disebut Hanfu, juga digantikan dengan pakaian gaya Manchu, yaitu Qipao (pakaian akar panji panji) dan Tangzhuang. Budaya tersebut harus diikuti oleh rakyat Cina. Dan apabila ada rakyat Cina yang tidak menggunakannya maka akan dikenakan hukuman. Dan hukuman bagi yang tidak mematuhi undang-undang itu adalah hukuman mati. [Siao Wei / Tanjung Pinang / Tionghoanews]

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

SEMUA ORANG ADALAH ANAK SAYA

Posted: 03 Oct 2011 01:59 AM PDT

Saat membaca judul artikel "Orang tua juga adalah anak kita", sebagian besar orang akan merasakan ini tidak sesuai, karena sepertinya kurang menghormati orang tua.

Sebenarnya hal ini justru membahas sikap hati para anak terhadap orang tua "pada tahap akhir di usia senja". Bagaimana harus menyesuaikan dari sudut pandang lain, orang tua yang sudah berusia 90 tahun lebih dan anak-anaknya yang telah berusia 70-an, masalah yang tengah dihadapi keluarga ini. Artikel tersebut jika dibaca dan ditelaah sangat bermakna sekali...

Saya sangat menyukai anak kecil, setiap kali bila bermain bersama anak-anak akan merasa sangat gembira. Bisa berhubungan harmonis dengan anak sebenarnya tidak ada rahasia apapun, modalnya hanya sabar tidak merasa jemu jika hal-hal yang sederhana dan mudah dilakukan berulang kali. Karena anak-anak masih buta pengetahuan, tidak mudah membuat mereka mengerti, harus bisa menunjukkan perhatian dan membantu mereka dengan hal-hal yang berkaitan makanan, kekotoran dan kekacauan, namun yang paling penting tentunya kita senang dan rela bergaul bersama mereka.

Karena anak kecil tidak bisa memberikan apa-apa kepada kita, maka bergaul dengan mereka berarti semacam pengorbanan bagi orang dewasa, karena sedang melakukan sesuatu hal yang tidak sesuai dengan usia kita. Ha.. ha.. coba Anda bayangkan, seorang dewasa yang sedang menyanyikan lagu "Bintang Kecil" bersama dengan anak-anak kecil, tidak hanya kedua tangan harus diangkat ke atas, kelima jari tangan dibuka, pergelangan tangan diputar-putar, masih harus menyanyi dengan suka cita dengan wajah yang penuh senyum, bukankah hal tersebut adalah "pengorbanan"?

Ketika Anda berkumpul bersamanya, walaupun bukan anak Anda sendiri, para orang dewasa juga bisa secara wajar menganggap mereka sebagai anak mereka sendiri, menyayangi, menjaga dan melindungi anak-anak itu, ini disebabkan karena si kecil sama-sama lucu dan kekanak-kanakan.

Suatu hari saya mendadak mempunyai pikiran: jika saya menggunakan sikap kesabaran dan perhatian terhadap anak kecil ini, dipergunakan untuk menghadapi orang dewasa akan bagaimanakah jadinya?

Akhirnya saya menemukan, hal tersebut persis sama seperti orang tua yang menghadapi anak-anak mereka, saya berubah menjadi lebih "kasih" terhadap semua orang. Ketika memberikan bantuan kepada orang lain, atas kemauan dan kerelaan diri sendiri, tidak merasakan sedang membantu orang lain tetapi merasakan sedang melakukan sesuatu hal yang sudah seharusnya kita lakukan. Ketika sedang berbincang-bincang dengan orang lain, bisa sangat perhatian dengan perkataan yang dikatakan oleh orang lain, ketika diri kita sedang berbicara akan berbicara dengan sangat rinci agar bisa dimengerti oleh orang yang mendengarkan (umumnya anak kecil berbicara tidak bisa jelas, juga sering tidak mengerti). Dan yang paling penting, saya merasakan lebih gembira, karena setiap orang berubah menjadi semakin elok.  

Ternyata kita bisa mempergunakan sikap hati ketika memperlakukan anak-anak kita sendiri, untuk memperlakukan kepada semua orang, tidak peduli dia adalah pria atau wanita, tua ataupun muda, dengan demikian bukankah semua orang adalah anak-anak kita, semua orang kita sayangi semua.

"Semua orang adalah anak-anak kita", bukan hanya berlaku pada guru dalam menghadapi murid-muridnya, atau pendeta dalam menghadapi umat-umatnya saja, tetapi para murid juga bisa bersikap demikian memperlakukan guru mereka, para umat juga boleh bersikap demikian memperlakukan pendeta mereka, yang terpenting saling mengasihi dengan sikap hati yang demikian, dalam perilaku juga akan saling menunjukkan perhatian. 

Tetapi jika kita bisa berpikir secara teliti terhadap proses dari kehidupan kita, akan menemukan bahwa sikap "semua orang adalah anak-anak kita" ini adalah evolusi perubahan alami.

Ada seorang teman, mempunyai seorang ibu yang sudah berusia uzur hingga sudah tidak bisa mengenalinya lagi. Se-tiap kali pulang menjenguk ibunya, pasti merasa sangat sedih. Saya memberitahu kepadanya, ini adalah semacam keberuntungan, karena ibu kamu itu sudah melampaui "kembali muda lagi", sudah mencapai taraf "kembali ke janin ibu", maka dari itu segala sesuatu yang berada dalam dunia fana ini sudah tidak menjadi kekuatirannya, maka dari itu Anda tidak perlu bersedih, sebaliknya Anda harus bergaul dengan sikap yang bergembira seperti Anda sedang memperlakukan seorang anak kecil, dengan demikian dia dan Anda bisa merasa bergembira.

Banyak sekali orang telah lupa, anak bayi yang baru lahir, baru keluar dari rahim ibu juga tidak mengenali apa-apa, bayi itu bisa mengeluarkan suara panggilan "ayah dan ibu" juga harus beberapa bulan kemudian sejak dia dilahirkan baru bisa memanggil. Sekarang bapak dan ibu itu sudah tidak mengenali anak-anak mereka, bukankah persis seperti bayi yang baru dilahirkan?

Ketika orang tua kita sudah berusia tua, mereka tidak leluasa untuk bergerak, ucapan kata-kata mereka menjadi lamban dan otak menjadi kacau balau, pada tubuh fisik mereka timbul semacam perubahan kembali muda lagi, semakin lama semakin seperti seorang anak kecil. Ketika itu kita sebagai anak memandang dan menganggap bapak dan ibu sebagai anak kita sen-diri untuk dijaga, dilindungi dan diberi perhatian, adalah tindakan yang sangat tepat dan seharusnya kita lakukan.

Tahukah Anda seseorang bisa memiliki kesempatan yang demikian ini untuk membalas budi kebaikan dari orang tua kita sendiri, kecuali merupakan suatu keberuntungan dari orang tua itu sendiri juga merupakan keberuntungan diri kita sendiri. Karena Tuhan benar-benar memberi berkah kepada kita, membuat diri kita mampu memelihara dan melayani orang tua, membuat orang tua kita bisa panjang usia. [Vina Koh / Pangkal Pinang / Bangka / Tionghoanews]

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

DARIPADA DI GUDANG, LEBIH BAIK JADIKAN DUIT

Posted: 03 Oct 2011 01:32 AM PDT

Semua orang pasti hobby belanja, tapi kadang hasil belanja kita hanya dipakai dalam waktu singkat. Sehingga barang tersebut, akhirnya kita taruh di gudang dan lama-lama gudang menjadi penuh berantakan.

TAHUKAH ANDA ?

Barang yang kita tidak pakai lagi, kadang malah di cari-cari oleh orang lain. Ketika kita membutuhkan, kita akan cari-cari jenis barang tersebut kemana-mana dan belum tentu ada.

Sekarang idea yang terbaik buat kita semua, saya menyediakan situs blog khusus untuk menampung iklan barang bekas anda. Silahkan anda menjual sebanyak mungkin dengan harga yang sepantasnya.

Caranya anda cukup kirim email ke alamat: nora175sewu@post.wordpress.com dan dalam hitungan detik, posting iklan anda akan tampil dalam blog tersebut beserta di halaman jejaring sosial lainnya.

Silahkan mencoba dan buat apa kita menumpuk barang-barang bekas di gudang, sementara bisa jadikan duit kembali. Zaman berkembang terus, barang bekas kita dalam waktu singkat akan menjadi model lama dan tak berguna lagi.

Situs Blog:
Menjualbarangbekas.wordpress.com
Admin ...

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

VIHARA TRI DHARMA BUMI RAYA DI SINGKAWANG

Posted: 02 Oct 2011 07:15 PM PDT

Vihara Tri Dharma Bumi Raya adalah vihara tertua di Kabupaten Singkawang yang diperkirakan telah berusia 200 tahun. Penduduk setempat menyebut Vihara Tri Dharma Bumi Raya dengan sebutan  Tai Pak Kung (Toa Pekong). Vihara yang terletak di pusat Kota Singkawang ini merupakan salah satu ciri khas dan cikal bakal berdirinya Kota Singkawang.   

Tahun pembuatan vihara ini belum ditemukan secara pasti. Namun menurut Komunitas Tionghoa Singkawang, usia Vihara Tri Dharma Bumi Raya setara dengan sejarah keberadaan komunitas Tionghoa Singkawang  yang  telah berusia lebih dari 200 tahun. Pada tahun 1933, Vihara Tri Dharma Bumi Raya diperluas dan dibangun. Namun pada tahun 1936, Vihara Tri Dharma Bumi Raya sempat terbakar sehingga dilakukan direnovasi.

Vihara yang terletak tepat di jantung Kota Singkawang ini dipercaya sebagai tempat berdiamnya Dewa Bumi Raya. Dewa ini dipercaya oleh etnis Tionghoa sebagai dewa yang menjaga Kota Singkawang. Atas dasar kepercayaan tersebut, maka masyarakat Tionghoa di Kota Singkawang dan sekitarnya juga mengadakan semacam ulang tahun bagi Dewa Bumi Raya yang dihelat setiap tanggal 6 bulan 6 (6 Juni) pada setiap tahunnya. Belum diketahui secara persis penanggalan ulang tahun tersebut pertama kali dimulai.

Kesan tua sekaligus magis langsung terlihat begitu kita masuk ke Vihara Tri Dharma Bumi Raya. Meskipun tidak semegah Vihara Budha Tri Darma, tapi kesan sakral yang dimunculkan di vihara ini akan langsung didapatkan begitu kita melangkah kaki memasuki pintu vihara.

Bangunan vihara jelas menampakan kesan tua. Dinding dan kayu penyangga ruangan juga memunculkan kesan bahwa vihara ini mempunyai usia yang cukup panjang. Sedikitnya umur vihara ini telah mencapai 100 tahun, demikian disampaikan oleh salah satu pengurus vihara.

Vihara ini hanya mempunyai satu lantai yang merupakan pusat dari segala aktivitas keagamaan. Misalnya upacara sembahyang yang dilakukan pada setiap hari pada waktu sore. Salah satu perangkat upacara yang sangat penting adalah keberadaan patung Pek Kong.

Menurut pengurus Vihara Tri Dharma Bumi Raya, patung yang terbuat dari kayu ini didatangkan langsung dari Cina. Terdapat tiga pasang Patung Pek Kong yang ada di Vihara Tri Dharma Bumi Raya ini.

Vihara Tri Dharma Bumi Raya adalah vihara tertua di Singkawang. Predikat inilah yang kemudian membuat Vihara Tri Dharma Bumi Raya dijadikan sebagai pusat kegiatan dalam Perayaan Cap Go Meh, yaitu perayaan masyarakat Tionghoa yang turun ke jalan pada hari ke-14 sampai 15 setelah tahun baru Imlek atau diagendakan setiap tanggal 28 Februari. Perayaan Cap Go Meh bertujuan untuk membersihkan kampung.

Dalam Perayaan Cap Go Meh berbagai macam Tatung/ Louya diarak keliling kampung. Khusus di Kota Singkawang, Vihara Tri Dharma Bumi Raya menjadi pusat berkumpulnya berbagai macam Tatung/ Louya yang bertujuan untuk menyembah para dewa pada Perayaan Cap Go Meh. Nilai keistimewaan yaitu berupa anggapan sebagai vihara tertua di Singkawang membuat Vihara Tri Dharma Bumi Raya menjadi pusat kegiatan dari perayaan Cap Go Meh setiap tahunnya di Singkawang.

Selain sebagai pusat kegiatan pada perayaan Cap Go Meh, Vihara Tri Dharma Bumi Raya juga mempunyai koleksi patung Pek Kong yang ditengarai telah berusia diatas angka 100 tahun. Menurut pengelola vihara, patung yang terbuat dari kayu ini didatangkan langsung dari Tiongkok. 

Lokasi Vihara Tri Dharma Bumi Raya yang berada di pusat Kota Singkawang sangat memudahkan bagi pengunjung yang mempunyai agenda untuk singgah di tempat ini. Bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi bisa langsung meluncur ke lokasi dengan tujuan ke Jalan Pasar Tengah, Kota Singkawang. [Julianty Chang / Singkawang / Tionghoanews]

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

PAGUYUBAN TIONGHOA BANTU KRISIS PANGAN DI NUSA TENGGARA TIMUR

Posted: 02 Oct 2011 06:17 PM PDT

Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) sepakat membantu pemerintah Nusa Tenggara Timur (NTT) mengatasi krisis pangan yang sedang melanda ribuan warga di daerah itu.

Ketua Umum PSMTI Rachmat mengatakan itu di sela-sela Rapat Kerja Nasional (Rakernas) PSMTI ke-11 di Kupang, Sabtu (1/10). Dia mengatakan, bantuan yang diserahkan berupa dana sebesar Rp150 juta untuk mendanai kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

"Meskipun sangat sedikit, ini bentuk solidaritas dari Paguyuban Tionghoa yang menggelar rakernas di Kupang. Uang ini akan digunakan untuk pengadaan benih, peralatan pertanian, dan modal koperasi," kata Rachmat. Dana tersebut telah diserahkan kepada Gubernur NTT Frans Lebu Raya.

Dia mengatakan seluruh perwakilan PSMTI yang menggelar rakernas di Kupang prihatin terhadap kondisi kekeringan yang sedang melanda daerah itu. Kekeringan membuat sebagian warga menderita krisis air, pangan, sampai tidak bisa mengolah areal pertanian.

Seusai menerima bantuan, Frans mengatakan bencana kekeringan yang melanda NTT bukan persoalan baru. Pasalnya musim panas di daerah itu berlangsung selama delapan bulan. Kondisi tersebut membuat debit sumber air berkurang sehingga tidak bisa mengalir ke areal persawahan.

"Kekeringan di NTT bukan luar biasa. Kita mesti mencari cara untuk membangun daerah ini menjadi  lebih baik," katanya.
[Jelia Lin / Kupang / Tionghoanews]

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

MASYARAKAT TIONGHOA DI LUAR NEGERI RAYAKAN HUT RRT

Posted: 02 Oct 2011 05:53 PM PDT

Organisasi masyarakat Tionghoa dan mahasiswa Tiongkok di luar negeri dalam beberapa hari ini mengadakan berbagai kegiatan untuk merayakan 62 tahun berdirinya Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

Lebih dari 2.000 wakil dari 200 lebih organisasi masyarakat Tionghoa, lembaga modal Tiongkok, mahasiswa dan guru sukarelawan Tiongkok di Filipina kemarin malam (1/10) berkumpul di sebuah hotel Manila untuk merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-62 RRT dan sukses peluncuran pesawat antariksa Tiangong-1.

Asosiasi Perantau Tionghoa di Mongolia kemarin mengadakan malam gembira perayaan hari nasional Tiongkok.

Federasi Perantau Tionghoa di Yokohama, Jepang, kemarin mengadakan cocktail untuk merayakan 62 tahun berdirinya RRT dengan dihadiri kurang lebih 300 tokoh bersahabat dari berbagai kalangan Jepang, masyarakat Tionghoa serta wakil lembaga modal Tiongkok.

Lebih dari 200 mahasiswa dan sarjana Tiongkok di Finlandia kemarin malam mengadakan malam gembira di Helsinki untuk menyatakan ucapan selamat atas hari ulang tahun RRT dan mengharapkan Tiongkok menjadi lebih makmur. [Lu Xiao Fang / Hong Kong / China / Tionghoanews]

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

No comments:

Post a Comment