Tuesday, 4 October 2011

印尼华人 (21/1)

印尼华人 (21/1)


ANTARA CINTA SEJATI DAN BALAS BUDI

Posted: 04 Oct 2011 05:44 AM PDT

Story: Kisahku ini berawal saat aku berkenalan dengan Rangga (bukan nama sebenarnya) saat aku masih berusia sebelas belas tahun sementara Rangga saat itu masih berumur tiga belas tahun. Perkenalan itu terjadi saat kami sama-sama dirawat di sebuah rumah sakit. Sebenarnya persahabatan itu sangat singkat, namun begitu membekas dalam ingatanku. Sampai usiaku menginjak 20 tahun aku masih saja mengingatnya.

Setelah kepulanganku dari rumah sakit aku tak pernah lagi mendengar tentang Rangga. Aku kembali pada aktifitasku sehari-hari, sekolah dan membatu ibu berjulan kue demi mencukupi kebutuhan kami sehari-hari, karena aku tak lagi memiliki ayah sejak umurku tujuh tahun, jadi kupikir aku punya kewajiban membantu ibu.

Di daerah tempatku tinggal, aku juga memiliki sahabat, namanya Rian (bukan nama sebenarnya). Rian adalah anak yatim piatu, kedua orang tuanya meninggal dunia dalam suatu kecelakaan. Ia kini tinggal bersama orang tua angkat karena di kota tempat kami tinggal, sama seperti aku, Rian tak lagi memiki keluarga. Walau sama-sama susah, Rian kerap kali membatu aku dan ibuku jika kami sedang mengalami kesulitan. Saat aku dirawatpun Rian banyak membantu, terutama dalam membiayai perwatanku.

Saat usiaku 19 tahun, ibu meninggal dunia karena sakit. Aku tak begitu meratapi kepergian ibu, karena aku sudah terbiasa dengan perasaan sedih dan sakit. Aku juga sudah menganggap kelaraan adalah bagian dari hidupku yang tak bisa aku hindari. Yang aku pikirkan saat itu adalah bagaimana aku bisa menghidupi diriku sendiri tanpa bantuan siapapun. Untunglah ibu memberikan bekal kemandirian buatku, sehingga aku tak banyak mengalami kesulitan dalam memutuskan segala hal.

Bernekal ijazah SMU yang aku miliki, aku bertekad untuk mencari pekerjaan di Kota J. namun maksudku tersebut mendapat tentangan dari Rian. Rian khawatir dengan rencanaku tersebut, karena ia banyak mendengar tentang situasi Kota J bagi para pendatang.. tetapi aku tetap bersikeras dan akhirnya dengang sangat terpaksa Rian menemani aku merantau ke Kota J dengan bekal seadanya.

Ternyata apa yang dikhawatirkan Rian benar-benar terjadi, selama satu bulan kami berada di Kota J, kami sama sekali belum mendapatkan pekerjaan. Untuk menutupi semua kebutuhan hidup, kami terpaksa mengamen dari satu bus ke bus lainnya. Terkadang kami harus mengamen pada malam hari di kafe-kafe tenda yang banyak bertebaran di Kota J. saat itu Rian sekali lagi menjadi dewa penolongku, menjaga aku dari ancaman kejahatan.

Karena situasi yang tak memungkinkan bagi kami untuk menyewa kamar untuk tempat tinggal kami, akhirnya kami memutuskan untuk tinggal di tempat penampuangan anak-anak jalanan. Di tempat ini, keadaan memang serba sulit dan mengerikan. Aku pernah mengalami percobaan perkosaan, namun untunglah Rian memergoki dan menolongku. Walau dengan tubuh dan wajah yang babak belur karena dikeroyok penghuni lama. Kami juga diusir dari tempat itu karena mereka menganggap kami tak mematuhi peraturan yang berlaku.

Saat itu kami harus menghadapi situasi yang sangat kritis, kami tak memiliki cukup uang untuk menyewa tempat menginap, memiliki banyak musuh di jalanan, sehingga ruang gerak kami dalam mencari nafkah semakin sempit. Namun semua itu kami hadapi dengan penuh kesabaran. Rian juga berupaya untuk mencari pekerjaan tetap dan akhirnya berhasil. Selama hampir empat bulan Rian membiayai sepetak kamar untuk kami, sebelum akhirnya aku juga mendapatkan pekerjaan di sebuah kafe.

Di kafe itu juga aku akhirnya kembali bertemu dengan Rangga,  saat itu aku secara tak sengaja melayaninya, ia memandangku lama sekali. Saat itu aku juga tak berani menyapanya, karena aku masih ragu apakah itu Rangga atau bukan. Kesokan harinya ia kembali datang, kali ini ia mencoba berbasa-basi denganku dan akhirnya pertemuan kedua itu mampu mengurai kembali cerita lama selama satu minggu di rumah sakit. Sejak pertemuan itu, benih-benih cinta mulai bersemi dihati kami. Aku akui bahwa perasaan cinta ini sudah ada sejak kami pertama berkenalan.

Namun rupanya hal itu tak bisa diterima Rian, dengan diam-diam Rian juga ternyata menyimpan perasaan yang sama dengan Rangga. Ia akhirnya mengungkit semua keabikannya padaku, bahwa selama ini ia mau berkorban karena ia memiliki rasa cinta kepadaku, namun ia tak pernah mengungkapkannya kepadaku, karena ia mengira aku sudah mengetahuinya. Aku sendiri menganggap Rian sebagai saudara sendiri, tidak lebih dari itu.

Hal ini akhirnya membuat aku merasa bingung, disatu sisi aku tak bisa mengabaikan persaan cintaku kepada Rangga, di sisi lain aku juga tak bisa begitu saja melupakan jasa-jasa Rian selama ini. sampai saat ini aku belum bisa mengmbil keputusan, sementara sikap Rian kepadaku semakin hari semakin berubah. Ia seolah membenciku, apa lagi saat Rangga ada disisiku. [Vivi Tan / Jakarta / Tionghoanews]

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

LELUCON DARI ZAMAN TIONGKOK KUNO (1)

Posted: 04 Oct 2011 04:48 AM PDT

Wu Zixu adalah putra seorang pejabat tinggi Negara Chu saat Periode Musim Semi dan Gugur. Ketika seseorang memfitnah dan melibatkan ayahnya, ia melarikan diri ke Negara Wu. Kemudian ia meninggalkan kisah hidup legendaris dalam membantu Raja Wu.

Ketika ia melarikan diri dari Chu ke Negara Wu, seorang petugas perbatasan berhasil menangkapnya dan ingin menyerahkan dirinya demi mendapatkan hadiah besar.

Wu dalam masalah serius. Dia tahu bahwa jika dia tidak bisa lolos dari krisis ini, ia akan mati. Lalu dia mendesah berkata, "Anda mungkin tidak mengetahui hal ini. Raja Chu menginginkan saya karena ia berpikir bahwa saya memiliki banyak harta karun. Sekarang, jika Anda menyerahkan saya, saya tahu bahwa saya tidak akan hidup. Saya akan mengatakan kepada Raja Chu bahwa Anda memiliki semua harta saya. Saya yakin Anda akan membayarnya dengan mahal."

Petugas itu berpikir beberapa saat dan kemudian melepaskan Wu.

Pada saat yang kritis, dalam menghadapi hidup dan mati tanpa rasa takut, Wu menampilkan kebijaksanaannya. Dia tidak menggunakan kekuatan, tidak meminta belas kasihan dan tidak menyuap pejabat. Dia hanya membalikkan keserakahan pejabat itu, menjadi ketakutan sebagai akibat dari perilaku yang tidak tepat. Dia memecahkan kesulitannya dengan mengubah kondisi serius ke dalam situasi lucu.

* Pernikahan Putri Wen Cheng

Raja Tibet Songtsan (617-650 M) masih muda dan cakap. Dia juga sangat terpelajar, dan berhasil menaklukkan banyak kelompok-kelompok disekitar kerajaan dan menjalin hubungan baik dengan kaisar Dinasti Tang. Pada tahun 640 M, dia mengirim Perdana Menteri Gar dengan hadiah berharga untuk kaisar, dan meminang Putri Wen Cheng sebagai istrinya.

Tang Tai Zhong merestui pernikahan mereka. Sejak itu hubungan diplomatik dimulai, sebenarnya Raja Tibet itu telah meminang sang putri sebanyak empat kali, namun akhirnya pernikahan tersebut dikabulkan.

Dalam legenda yang beredar di kalangan rakyat, cerita itu menjadi sedikit lebih menarik dan romantis. Putri Wen Cheng tidak hanya cantik tetapi juga sangat cerdas.

Menurut legenda, sang putri telah mengirimkan pesan kepada semua pelamarnya. Dia mengatakan kepada mereka bahwa dia hanya akan menikah dengan orang yang bisa mengajukan pertanyaan yang tidak bisa dia jawab. Banyak pelamar datang dan bertanya segala macam pertanyaan, tapi Putri Wen Cheng dapat menjawab mereka satu per satu.

Ketika Songtsan datang pada sang putri, ia berkata, "Yang Mulia, apa yang harus saya tanyakan sehingga Anda dapat menjadi istri saya?"

Ada jutaan pertanyaan di bawah matahari, tetapi Raja Tibet itu tidak bertanya tentang astrologi maupun tentang sejarah dan budaya. Dia memukul kuku di kepala dan datang dengan suatu pertanyaan yang unik. Ini benar-benar cerdik, sopan dan santun, tetapi membuat pihak lain terbungkam. Putri Wen Cheng tidak punya pilihan selain menikahi Songtsan. [Susan Sie / Bandar Lampung / Tionghoanews]

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

ILMUWAN TEMUKAN RAHASIA MENGEJUTKAN DALAM TUBUH MANUSIA

Posted: 04 Oct 2011 04:06 AM PDT

Tubuh manusia memiliki banyak mekanisme misterius. Kini, peneliti Amerika Serikat (AS) berhasil mengungkap salah satu rahasia yang ada. Apa itu?

Tubuh manusia memiliki gen jam alarm yang akan terbangun bahkan jika orang tak mengatur alarm itu. Peneliti di Salk Institute for Biological Studies di La Jolla, California, mengatakan, gen ini bertanggung jawab memulai jam biologis tubuh dari keadaan istirahat di tiap paginya.

Temuan gen baru dan mekanisme ini membantu menjelaskan dasar-dasar mengapa tak bisa tidur, penuaan dan penyakit kronis.

"Tubuh merupakan serangkaian koleksi jam. Kita hampir tak mengetahui mekanisme apa yang membuat jam menurun di malam hari dan kita tak mengetahui apa yang mengaktifkan kita lagi di pagi hari," papar peneliti Salk Satchindananda Panda.

Peneliti Salk bekerjasama peneliti McGill University dan Albert Einstein College of Medicine menggambarkan cara gen KDM5A mengkodekan protein sebagai saklar aktivasi dalam sirkuit biokimia yang menjaga ritme circadian.

"Kini, kami berhasil menemukannya dan menjelajah lebih dalam mengenai bagaimana proses malfungsi jam biologis seiring dengan penuaan dan perkembangan penyakit kronis. Kesehatan dan muda berasal dari tidur malam yang baik," tutup Panda seperti dikutip Tionghoanews. [Tiffanny Chen / Batam / Tionghoanews]

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

EFEK NEGATIF BANGUN SIANG

Posted: 04 Oct 2011 03:51 AM PDT

Bangun tidur pada waktu berbeda bisa memunculkan dampak buruk pada kesehatan.

Pada hari kerja, Anda pasti bangun pada waktu yang sama setiap harinya. Tetapi saat libur atau cuti panjang yang biasanya terjadi adalah Anda bangun sesiang mungkin seakan 'balas dendam', karena setiap hari bangun pagi.

Padahal bangun tidur pada waktu yang sama setiap harinya akan membuat Anda merasa lebih baik. Ada beberapa alasan mengapa Anda tidak perlu menekan tombol untuk menghentikan alarm di ponsel atau jam weker saat hari libur. Karena, bangun tidur pada waktu berbeda bisa memunculkan efek negatif, yaitu:

1. Masalah metabolisme

Jika Anda tidur terlalu lama, tubuh tidak akan berfungsi sesuai ritmenya. Anda akan merasa lapar dalam jangka waktu lama dan hal ini mempengaruhi kecepatan metabolisme. Hal ini akan membuat bobot tubuh meningkat.

2. Lesu

Tidur berlebihan akan membuat Anda merasa lesu karena metabolisme Anda masih bekerja dalam 'set' malam hari. Tubuh membutuhkan waktu lebih lama untuk memulai sistem dan tidak dapat berfungsi normal. Jika Anda benar-benar ingin tidur sedikit lebih lama, usahakan jangan lebih dari tiga puluh menit.

3. Kehilangan waktu produktif

Para ahli menganggap pagi hari adalah waktu paling produktif karena pikiran Anda masih segar. Jika Anda tidur terlalu lama maka akan akhirnya kehilangan banyak waktu produktif dalam sehari. Sehingga, Anda harus menyelesaikan pekerjaan sampai larut malam dengan terburu-buru.

4. Disorientasi

Tidur terlalu lama membuat Anda sulit berkonsentrasi dalam waktu lama. Kecuali, setelah bangun tidur Anda langsung berolahraga. Lalu, karena metabolisme tidak bisa berhenti otak akan membuat Anda merasa lapar.

5. Sakit kepala

Cairan serebrospinal bergerak ke otak ketika Anda tidur terlalu lama. Kondisi ini, jika berlangsung dalam waktu lama dapat menyebabkan sakit kepala parah dan bahkan menyebabkan kebutaan. Jadi, pikirkan lagi jika Anda ingin tidur lebih lama. [Meilinda Chen / Jakarta / Tionghoanews]

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

APA PENYEBAB PERCERAIAN KELUARGA ?

Posted: 04 Oct 2011 01:52 AM PDT

Pernikahan datang dengan sejumlah perlindungan hukum bagi kedua pasangan dan anak-anak mereka. Pada saat perceraian Anda, pernikahan menjadi lembaga sosial dan efeknya pada masyarakat mungkin hal terakhir di pikiran Anda. Situasi Anda mungkin tampak berbeda dan lebih menyakitkan, namun banyak kerusakan perkawinan memiliki beberapa akar penyebab yang sama.

* Orangtua Bercerai

Keturunan dari orang tua bercerai dua kali lebih mungkin untuk memiliki pernikahan yang gagal daripada keturunan dari orang tua yang tidak bercerai. Satu alasan yang mungkin dikutip adalah "kurangnya komitmen antara anak-anak dari perceraian." Ini menunjukkan bahwa jika masyarakat bisa mengurangi efek perceraian terhadap anak-anak, mungkin menurunkan jumlah perceraian.

* Ketidaksetiaan

Sedikit bisa lebih menyedihkan daripada melihat impian Anda hilang karena pasangan Anda berubah menjadi orang lain. Mencoba untuk memegang pasangan yang telah membentuk ikatan emosional serta seksual dengan orang lain mungkin seperti mencoba untuk menahan air di telapak tangan Anda. Jika seseorang gagal untuk berkomitmen untuk keluarganya, Anda dapat melihat jenis-jenis lain dari perselingkuhan dalam hidupnya, seperti ketidaksetiaan orangtua mana ia gagal untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya, dan ketidaksetiaan keuangan di mana ia gagal untuk hidup sesuai dengan kewajiban kreditur. Kadang-kadang urusan pernikahan bertahan hidup dan lebih kuat. Lain kali, mereka tidak.

* Penyalahgunaan Narkoba

Banyak obat dan bahkan narkoba yang digunakan, dapat mempengaruhi pikiran dan emosi. Tidak peduli seberapa kuat cinta Anda atau berapa lama cinta telah dibangun, jika cinta pasangan Anda untuk obat-obatan telah melampaui cintanya untuk Anda atau bahkan anak-anaknya, mungkin ada sedikit yang bisa Anda lakukan. Keparahan kecanduan dan kesediaannya untuk mencari bantuan mungkin faktor penentu, apakah pernikahan Anda bisa diselamatkan.

* Harapan Tidak Realistis

Jika Anda menikah dengan seorang individu yang terlindung dari kekecewaan dan realitas sebagian besar hidupnya, ia dapat lari ke zona amannya, ibu dan ayahnya, pada tanda pertama dari sesuatu yang tidak menyenangkan dalam pernikahan Anda. Dia mungkin berharap pernikahan menjadi sebuah cerita roman dan dongeng dan mengalami kesulitan menghadapi kendala yang ada dalam pernikahan.

* Masalah Keuangan

Jika Anda dan pasangan Anda menempatkan terlalu banyak penekanan pada hal-hal materi dan karena perjuangan keuangan,dan Anda menganggap status Anda paling menderita di antara teman-teman, Anda mungkin merasa semuanya hilang. Jika pernikahan Anda telah menjadi apa yang bukan selain Anda berdua, itu tidak mungkin bertahan hidup dalam perjuangan keuangan. [Mariati Ong / Tangerang / Tionghoanews]

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

KARMA KEKEJAMAN G30S MENANTI DI AKHIRAT DAN TAK TERLUPAKAN (2)

Posted: 04 Oct 2011 01:30 AM PDT

Dalam waktu 20 tahun pertama setelah pembantaian, muncul tiga puluh sembilan perkiraan serius mengenai jumlah korban. Sebelum pembantaian selesai, angkatan bersenjata memperkirakan sekitar 78.500 telah meninggal sedangkan menurut orang-orang komunis yang trauma, perkiraan awalnya mencapai 2 juta korban jiwa. Di kemudian hari, angkatan bersenjata memperkirakan jumlah yang dibantai dapat mencapai sekitar 1 juta orang. Pada 1966, Benedict Anderson memperkirakan jumlah korban meninggal sekitar 200.000 orang dan pada 1985 mengajukan perkiraan mulai dari 500,000 sampai 1 juta orang. Sebagian besar sejarawan sepakat bahwa setidaknya setengah juta orang dibantai, lebih banyak dari peristiwa manapun dalam sejarah Indonesia. Suatu komando keamanan angkatan bersenjata memperkirakan antara 450.000 sampai 500.000 jiwa dibantai.

Para korban dibunuh dengan cara ditembak, dipenggal, dicekik, atau digorok oleh angkatan bersenjata dan kelompok Islam. Pembantaian dilakukan dengan cara "tatap muka", tidak seperti proses pembantaian massal oleh Khmer Merah di Kamboja atau oleh Jerman Nazi di Eropa.

Penangkapan dan penahanan berlanjut sampai sepuluh tahun setelah pembantaian. Pada 1977, laporan Amnesty International menyatakan "sekitar satu juta" kader PKI dan orang-orang yang dituduh terlibat dalam PKI ditahan. Antara 1981 dan 1990, pemerintah Indonesia memperkirakan antara 1.6 sampai 1.8 juta mantan tahanan ada di masyarakat. Ada kemungkinan bahwa pada pertengahan tahun 1970-an, 100.000 masih ditahan tanpa adanya proses peradilan. Diperkirakan sebanyak 1.5 juta orang ditahan pada satu waktu atau lainnya. Orang-orang PKI yang tidak dibantai atau ditahan berusaha bersembunyi sedangkan yang lainnya mencoba menyembunyikan masa lalu mereka. Mereka yang ditahan termasuk pula politisi, artis dan penulis misalnya Pramoedya Ananta Toer, serta petani dan tentara. Banyak yang tidak mampu bertahan pada periode pertama masa penahanan dan akhirnya meninggal akibat kekurangan gizi dan penganiayaan. Ketika orang-orang mulai mengungkapkan nama-nama orang komunis bawah tanah, kadang kala di bawah siksaan, jumlah orang yang ditahan semakin meninggi pada 1966–68. Mereka yang dibebaskan seringkali masih harus menjalani tahanan rumah dan secara rutin mesti melapor ke militer. Mereka juga sering dilarang menjadi pegawai pemerintah, termasuk juga anak-anak mereka.

Tindakan Soekarno yang ingin menyeimbangkan nasionalisme, agama, dan komunisme melalui Nasakom telah usai. Pilar pendukung utamanya, PKI, telah secara efektif dimusnahkan oleh dua pilar lainnya-militer dan Islam politis; dan militer berada pada jalan menuju kekuasaan. Banyak Muslim yang tak lagi memercayai Soekarno, dan pada awal 1966, Soeharto secara terbuka mulai menentang Soekarno, sebuah tindakan yang sebelumnya berusaha dihindari oleh para pemimpin militer. Soekarno berusaha untuk berpegang kepada kekuasaan dan mengurangi pengaruh baru dari angkatan bersenjata, namun dia tidak dapat membuat dirinya menyalahkan PKI atas usaha kudeta sesuai permintaan Soeharto. Pada 1 Februari 1966, Soekarno menaikkan pangkat Soeharto menjadi Letnan Jenderal. Dekrit Supersemar pada 11 Maret 1966 mengalihkan sebagian besar kekuasaan Soekarno atas parlemen dan angkatan bersenjata kepada Soeharto, memungkinkan Soeharto untuk melakukan apa saja untuk memulihkan ketertiban. Pada 12 Maret 1967 Soekarno dicopot dari sisa-sisa kekuasaannya oleh Parlemen sementara, dan Soeharto menjabat sebagai Presiden Sementara. Pada 21 Maret 1968, Majelis Permusyawaratan Rakyat secara resmi memilih Soeharto sebagai presiden.

Pembantaian ini hampir tidak pernah disebutkan dalam buku sejarah Indonesia, dan hanya memperoleh sedikit perhatian dari rakyat Indonesia maupun warga internasional. Akan tetapi, setelah Soeharto mundur pada 1998, dan meninggal pada tahun 2008, fakta-fakta mengenai apa yang sebenarnya terjadi dalam pembantaian ini mulai terbuka kepada masyarakat dalam tahun-tahun berikutnya. Pencarian makam para korban oleh orang-orang yang selamat serta anggoa keluarga mulai dilakukan setelah tahun 1998, meskipun hanya sedikit yang berhasil ditemukan. Lebih dari tiga dekade kemudian, rasa kebencian tetap ada dalam masyarakat Indonesia atas peristiwa tersebut. Film Australia The Year of Living Dangerously, yang ceritanya diadaptasi secara mirip dari novel berjudul sama yang didasarkan pada peritiwa berujung pada pembantaian ini, dilarang diputar di Indonesia sampai tahun 1999, pasca jatuhnya rezim Orde Baru.

Penjelasan memuaskan untuk skala dan kekejaman dari pembantaian ini telah menarik minat para ahli dari berbagai perspektif ideologis. Salah satu pendapat memandang kebencian komunal di balik pembantaian sampai pemaksaan demokrasi parlementer ke dalam masyarakat Indoensia, mengklaim bahwa perubahan semacam itu secara budaya tidak sesuai dan sangat mengganggu pada masa 1950-an pasca-kemerekaan. Pendapat yang berlawanan adalah ketika Soekarno dan angkatan bersenjata menggantikan proses demokrasi dengan otoriterianisme, persaingan kepentingan-yaitu antara militer, Islam politis, dan komunisme-tidak dapat secara terbuka diperdebatkan, melainkan lebih ditekan dan hanya dapat ditunjukkan dengan cara-cara kekerasan. Metode penyelesaian konflik telah gagal, dan kelompok-kelompok Muslim dan angkatan bersenjata menganut prinsip "kita atau mereka", dan bahwa ketika pembantaian sudah berakhir, banyak orang Indonesia menganggap bahwa orang-orang komunis layak menerimanya. Kemungkinan adanya pergolakan serupa dianggap sebagai faktor dalam konservatisme politik "Orde Baru" dan kontrol ketat terhadap sistem politik. Kewaspadaan terhadap ancaman komunis menjadi ciri dari masa kepresidenan Soeharto. Di Barat, pembantaian dan pembersihan ini digambarkan sebagai kemenangan atas komunisme pada Perang Dingin.

Pemerintah dan media-media Barat lebih menyukai Soeharto dan Orde baru daripada PKI dan Orde Lama. Pembantaian itu oleh Time digambarkan sebagai "Berita Barat Terbaik di Asia". Kepala berita di US News and World Report tertulis: "Indonesia: Harapan... di mana dahulu pernah tidak ada". Kolomnis New York Times, James Reston menyebutnya sebagai "Secercah cahaya di Asia". Perdana Menteri Australia Harold Holt, yang sedang mengunjungi Amerika Serikat, berkomentar di The New York Times, "Dengan 500.000 sampai satu juta simpatisan komunis telah disingkirkan... Saya kira sudah aman untuk menganggap bahwa re-orientasi telah terjadi."

Joseph Lazarsky, wakil kepala CIA di Jakarta, mengatakan bahwa konfirmasi pembantaian datang langsung dari markas Soeharto. 'Kami memperoleh laporan yang jelas di Jakarta mengenai siapa-siapa saja yang harus ditangkap,' kata Lazarsky. 'Angkatan bersenjata memiliki "daftar tembak" yang berisi sekitar 4,000 sampai 5,000 orang. Mereka tidak memiliki cukup tentara untuk membinasakan mereka semua, dan beberapa orang cukup berharga untuk diinterogasi. Infrastruktur milik PKI dengan cepat dilumpuhkan. Kami tahu apa yang mereka lakukan... Soeharto dan para penasehatnya mengatakan, jika kamu membiarkan mereka hidup, kamu harus memberi mereka makan.'

Duta Besar Amerika di Jakarta adalah Marshall Green, yang dikenal di Departemen Luar Negeri Amerika Serikat sebagai 'ahli kudeta'. Green telah tiba di Jakarta hanya beberapa bulan sebelumnya, membawa serta reputasi karena telah mendukung penggulingan diktator Korea Syngman Rhee, yang telah keluar bersama Amerika. Ketika pembantaian berlangsung di Indonesia, manual mengenai pengorganisasian pelajar, yang ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Korea, disebarkan oleh kedutaan Amerika Serikat ke Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Amerika Serikat juga secara langsung mendanai mereka yang berpartisipasi dalam penindasan terhadap orang-orang komunis. Pada tanggal 2 Desember 1965, Green mendukung rencana untuk menyediakan lima puluh juta rupiah untuk apa yang disebutnya sebagai "gerakan Kap-Gestapu," yang dia gambarkan sebagai "kelompok aksi sipi tapi terilhami tentara" yang "membawa beban upaya represif yang ditujukan kepada PKI, terutama di Jawa Tengah." Green tidak menyebutkan fakta bahwa "upaya represif saat ini" terhadap PKI di Jawa Tengah meliputi, menurut Konsulat Amerika Serikat di Medan, usaha untuk "membasmi semua orang PKI". Apakah dia menyadari fakta ini atau tidak, agak diragukan, karena ia sendiri mencatat bahwa Kedutaan Besar Amerika Serikat memiliki akses ke "laporan intelijen substansial" mengenai kegiatan Kap-Gestapu, kegiatan yang ia yakinkan pada Departemen Luar Negeri sebagai kegiatan yang "sepenuhnya sejalan dengan dan dikoordinasikan oleh tentara" dan yang ia puji sebagai kegiatan yang "sangat sukses".

Selain itu, Amerika Serikat memasok peralatan logistik penting pada jenderal-jenderal Indonesia. Para jenderal memintanya melalui penghubung yang ditunjuk di Bangkok, Thailand. Dukungan itu datang terutama dalam bentuk alat komunikasi taktis dengan tujuan menghubungkan Jakarta dengan pasukan militer yang melaksanakan penindasan terhadap PKI di Sumatra, Jawa dan Sulawesi. Amerika Serikat juga menyediakan "senjata" yang berasal dari Amerika Serikat maupun yang bukan dari Amerika Serikat, yang secara khusus merupakan permintaan untuk "mempersenjatai pemuda Muslim dan Nasionalis di Jawa Tengah untuk digunakan melawan PKI". Kawat diplomatik menunjukkan bahwa senjata-senjata ini adalah senjata ringan, digunakan untuk membunuh dari jarak dekat. Brad Simpson, Asisten Profesor Sejarah dan Studi Internasional di Princeton University dan direktur Proyek Dokumentasi Indonesia/Timor Timur di George Washington University, menyatakan bahwa "Amerika Serikat terlibat langsung sejauh bahwa mereka menyediakan bantuan kepada Angkatan Bersenjata Indonesia yang mereka berikan untuk membantu memfasilitasi pembunuhan massal."

Pada tanggal 5 Oktober 1965, Green mengirim telegram ke Washington mengenai bagaimana Amerika Serikat dapat 'membentuk perkembangan untuk keuntungan kita'. Rencananya adalah untuk memperburuk nama PKI dan 'pelindung' nya, Soekarno. Propaganda ini harus didasarkan pada '(penyebaran) kisah pengkhianatan, kesalahan, dan kebrutalan PKI'. Pada puncak pertumpahan darah, Green meyakinkan Jenderal Soeharto: 'Amerika Serikat umumnya bersimpati dan mengagumi apa yang sedang dilakukan oleh angkatan bersenjata.' Adapun mengenai jumlah korban, Howard Federspiel, ahli Indonesia di Biro Intelijen dan Penelitian Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada tahun tahun 1965, mengatakan, 'Tidak ada yang peduli, selama mereka adalah komunis, mereka harus dibantai. Tidak ada yang merasa perlu melakukan sesuatu mengenai hal itu.'

Setelah Soeharto mundur bekat adanya revolusi 1998, Parlemen membentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi untuk menganalisis pembunuhan massal, tapi itu ditangguhkan oleh Pengadilan Tinggi. Sebuah konferensi akademis mengenai pembantaian diadakan di Singapura pada tahun 2009.

Pada bulan Mei 2009, pada waktu yang berdekatan dengan Konferensi Singapura, penerbit di Britania Raya, Spokesman Books, menerbitkan buku yang ditulis oleh Nathaniel Mehr, berjudul Pertumpahan Darah Konstruktif di Indonesia: Amerika Serikat, Britania Raya dan Pembunuhan Massal di Indonesia 1965-1966, sebuah survei tingkat-pengantar mengenai pembantaian dan dukungan Barat untuk Soeharto.

Pembantaian ini telah banyak dihilangkan dari buku pelajaran sejarah Indonesia. Dalam buku pelajaran sejarah, disebutkan bahwa pembantaian ini adalah "kampanye patriotik" yang menghasilkan kurang dari 80.000 korban jiwa. Pada tahun 2004, buku-buku pelajaran diubah dan mencantumkan kejadian tersebut, tapi kurikulum baru ini ditinggalkan pada tahun 2006 karena adanya protes dari kelompok militer dan Islam. Buku-buku pelajaran yang menyebutkan pembunuhan massal itu kemudian dibakar, atas perintah Jaksa Agung. [Linda Lim / Denpasar / Bali / Tionghoanews]

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

KARMA KEKEJAMAN G30S MENANTI DI AKHIRAT DAN TAK TERLUPAKAN (1)

Posted: 04 Oct 2011 01:29 AM PDT

Pembantaian di Indonesia 1965–1966 adalah peristiwa pembantaian terhadap orang-orang yang dituduh komunis di Indonesia pada masa setelah terjadinya Gerakan 30 September di Indonesia. Diperkirakan lebih dari setengah juta orang dibantai dan lebih dari satu juta orang dipenjara dalam peristiwa tersebut. Pembersihan ini merupakan peristiwa penting dalam masa transisi ke Orde Baru: Partai Komunis Indonesia (PKI) dihancurkan, pergolakan mengakibatkan jatuhnya presiden Soekarno, dan kekuasaan selanjutnya diserahkan kepada Soeharto.

Kudeta yang gagal menimbulkan kebencian terhadap komunis karena kesalahan dituduhkan kepada PKI. Komunisme dibersihkan dari kehidupan politik, sosial, dan militer, dan PKI dinyatakan sebagai partai terlarang. Pembantaian dimulai pada Oktober 1965 dan memuncak selama sisa tahun sebelum akhirnya mereda pada awal tahun 1966. Pembersihan dimulai dari ibu kota Jakarta, yang kemudian menyebar ke Jawa Tengah dan Timur, lalu Bali. Ribuan vigilante (orang yang menegakkan hukum dengan caranya sendiri) dan tentara angkatan darat menangkap dan membunuh orang-orang yang dituduh sebagai anggota PKI. Meskipun pembantaian terjadi di seluruh Indonesia, namun pembantaian terburuk terjadi di benteng-benteng PKI di Jawa Tengah, Timur, Bali, dan Sumatra Utara.

Usaha Soekarno yang ingin menyeimbangkan nasionalisme, agama, dan komunisme melalui Nasakom telah usai. Pilar pendukung utamanya, PKI, telah secara efektif dilenyapkan oleh dua pilar lainnya-militer dan Islam politis dan militer berada pada jalan menuju kekuasaan. Pada Maret 1967, Soekarno dicopot dari kekuasaannya oleh Parlemen Sementara, dan Soeharto menjadi Presiden Sementara. Pada Maret 1968 Soeharto secara resmi terpilih menjadi presiden.

Pembantaian ini hampir tidak pernah disebutkan dalam buku sejarah Indonesia, dan hanya memperoleh sedikit perhatian dari orang Indonesia maupun warga internasional. Penjelasan memuaskan untuk kekejamannya telah menarik perhatian para ahli dari berbagai prespektif ideologis. Kemungkinan adanya pergolakan serupa dianggap sebagai faktor dalam konservatisme politik "Orde Baru" dan kontrol ketat terhadap sistem politik. Kewaspadaan terhadap ancaman komunis menjadi ciri dari masa kepresidenan Soeharto. Di Barat, pembantaian dan pembersihan ini digambarkan sebagai kemenangan atas komunisme pada Perang Dingin.

Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan partai komunis terbesar ketiga di dunia. Kadernya berjumlah sekitar 300.000, sementara anggotanya diperkirakan sebanyak dua juta orang. Selain itu PKI juga mengatur serikat-serikat buruh.

Dukungan terhadap kepresidenan Soekarno bergantung pada koalisi "Nasakom" antara militer, kelompok agama, dan komunis. Perkembangan pengaruh dan kemilitanan PKI, serta dukungan Soekarno terhadap partai tersebut, menumbuhkan kekhawatiran pada kelompok Muslim dan militer. Ketegangan mulai menyelimuti perpolitikan Indonesia pada awal dan pertengahan tahun 1960-an. Upaya PKI untuk mempercepat reformasi tanah menggusarkan tuan-tuan tanah dan mengancam posisi sosial para kyai.

Pada sore tanggal 30 September dan 1 Oktober 1965, enam jenderal dibunuh oleh kelompok yang menyebut diri mereka Gerakan 30 September. Maka pemimpin-pemimpin utama militer Indonesia tewas atau hilang, sehingga Soeharto mengambil alih kekuasaan angkatan bersenjata. Pada 2 Oktober, ia mengendalikan ibu kota dan mengumumkan bahwa upaya kudeta telah gagal. Angkatan bersenjata menuduh PKI sebagai dalang peristiwa tersebut. Pada tanggal 5 Oktober, jenderal-jenderal yang tewas dimakamkan. Propaganda militer mulai disebarkan, dan menyerukan pembersihan di seluruh negeri. Propaganda ini berhasil meyakinkan orang-orang Indonesia dan pemerhati internasional bahwa dalang dari semua peristiwa ini adalah PKI. Penyangkalan PKI sama sekali tidak berpengaruh. Maka ketegangan dan kebencian yang terpendam selama bertahun-tahun pun meledak.

Pemimpin-pemimpin militer yang diduga sebagai simpatisan PKI dicabut jabatannya. Majelis Permusyawaratan Rakyat dan kabinet dibersihkan dari pendukung-pendukung Soekarno. Pemimpin-pemimpin PKI segera ditangkap, bahkan beberapa dihukum mati. Petinggi angkatan bersenjata menyelenggarakan demonstrasi di Jakarta. Pada tanggal 8 Oktober, markas PKI Jakarta dibakar. Kelompok pemuda anti-komunis dibentuk, contohnya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), dan Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI). Di Jakarta dan Jawa Barat, lebih dari 10.000 aktivis dan petinggi PKI ditangkap, salah satunya Pramoedya Ananta Toer.

Pembersihan dimulai pada Oktober 1965 di Jakarta, yang selanjutnya menyebar ke Jawa Tengah dan Timur, dan Bali. Pembantaian dalam skala kecil dilancarkan di sebagian daerah di pulau-pulau lainnya, terutama Sumatra. Pembantaian terburuk meletus di Jawa Tengah dan Timur. Korban jiwa juga dilaporkan berjatuhan di Sumatra utara dan Bali. Petinggi-petinggi PKI diburu dan ditangkap: petinggi PKI, Njoto, ditembak pada tanggal 6 November, ketua PKI Dipa Nusantara Aidit pada 22 November, dan Wakil Ketua PKI M.H. Lukman segera sesudahnya.

Kebencian terhadap komunis dikobarkan oleh angkatan darat, sehingga banyak penduduk Indonesia yang ikut serta dalam pembantaian ini. Peran angkatan darat dalam peristiwa ini tidak pernah diterangkan secara jelas. Di beberapa tempat, angkatan bersenjata melatih dan menyediakan senjata kepada milisi-milisi lokal. Di tempat lain, para vigilante mendahului angkatan bersenjata, meskipun pada umumnya pembantaian tidak berlangsung sebelum tentara mengenakan sanksi kekerasan.

Di beberapa tempat, milisi tahu tempat bermukimnya komunis dan simpatisannya, sementara di tempat lain tentara meminta daftar tokoh komunis dari kepala desa. Keanggotaan PKI tidak disembunyikan dan mereka mudah ditemukan dalam masyarakat. Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta menyediakan daftar 5.000 orang yang diduga komunis kepada angkatan bersenjata Indonesia.

Beberapa cabang PKI melancarkan perlawanan dan pembunuhan balasan, tetapi sebagian besar sama sekali tidak mampu melawan. Tidak semua korban merupakan anggota PKI. Seringkali cap "PKI" diterapkan pada tokoh-tokoh Partai Nasional Indonesia (PNI) yang beraliran kiri. Dalam kasus-kasus lainnya, para korban merupakan orang-orang yang hanya dituduh atau diduga komunis.

Warga keturunan Tionghoa juga turut menjadi korban. Beberapa dari mereka dibunuh, dan harta benda mereka dijarah. Di Kalimantan Barat, sekitar delapan belas bulan setelah pembantaian di Jawa, orang-orang Dayak mengusir 45.000 warga keturunan Tionghoa dari wilayah pedesaan. Ratusan hingga ribuan di antara mereka tewas dibantai.

Metode pembantaian meliputi penembakan atau pemenggalan dengan menggunakan pedang samurai Jepang. Mayat-mayat dilempar ke sungai, hingga pejabat-pejabat mengeluh karena sungai yang mengalir ke Surabaya tersumbat oleh jenazah. Di wilayah seperti Kediri, Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama menyuruh orang-orang komunis berbaris. Mereka lalu menggorok leher orang-orang tersebut, lalu jenazah korban dibuang ke sungai. Pembantaian ini mengosongkan beberapa bagian desa, dan rumah-rumah korban dijarah atau diserahkan ke angkatan bersenjata.

Pembantaian telah mereda pada Maret 1966, meskipun beberapa pembersihan kecil masih berlangsung hingga tahun 1969. Penduduk Solo menyatakan bahwa meluapnya sungai Bengawan Solo yang tidak biasa pada Maret 1966 menandai berakhirnya pembantaian.

Di Jawa, banyak pembunuhan dilakukan oleh simpatisan aliran. Militer mendorong para santri Jawa untuk mencari anggota PKI di antara orang-orang abangan Jawa. Pembunuhan meluas sampai pada orang-orang yang bukan anggota PKI. Di Jawa, contohnya, banyak orang yang dianggap "PNI kiri" dibunuh. Yang lainnya hanya dituduh atau merupakan korban fitnah dengan sedikit atau tanpa motif politik. Pada pertengahan Oktober, Soeharto mengirim sejumlah pasukan komando kepercayaannya ke Jawa tengah, daerah yang memiliki banyak orang komunis, sedangkan pasukan yang kesetiaannya tak jelas diperintahkan pergi dari sana. Pembantaian terhadap orang komunis kemudian dilakukan oleh para pemuda, dengan dipandu oleh angkatan bersenjata, memburu orang-orang komunis.

Konflik yang pernah pecah pada tahun 1963 antara partai Muslim Nahdlatul Ulama (NU) dan PKI berubah menjadi pembantaian pada minggu kedua Oktober. Kelompok Muslim Muhammadiyah menyatakan pada awal November 1965 bahwa pembasmian "Gestapu/PKI" merupakan suatu Perang Suci. Pandangan tersebut didukung oleh kelompok-kelompok Islam lainnya di Jawa dan Sumatra. Bagi banyak pemuda, membunuh orang komunis merupakan suatu tugas keagamaan. Di tempat-tempat adanya pusat komunis di Jawa Tengah dan Jawa Timur, kelompok-kelompok Muslim menganggap bahwa mereka adalah korban serangan komunis supaya mereka memperoleh pembenaran atas pembantaian yang mereka lakukan. Mereka biasanya mengungkit-ungkit Peristiwa Madiun pada tahun 1948. Para pelajar Katolik di daerah Yogyakarta meninggalkan asrama mereka pada malam hari untuk ikut membunuh orang-orang komunis yang tertangkap.

Untuk sebagian besar daerah, pembantaian mereda pada bulan-bulan awal tahun 1966, namun di daerah-daerah tertentu di Jawa Timur pembantaian berlangsung sampai bertahun-tahun. Di Blitar, ada aksi gerilya yang dilakukan oleh anggota-anggota PKI yang selamat. Aksi tersebut berhasil diberantas pada 1967 dan 1968. Mbah Suro, seorang pemimpin kelompok komunis yang bercampur mistisisme tradisional, bersama para pengikutnya membangun pasukan. Dia dan kedelapan puluh pengikutnya terbunuh dalam sebuah perang perlawanan menghadapi angkatan bersenjata Indonesia.

Bercermin dari melebarnya perbedaan sosial di seluruh Indonesia pada 1950-an dan awal 1960-an, di pulau Bali meletus konflik antara para pendukung sistem kasta tradisional Bali melawan orang-orang yang menolak nilai-nilai tradisional itu. Jabatan pemerintahan, uang dan keuntungan bisnis beralih pada orang-orang komunis pada tahun-tahun akhir masa kepresidenan Soekarno. Sengketa atas tanah dan hak-hak penyewa berujung pada pengambilan lahan dan pembantaian, ketika PKI mempromosikan "aksi unilateral". Setelah Soeharto berkuasa di Jawa, gubernur-gubernur pilihan Soekarno dicopot dari jabatannya. Orang-orang komunis kemudian dituduh atas penghancuran budaya, agama, serta karakter pulau Bali. Rakyat Bali, seperti halnya rakyat Jawa, didorong untuk menghancurkan PKI.

Sebagai satu-satunya pulau yang didominasi Hindu di Indonesia, Bali tidak memiliki kekuatan Islam yang terlibat di Jawa, dan tuan tanah PNI menghasut pembasmian anggota PKI. Pendeta tinggi Hindu melakukan ritual persembahan untuk menenangkan para roh yang marah akibat pelanggaran yang kelewatan dan gangguan sosial. Pemimpin Hindu Bali, Ida Bagus Oka, memberitahu umat Hindu: "Tidak ada keraguan [bahwa] musuh revolusi kita juga merupakan musuh terkejam dari agama, dan harus dimusnahkan dan dihancurkan sampai akar-akarnya."

Seperti halnya sebagian Jawa Timur, Bali mengalami keadaan nyaris terjadi perang saudara ketika orang-orang komunis berkumpul kembali. Keseimbangan kekuasaan beralih pada orang-orang Anti-komunis pada Desember 1965, ketika Angkatan Bersenjata Resimen Para-Komando dan unit Brawijaya tiba di Bali setelah melakukan pembantaian di Jawa. Komandan militer Jawa mengizinkan skuat Bali untuk membantai sampai dihentikan. Berkebalikan dengan Jawa Tengah tempat angkatan bersenjata mendorong orang-orang untuk membantai "Gestapu", di Bali, keinginan untuk membantai justru sangat besar dan spontan setelah memperoleh persediaan logistik, sampai-sampai militer harus ikut campur untuk mencegah anarki. Serangkaian pembantaian yang mirip dengan peristiwa di Jawa Tengah dan Jawa Timur dipimpin oleh para pemuda PNI berkaus hitam. Selama beberapa bulan, skuat maut milisi menyusuri desa-desa dan menangkap orang-orang yang diduga PKI. Antara Desember 1965 dan awal 1966, diperkirakan 80,000 orang Bali dibantai, sekitar 5 persen dari populasi pulau Bali saat itu, dan lebih banyak dari daerah manapun di Indonesia.

Tindakan PKI berupa gerakan penghuni liar dan kampanye melawan bisnis asing di perkebunan-perkebunan di Sumatra memicu aksi balasan yang cepat terhadap orang-orang komunis. Di Aceh sebanyak 40.000 orang dibantai, dari sekitar 200.000 korban jiwa di seluruh Sumatra. Pemberontakan kedaerahan pada akhir 1950-an semakin memperumit peristiwa di Sumatra karena banyak mantan pemberontak yang dipaksa untuk berafiliasi dengan organisasi-organisasi komunis untuk membuktikan kesetiaan mereka kepada Republik Indonesia. Berhentinya pemberontakan tahun 1950-an dan pembantaian tahun 1965 oleh kebanyakan masyarakat Sumatra dipandang sebagai "pendudukan suku Jawa". Di Lampung, faktor lain dalam pembantaian itu nampaknya adalah imigrasi suku Jawa.

Meskipun garis besar peristiwa diketahui, namun tidak banyak yang diketahui mengenai pembantaiannya, dan jumlah pasti korban meninggal hampir tak mungkin diketahui. Hanya ada sedikit wartawan dan akademisi Barat di Indonesia pada saat itu. Angkatan bersenjata merupakan satu dari sedikit sumber informasi, sementara rezim yang melakukan pembantaian berkuasa sampai tiga dasawarsa. Media di Indonesia ketika itu dibatasi oleh larangan-larangan di bawah "Demokrasi Terpimpin" dan oleh "Orde Baru" yang mengambil alih pada Oktober 1966. Karena pembantaian terjadi di puncak Perang Dingin, hanya sedikit penyelidikan internasional yang dilakukan, karena berisiko memperkusut prarasa Barat terhadap Soeharto dan "Orde Baru" atas PKI dan "Orde Lama". [Bersambung ke hal.2]

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

BAHAYA PLASTIK BAGI LINGKUNGAN DAN KEHIDUPAN KITA

Posted: 03 Oct 2011 11:58 PM PDT

Plastik sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia modern saat ini dimulai sejak era tahun 1940 an dan 50 an. Banyak hal saat ini terbuat dari plastik, mulai dari kantong belanjaan, botol, kaleng, peralatan rumah tangga, cd, pipa, helm, handphone, tv, kulkas, mesin, kendaraan, dll. Terlepas dari segala kemudahan dan keuntungan menggunakan plastik, ternyata plastik juga membawa bencana bagi lingkungan termasuk makhluk hidup di dalamnya.

Apa yang menyebabkan plastik berbahaya?

Berbahayanya plastik terkait erat dengan sifatnya yang non-biodegradable, yakni tak akan pernah bisa di uraikan oleh organisme pengurai di alam. Yang terjadi hanyalah, plastik menjadi potongan-potongan kecil di alam dan itupun memerlukan proses yang sangat lama yang bisa mencapai 1000 tahun, tergantung dari jenis dan kondisi plastiknya. Walaupun plastik menjadi sangat kecil seperti partikel debu, tetap saja ia adalah plastik.. Artinya bahan plastik akan selama-lamanya berada di alam, dan akan menimbulkan polusi lingkungan, baik di darat, laut, maupun udara.

Partikel-partikel plastik itu akan mempengaruhi lingkungan dan kehidupan dalam banyak hal. Hewan-hewan, baik di darat maupun laut, bisa memakan potongan kecil plastik itu secara tak sengaja yang menyebabkan gangguan pencernaan dan bisa berujung pada kematian karena tubuh tak bisa mengolahnya. Bahkan ketika hewan tadi mati, membusuk, dan terurai, plastik yang tertimbun di tubuhnya akan kembali ke alam dan bisa dimakan oleh hewan lainnya, dan begitu seterusnya siklus berulang kembali.

Partikel-partikel plastik tentunya juga bisa masuk ke tubuh manusia, baik melalui hewan, peralatan sehari-hari yang dipakai terutama untuk makan dan minum, melalui air yang tercemar limbah plastik, ataupun melalui debu-debu di udara.

Hal yang menambah bahaya dari plastik adalah zat-zat kimia berbahaya yang dikandungnya, yang ditambahkan selama proses pembuatan plastik, yang bisa mengganggu kerja sistem tubuh dan bisa menyebabkan kanker. Jadi bisa dibayangkan sendiri akibat yang ditimbulkan jika zat-zat kimia berbahaya ini ikut masuk bersama partikel plastik ke dalam tubuh makhluk hidup termasuk manusia.

Proses pembuatan plastik juga banyak melepaskan gas-gas beracun ke udara, baik yang membahayakan kesehatan makhluk hidup maupun membahayakan atmosfer bumi. Begitu juga di dalam proses pendaur ulangannya. Oleh karena itu daur ulang plastik sebenarnya bukanlah solusi total dari usaha mengurangi dan mencegah pencemaran lingkungan oleh plastik. Bahkan plastik tak akan bisa didaur ulang selama-lamanya karena mutu dan kualitasnya akan semakin menurun, sehingga pembuatan plastik baru pun tak bisa dielakkan.

Bagaimana dengan membakar plastik? Efeknya sama saja jeleknya karena dengan membakar plastik akan melepaskan zat-zat berbahaya ke udara, termasuk dioxin, salah satu zat paling beracun yang pernah ada.

Selain itu, proses pembuatan plastik juga melibatkan penggunaan minyak bumi yang tidak sedikit. Padahal sebagaimana yang kita ketahui cadangan minyak bumi di dunia semakin menipis, dan minyak bumi semakin hari menjadi barang yang makin langka dan oleh karenanya semakin mahal untuk digunakan sebagai bahan bakar bagi aktifitas manusia.

Setelah kita menyadari bahaya plastik bagi kehidupan di bumi, tentunya diperlukan langkah-langkah nyata untuk menyelamatkan lingkungan hidup kita. Selain memang masih diperlukannya daur ulang plastik (walaupun tak banyak memberi efek positif, dimana sebaiknya dilakukan pemisahan sampah yang terbuat dari plastik dengan sampah-sampah lainnya semenjak dari lingkungan rumah tangga), perlu kiranya dilakukan pengurangan pemakaian dan produksi plastik di muka bumi.

Di berbagai negara maju di luar negeri, sudah digalakkan program berbelanja dengan membawa kantong sendiri dimana saya belum pernah mendengarnya diadakan di Indonesia. Bahkan di Indonesia, tradisi membuang sampah pada tempatnya masih belum tampak nyata realisasinya dalam keseharian hidup bermasyarakat. Sampah dengan mudahnya kita temukan dimana-mana, di jalanan, di saluran air, sungai-sungai, dsb.

Pemakaian tas-tas atau kantong yang tak terbuat dari bahan plastik juga harus digalakkan. Selain itu harus dilakukan kampanye penyuluhan pada masyarakat akan bahaya plastik ini sehingga masyarakat bisa secara aktif dan sadar untuk mengurangi ketergantungan dan penggunaan plastik.

Saat ini para ilmuwan juga sedang meneliti pembuatan plastik yang bisa diuraikan oleh alam termasuk di dalamnya yang bisa diuraikan oleh cahaya. Akan tetapi jika ini bisa terwujud tentunya juga tak akan menyelesaikan semua permasalahan, mengingat hanya sampah-sampah plastik di permukaan sajalah yang akan terurai oleh cahaya matahari dan tidak akan menyentuh plastik yang tertimbun di dalam tanah.

Di akhir kata, selain tak memungkiri masih pentingnya plastik dalam kehidupan manusia, perlu kiranya produksi dan pemakaiannya dilakukan secara logis dan terbatas sehingga tak merusak ekosistem dan kehidupan makhluk hidup di dalamnya. Dan hendaknya kita semua sadar tentang isu lingkungan yang penting ini, dan turut berperan sesuai dengan fungsi dan kemampuan masing-masing demi menjaga kelangsungan kehidupan di muka bumi ini. [Susi Oie / Tanjung Pandan / Belitung / Tionghoanews]

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

KUASA SUPRANATURAL DALAM KEDOKTERAN KUNO

Posted: 03 Oct 2011 11:48 PM PDT

Natalya Nikolayevna Demkina Seorang gadis Rusia mengguncangkan dunia medis Inggris. Dia bisa 'meneropong' organ-organ tubuh manusia serta mengobatinya.

Hasil diagnosis membuktikan, jika orang yang dia 'teropong' memang menderita penyakit seperti yang ia sampaikan sebelumnya. Seorang wartawan dari harian Inggris, The Sun, memperoleh persetujuan dari orang tua si gadis untuk melakukan penelitian terhadap dirinya.

"Kemampuan" gadis itu dikenal dengan "Penglihatan Surga." Seseorang yang memiliki kemampuan ini dapat melihat menembus dinding dan menembus tubuh manusia. Di masa modern ini, sangat sedikit orang yang memiliki "Penglihatan Surga," namun dokter-dokter kuno umumnya memiliki kuasa supranatural ini. Penglihatan Surga ini juga banyak dicatat dalam literatur kuno.

Sebuah artikel di Shih Chi (Catatan Sejarah Agung, buku sejarah terlengkap pertama tentang peradaban Tiongkok selama 3000 tahun mulai dari zaman Kaisar Kuning sampai dengan masa Dinasti Han Barat), yang ditulis oleh Sima Qian, menceritakan tentang seorang dokter bernama Bian Que. Bian Que juga dikenal dengan Qin Yueren. Dia bertemu dengan Zhang Sangjun, seorang laki-laki yang memiliki kuasa supranatural. Dia memberikan resep rahasia pada Bian Que dan menyarankannya minum obat dengan air "yang tidak bersentuhan dengan tanah", misalnya, embun.

Tiga puluh hari setelah mengikuti saran Zhang Sangjun, Bien Que dapat melihat menembus dinding dan organ tubuh manusia. Suatu hari, ia melewati Negara Guo dan menyaksikan sebuah pemakaman dalam pandangan tidak kasat matanya.

Seorang pejabat mengatakan kepadanya bahwa pangeran kerajaan tiba-tiba meninggal dan mereka akan memasukkannya ke dalam peti. Bian Que, masih berdiri di pintu istana, menyatakan bahwa pangeran belum meninggal dan akan datang menghampirinya. Pejabat itu tidak percaya padanya.

Bian Que menegaskan lebih lanjut, "Coba mintalah dokter membuat diagnosis, saat pangeran mendengar suara, ia akan mengedutkan hidung dan mulut dan Anda akan mendapatkan area selangkangan masih hangat." Kemampuan Bian Que terbukti kemudian. Hingga saat ini kemampuannya masih menjadi misteri.

Hua Tuo dikenal sebagai perintis bedah medis tradisional Tiongkok. Dialah yang menemukan anestesi (pembiusan). Informasi anestesi kali pertama ditemukan dalam Hou Han Shu (salah satu catatan sejarah Tiongkok yang disusun oleh Ye Fan pada abad ke-5). "Jika akupunktur dan obat tidak dapat menyembuhkan penyakit, kita bisa meminta pasien mengonsumsi anggur untuk anestesi. Ketika si pasien mati rasa dan kehilangan kesadaran, kita dapat menyayat perut dan mengangkat tumor di dalamnya. Jika penyebab penyakit di dalam usus dan isi perut, kita dapat membelah, membilas, membuang bagian yang sakit, dan kemudian menjahitnya kembali.

Setelah mengoleskan semacam salep pada luka, ia akan pulih dalam 4-5 hari, dan benar-benar dapat memulihkan kesehatannya dalam satu bulan." Hua Tuo membedah perut pasien tanpa sinar-X. Bagaimana ia bisa mengetahui dengan pasti di mana dia harus menyayat? Oleh karena itu diduga Hua Tuo juga memiliki Penglihatan Surga. Jika tidak, dia tidak akan bisa menjadi dokter bedah.

Zhongjing Zhang yang dianggap sebagai orang bijak dalam pengobatan Tiongkok juga memiliki kemampuan tersebut. Dalam sejarah dituliskan Zhang Zhongjing bertemu seorang pejabat, Wang Zhongxuan. Zhang Zhongjing, yang berusia 20 tahun mengetahui banyak ilmu medis. Dia mengatakan pada Wang Zhongxuan, "Anda menderita penyakit. Saat berusia empat puluh tahun, Anda akan kehilangan alis. Saat semua alis rontok, Anda akan meninggal dalam waktu enam bulan. Anda harus mengonsumsi five stone powder (suatu bentuk obat bius kuno) untuk mencegahnya. "Wang Zhongxuan menganggap kata-kata Zhang Zhongjing hanya perkataan tidak penting.

Dia menerima obat yang diberikan, namun tidak mengonsumsinya. Tiga hari kemudian, Zhang Zhongjing bertemu kembali dengan Wang Zhongxuan dan bertanya, "Apakah Anda meminum obatnya?" Wang Zhongxuan menjawab, "Ya." Zhang Zhongjing menyahut, "Sepertinya Anda tidak meminumnya. Mengapa Anda tidak peduli dengan kehidupan Anda sendiri?" Wang Zhongxuan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dua puluh tahun kemudian, alisnya rontok dan dia meninggal 187 hari kemudian, sesuai yang diperkirakan Zhang Zhongjing.

Ketiganya tercatat di dalam buku sejarah. Mereka adalah dokter yang mengolah jiwa dengan kriteria moral tinggi, oleh karena itu mereka memiliki kuasa supranatural. Tak perlu diragukan lagi kemampuan mereka dalam penanganan medis. Mereka menggunakan kekuatan supranatural untuk menyembuhkan orang atau memprediksi nasib baik atau buruk.

Lambat laun semakin berkurang dokter tradisional Tiongkok yang juga mengolah jiwa dengan kriteria moral tinggi. Dokter di masa lalu tidak peduli dengan ketenaran dan keuntungan, sehingga ketenangan pikiran mereka mencapai tingkat kebijaksanaan. Ketenangan didapatkan dari konsentrasi penuh dan konsentrasi penuh didapatkan dari kebijaksanaan. Oleh karena itu mereka memiliki keahlian bertaraf tinggi.

Dalam kehidupan modern, masyarakat hidup di tengah kehidupan yang baik dan nyaman, namun, keinginan pribadi pun ikut meningkat. Banyak hal-hal keduniawian yang menggoda. Bagaimana seseorang dapat mengolah  jiwanya?  Dokter "tradisional" Tiongkok modern menggunakan stetoskop (alat untuk mendengarkan nafas maupun detak jantung), sphygmomanometers (instrument untuk mengukur tekanan darah), sinar-X, mikroskop (alat optikal untuk melihat objek mikroskopis), USG, tes laboratorium, dan lainnya sebagaimana dilakukan dokter Barat.

Sebaliknya dokter tradisional Tiongkok kuno bisa mengetahui kesehatan seseorang hanya dengan meneropong. Saat ini yang tersisa hanyalah warisan pengalaman dan resep. Inti pengobatan Tiongkok tradisional sendiri telah pudar. [Liana Yang / Surabaya / Tionghoanews]

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

TINGKAT SEROTONIN PENGARUHI AMARAH

Posted: 03 Oct 2011 04:54 PM PDT

Mengapa beberapa orang cenderung lebih agresif daripada yang lain? Penelitian baru dari Universitas Cambridge menunjukkan bahwa kemarahan merupakan regulasi (pengaturan) yang terkait dengan fluktuasi (gejala naik-turun) tingkat serotonin dalam otak.

Perubahan kadar serotonin dapat terjadi pada individu-individu yang stres atau belum makan. Studi terbaru memeriksa aktivitas daerah otak yang berbeda, dan hubungan mereka dengan pengaturan amarah.

"Kami sudah mengenal selama beberapa dekade bahwa serotonin merupakan kunci dalam memunculkan agresi (amarah, perbuatan kasar), namun baru-baru ini kami telah memiliki teknologi untuk melihat ke dalam otak, dan memeriksa bagaimana serotonin membantu kita dalam mengatur impuls emosional kita," kata Dr Molly Crockett, rekan penulis pertama studi tersebut, dalam siaran pers.

"Dengan menggabungkan tradisi panjang dalam penelitian dengan teknologi baru, akhirnya kami berhasil mengungkap mekanisme bagaimana serotonin dapat memengaruhi agresi."

Para peneliti melihat efek dari acute tryptophan depletion (ATD-metode untuk mempelajari tindakan antidepresan) pada 30 individu sehat. Sebuah kuesioner tentang kepribadian menunjukkan individu mana saja yang cenderung berperilaku agresif.

Kemudian peserta penelitian disuruh berdiet, dengan mengonsumsi sedikit tryptophan (jenis asam amino yang biasanya digunakan untuk diet), sehingga perkembangan serotonin terhenti pada satu hari. Kemudian diikuti oleh jumlah normal tryptophan dalam campuran yang sama pada hari lain, sehingga serotonin mengalami efek plasebo (pemulihan diri).

Setelah itu tim mengukur respon otak terhadap gambar wajah yang sedang marah, sedih, dan netral, menggunakan pencitraan magnetik resonansi fungsional (fMRI).

Ketika kadar serotonin otak lebih rendah, peserta menunjukkan gejala lemahnya komunikasi antara daerah korteks prefrontal otak dan amigdala, yaitu sistem limbik otak yang mengatur emosi.

Temuan menunjukkan bahwa ketika tingkat serotonin rendah, korteks prefrontal kurang mampu mengendalikan respon kemarahan yang dihasilkan oleh amigdala (saraf otak yang berperan dalam melakukan pengolahan terhadap reaksi emosi).

"Meskipun hasil penelitian ini berasal dari relawan kesehatan, namun hasil ini masih relevan untuk berbagai gangguan kejiwaan dimana kekerasan merupakan masalah yang umum," ujar rekan penulis Dr Luca Passamonti dari Consiglio Nazionale delle Ricerche (CNR).

"Kami berharap bahwa penelitian kami akan mengarah untuk meningkatkan diagnostik serta perawatan yang lebih baik untuk kondisi seperti ini."

Penelitian ini dipublikasikan secara online dalam jurnal Biological Psychiatry pada 15 September. [Susi Ng / Balikpapan / Tionghoanews]

--------------------
Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.tionghoanews.com dari browser ponsel anda atau ingin terima artikel baru berupa email bisa bergabung dalam email group http://asia.groups.yahoo.com/group/tionghoanews
--------------------

No comments:

Post a Comment