Tuesday 27 September 2011

印尼华人 (21/1)

印尼华人 (21/1)


BERTEMAN DAN MENJAGA TALI PERSAHABATAN

Posted: 27 Sep 2011 08:26 AM PDT

Sebagai manusia kita memerlukan teman. Sering kali teman-teman membantu kita melewati masa sulit, dan demikian juga sebaliknya.

Semakin berkualitas lingkungan sosial yang kita miliki, hidup kita akan menjadi semakin bermakna dan menarik. Berikut ini adalah beberapa tips bagaimana untuk mencapainya:

1. Perhatian pada orang lain

Salah satu cara terbaik untuk berteman adalah dengan memberi perhatian pada orang-orang di sekeliling Anda. Ketika Anda bertemu dengan orang-orang baru, curahkan pada usaha mencari tahu tentang mereka dengan mengajukan pertanyaan yang berbobot, bukan pertanyaan yang hanya dijawab dengan "ya" atau "tidak."

2. Sifat positif

Siapa yang tidak menyukai seseorang yang riang gembira? Ketika kita semua sedang melewati hari yang buruk, orang-orang yang dapat melihat sisi positif dan berusaha untuk maju biasanya adalah orang-orang yang mudah untuk diajak berteman.

3. Jangan bergosip

Jangan bergosip dan berbicara di belakang orang. Ini bukan hanya akan merusak persahabatan yang telah ada, tetapi juga menyebabkan Anda tidak akan mendapat teman baru.

4. Jadilah turis di kota Anda

Berpura-puralah Anda adalah pendatang baru di kota dan kunjungilah tempat-tempat menarik di kota Anda. Ketika Anda sedang berada di luar, misal, ketika sedang berkeliling atau menikmati perjalanan sebagai turis, Anda akan terkejut dengan banyaknya orang-orang baru yang dapat Anda temui.

5. Jalinlah hubungan dengan rekan kerja

Berusahalah dekat dengan rekan kerja Anda. Berteman dengan orang-orang yang bekerja dengan Anda memerlukan waktu, tetapi Anda memiliki persamaan yang besar, yaitu karir dan lingkungan kerja yang sama.

6. Berdebat dengan cara yang sehat

Latihlah seni berargumentasi yang sehat. Semakin baik Anda menunjukkan keberatan Anda tanpa merusak persahabatan, tanpa menuduh orang lain atau memojokkan orang lain, semakin mudah Anda mempertahankan sahabat yang baik di dalam hidup Anda.

7. Terlibat dengan orang-orang yang Anda Temui

Berusaha untuk berbicara dengan lima orang setiap hari, baik itu melalui tatap muka, atau lewat telepon, atau lewat komputer, atau tulisan tangan. Percakapan tidak selalu harus panjang, tetapi dengan melibatkan diri secara aktif dengan orang lain, Anda akan lebih menyadari ketika sebuah kesempatan persahabatan muncul.

8. Proaktif dalam membantu teman

Selalu siap sedia membantu teman melewati masa sulit. Persahabatan kadang kala berakhir ketika satu orang menghadapi masa masa sulit dan merasa bahwa teman-temannya tidak berada di samping dan mendukungnya. Ketika seorang teman sedang susah, cobalah bantu sebelum mereka meminta bantuan. Ini sangatlah berisiko, karena Anda mungkin saja akan ditolak, tetapi Anda dapat selalu memberikan masukan yang positif, yang bukan hanya akan menghibur mereka, tetapi juga memberikan berkah pada Anda.

9. Jujur dengan orang lain

Kejujuran tanpa menyakiti perasaan orang adalah suatu seni, tetapi jika Anda dapat memiliki sifat kejujuran yang lembut Anda akan dihargai dan memiliki banyak teman.

10. Berbahagialah untuk teman Anda

Janganlah berkompetisi dengan teman-teman Anda. Hidup bukanlah pertandingan. Berbahagialah atas pencapaian teman-teman Anda selayaknya seperti pencapaian Anda sendiri. [Kelly Chang / Jogjakarta / Tionghoanews]

TIGA GAYA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Posted: 27 Sep 2011 05:24 AM PDT

ika Anda seorang leader yang aktif berkomunikasi, tentunya Anda sering mengambil keputusan dari mulai hal-hal yang sederhana sampai pada yang berdampak terhadap banyak kepentingan.

Tergantung dari situasi yang Anda hadapi, ada tiga gaya pengambilan keputusan. Tiap gaya mempunyai karakter tersendiri yang ditentukan oleh keadaan dan keterlibatan orang-orang didalamnya.

* Yang pertama, memutuskan sendiri. Dalam hal ini Anda, sebagai leader, mengambil keputusan sendiri dan kemudian mengkomunikasikan keputusan Anda pada orang-orang di tim Anda. Gaya ini efektif saat Anda mempunyai informasi cukup dan pengetahuan yang diperlukan. Keputusan Anda akan diterima baik oleh tim karena waktunya pun terbatas.

* Kedua, konsultatif. Menggunakan pendekatan ini, Anda berkonsultasi dengan anggota tim yang lain dalam mengumpulkan informasi untuk mendapatkan kepastian. Konsultasi ini bisa dilakukan dalam suasana pertemuan one-on-one atau dalam sesi meeting. Begitu informasi yang diperlukan terkumpul, Anda membuat keputusan dan mengkomunikasikannya pada orang lain.

* Ketiga, konsensus atau musyawarah untuk mufakat. Pendekatan ini melibatkan Anda dan anggota tim yang lain untuk mencapai kesepakatan dalam pengambilan keputusan. Semua terlibat aktif untuk menyuarakan pendapatnya. Keputusan yang diambil merupakan hasil mufakat bersama yang diterima oleh semua pihak dengan memuaskan. Konsensus tidak serta merta memerlukan persetujuan semua anggota, tapi paling tidak memenuhi kuorum yang disyaratkan.

Pendekatan apapun yang Anda ambil memerlukan seni berkomunikasi yang jelas dan terarah. Gunakan kualitas bahasa, suara, dan sikap tubuh yang benar agar pengambilan keputusan terlihat meyakinkan dan diterima semua pihak. [Angelina Lim / Medan / Tionghoanews]

APAKAH KITA PERLU BELAJAR DARI KEGAGALAN ?

Posted: 27 Sep 2011 05:20 AM PDT

Apa yang dimaksud dengan kegagalan dan apakah kita perlu mempelajarinya untuk mencapai sukses?

Menarik untuk disimak, kegagalan bisa diartikan berbeda oleh banyak orang. Satu pandangan mengatakan kegagalan adalah ketidakmampuan mencapai apa yang diinginkan. Sementara ada juga yang menganggap kegagalan terjadi akibat terlalu memaksakan diri melakukan sesuatu yang melebihi kemampuan yang ada atau istilahnya "nafsu besar tenaga kurang".

Lantas pertanyaannya, apakah kita perlu mempelajari kegagalan?

Kalau kita bercermin pada perusahaan-perusahaan dan tokoh-tokoh besar dunia, mempelajari kegagalan hanya berguna dalam konteks pencapaian sukses.

Dalam hal ini, kegagalan memberikan pengetahuan tentang apa yang kita luput lakukan di masa lalu dan bagaimana kita sebaiknya melakukannya di masa depan agar sukses tercapai.

Eksperimen hari ini:

1. Pilih satu hal yang ingin Anda tampilkan berbeda?
Misalnya: bagaimana tindakan saya bisa memberikan dampak positif bagi orang-orang?

2. Ambil contoh tiga orang yang Anda anggap mewakili "role model yang sukses" di area ini
Misalnya: Nelson Mandela, Soekarno, Ayah Anda sendiri.

3. Sikap apa yang kira-kira mereka sama-sama miliki? Adakah kesamaan karakter dan strategi mereka?
Misalnya: mereka punya keyakinan diri, mereka mau mengambil risiko, mereka menyayangi orang-orang disekitarnya.

4. Sekarang ambil satu orang yang Anda anggap gagal di area ini
Misalnya: Hitler

5. Apa yang sama antara orang ini dengan ketiga orang yang sukses?
Misalnya: barangkali dia juga punya keyakinan diri, juga mau mengambil risiko (meskipun dijalan yang merugikan)

6. Apa perbedaannya?
Misalnya: Dia mengajarkan kebencian, memposisikan dirinya diatas orang lain.

7. Sekarang kembali ke role model yang sukses. Jika Anda ingin seperti mereka, apa yang bisa Anda lakukan yang berbeda dengan contoh yang gagal?
Misalnya: mengajarkan kasih sayang, memperlakukan orang lain setara, berani mengambil risiko tanpa merugikan orang lain. [Angelina Lim / Medan / Tionghoanews]

AWAKEN YOUR PERSONAL POWER

Posted: 27 Sep 2011 05:17 AM PDT

Pernahkan terlintas dibenak Anda mengapa beberapa orang tertentu seperti dilahirkan sebagai winners? Orang-orang seperti ini biasanya dengan mudah meraih prestasi dan memiliki karir sukses.

Apa sesungguhnya yang membuat orang-orang ini berhasil, sementara yang lain jatuh gagal?

Sebetulnya tidak ada yang aneh dalam hal ini. Orang-orang ini memiliki kemampuan mengelola potensi yang ada dalam dirinya dan mengambil alih kendali hidup yang diarahkan untuk pencapaian sebuah tujuan. Dalam kata lain, mereka menguasai personal power.

Kita semua memiliki kekuatan dalam diri kita yang tinggal menunggu perintah untuk dijalankan. Kekuatan ini berupa pikiran yang kita miliki, kata-kata yang diucapkan, dan tindakan yang kita ambil.

Personal power adalah kemampuan mengelola pikiran, ucapan, dan tindakan yang membawa kebaikan bagi diri kita dan orang-orang sekitar.

Personal power tidak bergantung pada latar belakang pendidikan atau posisi yang Anda pegang. Melainkan pada kesadaran untuk mengamati pikiran yang ada di kepala Anda. Kata-kata yang diucapkan pun mewakili betul apa yang Anda yakini. Kemudian perilaku Anda mencerminkan apa yang Anda percaya sebagai kebaikan bagi diri dan sesama.

Keselarasan antara pikiran, ucapan dan tindakan ini menjadi kunci dalam pengelolaan personal power.

Jika Anda menganggap diri Anda sebagai pribadi yang kuat. Saat Anda berbicara dengan orang lain ucapan Anda akan terdengar penuh kepercayaan diri. Dan tentunya sikap yang Anda tampilkan sekarang berbeda. Anda menjadi lebih aktif dan berani mengambil keputusan.

Pikiran Anda adalah aset luar biasa yang Anda miliki sebagai anugerah dari Yang Maha Kuasa.

Apa yang Anda pikirkan menentukan arah hidup yang Anda tuju. Saat Anda memiliki kemauan untuk meraih sebuah tujuan, Anda jaga kemauan ini dengan pikiran yang sejalan dengan cita-cita Anda. [Angelina Lim / Medan / Tionghoanews]

KEBERUNTUNGAN DAN MALAPETAKA

Posted: 27 Sep 2011 05:00 AM PDT

Ketika tadi pagi pergi ke pasar berbelanja, dalam perjalanan pulang ditengah jalan saya melihat seorang bapak tergeletak ditengah jalan, ternyata seorang gadis muda dengan mobilnya melanggar bapak yang mengendarai sepeda motor ini, bapak ini tergeletak ditengah jalan tidak bisa bergerak, melihat pemandangan ini membuat hati saya ketakutan.

Saya sendiri juga telah beberapa kali mengalami kecelakaan mobil, tetapi karena keberuntungan saya dan berkat yang diberikan Tuhan kepada saya, oleh sebab itu saya sangat berterima kasih kepada Tuhan yang telah menyelamatkan saya. Kehidupan manusia benar-benar rapuh, sebuah kecelakaan fatal dapat menyebabkan nyawa melayang. Tetapi manusia tidak menyadarinya, dalam dunia fana ini demi harta dan ketenaran bertempur terus.

Dahulu di perusahaan kami, ada seorang pemuda yang mempunyai bakat besar, kariernya sedang menanjak, tiba-tiba suatu hari kami mendapat kabar bahwa pemuda ini dan istrinya mengalami kecelakaan mobil besar, mobilnya terbakar, suami istri ini meninggal di tempat meninggalkan seorang anak yang masih kecil yang menderita penyakit jantung.

Mendengar berita ini setiap rekan dikantor sangat terkejut, semua merasa keselamatan adalah berkat besar,  hidup didunia ini sungguh harus memandang hambar terhadap segalanya,  tetapi manusia selalu lupa, setelah beberapa waktu mereka akan lupa mereka telah memandang hambar kepada dunia fana ini, mereka mulai bertarung mati-matian lagi mencari keuntungan, nama, harta dan ketenaran.

Manusia demi kebahagiaan hidup didunia ini, demi mencari keuntungan pribadi, dengan sadar ataupun tanpa sadar mulai menyakiti orang lain, mereka tidak sadar ketika menyakiti orang demi mendapat keuntungan pribadi, mereka telah menciptakan karma besar. Ketika karma ini tiba maka  rasa sakit dan malapetaka akan menimpa, oleh sebab itu orang yang tidak tahu atau tidak percaya kepada karma adalah orang yang paling bodoh, membabi buta melakukan hal-hal buruk, akhirnya karma tersebut akan menimpa diri sendiri. Ini seperti boomerang yang menyerang diri sendiri.

Tentu saja, ada beberapa orang yang mengatakan, "Lihat orang itu cukup baik, kenapa mendapat  balasan demikian?" Namun, jika engkau bisa mengundurkan waktu ke masa lalu, atau masa masa yang lalu, maka anda akan menemukan semua itu berhubungan dengan perbuatan diri sendiri  pada masa masa yang lalu. Dengan kata lain bahwa sekarang kita melakukan hal-hal yang jahat dan buruk, untuk waktu tertentu engkau harus membayarnya. Nasehat kepada manusia yang hidup didunia yang fana ini, mulai sekarang janganlah melakukan hal-hal yang melanggar hati nurani, jadilah orang baik, tanamlah petak kebajikan demi diri sendiri dan anak cucu anda. Tinggallah lebih banyak pahala di dunia ini,  juga doa saya demi bapak yang tadi padi ditimpa kecelakaan semoga dia lekas sembuh, selamat dan sehat kembali. [Elisabeth Wang / Banda Aceh / NAD / Tionghoanews]

K E C E W A

Posted: 27 Sep 2011 01:18 AM PDT

Cerpen: Bila tidak karena mempertimbangkan kegaduhan yang mungkin timbul, Darwis hendak berteriak sekeras kerasnya dan berlari keliling perkampungan itu. Ia ingin memproklamirkan kegembiraannya kepada semua warga bahwa dia siap bekerja lagi. Semua utangnya akan dibayar lunas. Mang Karta pemilik warung rokok, Mpok Milah pedagang nasi uduk tak perlu was was kalau ia kabur. Kalau perlu, bayar sekalian berikut bunganya. Dan, terakhir, akan dipasangkan di depan rumahnya pengumuman: "Dilarang memandang Darwis sebelah mata". Pedih rasanya dilecehkan karena menganggur.

Memang, di tangannya kini terpegang surat panggilan kerja. "Anda diharapkan datang Senin 25 September 2011, untuk mulai bekerja. Tentu saja kami akan memberikan pengenalan singkat dan brifing tugas yang menjadi tanggungjawab Anda". Tertulis jelas di kertas itu.

Mewahnya kertas surat itu memastikan bukan berasal dari perusahaan kacangan. Kertas itu terlalu mahal bagi mereka. "PT Produk Lokal Indonesia" terpampang gagah di tengah atas kertas yang dipegangnya. Nama perusahaan itu terasa aneh, tapi ia tidak peduli.

Surat lamaran mana yang nyasar ke perusahaan itu? Ribuan lamaran dilayangkan sudah. Beberapa saja yang punya alamat jelas. Selebihnya masuk Kotak Pos saja.

Dari semua lamaran yang dikirim, tak satu pun dijawab. Tidak untuk sekadar interviu, apalagi panggilan kerja. Darwis larut dalam angan yang mendadak hadir di relung pikirannya. Ini peluang bagiku. Keadaan mulai berubah. Aku harus ambil posisi itu.

Tiga tahun menganggur, hidup dari pesangon yang sudah minus, seperti sekarang, terasa menyesakkan. Apapun pekerjaan itu, aku tak boleh menampiknya. Ini mungkin satu-satunya kesempatan.

Pukul enam pagi, Darwis meninggalkan rumah petak kontrakannya. Semangat dan ceria memancar dari wajahnya yang berseri-seri. Siapa pun, yang pernah bertemu dia sebelumnya, akan tercengang. Darwis ceria sekali.

Penuh semangat. Selangkah demi selangkah, ia menjauh dari pintu rumahnya.

"Ceria bener, Bang."

"Udah kerja lagi, ya, Bang?"

"Enggak sarapan uduk dulu, Bang?"

"Ngutang lagi? Tapi, abis gajian langsung bayar!"

"Biasa aja," sahutnya nyaris tak terdengar. Entar kalian semua bakal terkagum-kagum, katanya dalam hati.

Darwis terus berjalan mantap. Langkahnya mengayun pasti. Di ujung gang, ia berhenti sesaat, melirik jam tangan. Masih terlalu pagi. Tidak perlu terburu-buru.

Begitu pintu lift terbuka, kakinya mengayun ringan. Menoleh ke aras kanan, di ujung pandangannya ia menatap logo perusahaan yang memanggilnya, mencengkeram dinding ruang tamu. Seorang resepsionis menatapnya.

"Saya Darwis." Ia memperkenalkan diri. "Saya diminta menghadap pak Marzuki, Manajer Personalia."

Resepsionis itu tersenyum, menyadari kehadiran Darwis. Terasa ada yang janggal dengan senyum itu.

"Ya, ya Bapak, manajer baru itu, kan?" Senyum itu tetap menempel di bibirnya. "Saya Sonya," ia mengulurkan tangan. "Selamat bergabung, Pak. Saat ini Pak Marzuki sedang meeting, sebentar lagi selesai," kata Sonya. "Tapi, Pak Marzuki sudah menugaskan saya mengantarkan Bapak melihat-lihat ruang kerja Bapak."

"Nah, ini ruangan Bapak," sahut Sonya membuyarkan kekaguman dan kebingungan yang baru dihadapi Darwis, sambil membuka pintu sebuah ruangan. "Bapak tunggu disini. Silakan isi formulir data karyawan ini."

"Ini ruang kerjaku?" Darwis bingung lagi. Ia ingat ruang direktur marketing di kantor lamanya. Fantastis, pikirnya. Ruang manager baru sudah semewah ini?

Marzuki Nasir, manager personalia ditemui Darwis, ternyata sama dengan lainnya. Murung sekali wajahnya.

"Silakan Pak Darwis," sahutnya kepada Darwis yang telah berdiri di pintu, sambil menunjuk kursi di seberang meja kerjanya. "Dari mana Bapak tahu kami membuka lowongan ini?" tanya Marzuki.

Darwis terkejut, tidak menyangka ditanya begitu. "Apa Bapak tidak bikin iklan lowongan?" tanyanya.

"Tidak, sama sekali tidak pernah." jawab Marzuki.

"Ada kebijakan di sini, kami tidak diperkenankan mengiklankan apa pun dalam menjalankan bisnis ini."

"Bagaimana resume saya bisa sampai ke tangan Bapak?" Darwis bertanya dalam kebingungannya.

"Surat lamaran Anda, ada dalam kotak pos kami!"

Kebingungan Darwis kian menjadi. Ia terdiam beberapa saat. "Boleh saya tahu berapa nomor kotak pos itu?"

"9999 JKS."

Jantung Darwis berdetak cepat. Seketika ia ingat. Ia memang mengirimkan satu set berkas lamarannya ke kotak pos itu. Ia bahkan tidak tahu bahwa kotak pos itu memang ada. Hanya iseng saja mengirimkannya.

Frustrasi karena tak satu pun lamarannya direspon, jadi sisa yang dimilikinya dikirim sembarang saja. Kata orang, 9 angka hokky. Darwis masih bingung.

"Ya, sudahlah," sahut Marzuki mengerti kebingungan Darwis. "Sepertinya Anda memang berjodoh kerja disini."

"Apakah saya diterima langsung bekerja?"

"Ya, setelah Anda menandatangani perjanjian kerja.Apa surat panggilan kami kurang jelas?"

"Jelas sekali. Hanya ... sedikit kaget. Tidak pernah begini sebelumnya," sahut Darwis lega.

"Apakah ada seseorang yang mereferensikan saya?"

"Oooo, kami tidak menanggapi referensi apa pun."

"Apakah Bapak merasa cukup dengan resume saya?"

"OK. Bekerja di sini tidak sama di tempat lain. Kami tidak mementingkan formalitas. Anda akan rasakan bedanya, nanti setelah bergabung kerja di sini."

Darwis masih bingung dengan persoalannya."Bagaimana Bapak bisa yakin, saya mampu bekerja di sini?"

"Sudahlah, tidak perlu Anda pikirkan. Seperti saya katakan, Anda berjodoh kerja disini. Pengalaman Anda sangat membantu. Ada beberapa hal yang Anda ketahui sebelum Anda menandatangani surat perjanjian kerja."

"Selayaknya perusahaan multinasional, semua perhitungan biaya operasional dilakukan dalam dolar, termasuk gaji karyawan." Dia berhenti sesaat, "Tentu saja yang Anda terima sudah berupa rupiah. Konversi yang kami gunakan adalah kurs rata-rata," Marzuki nyerocos tanpa memberi kesempatan Darwis berpikir.

"Itu sangat fair," Darwis berkata lirih.

"Sebagai manajer baru, basic salary Anda sebelum pajak adalah 1500 dolar Amerika." Ada penekanan khusus, yang dirasakannya pada kata Amerika, "Setelah potong pajak dan potongan resmi lain, Salary Anda 1200 dolar."

Heru Dharma adalah Direktur PT Produk Lokal Indonesia. Ia orang kedua. Orang pertamanya berkebangsaan Jerman sebagai regional operation director.

"Perusahaan ini merupakan perusahaan multinasional yang berpusat di Tel Aviv, Israel," sahut Sang Direktur memperkenalkan perusahaan itu. "Perusahana ini merupakan representative office untuk kawasan Southeas Asia dan sudah beroperasi lebih dari sepuluh tahun di Indonesia. Cabang perusahaan ini menyebar di berbagai negara," lanjutnya. "Pemiliknya adalah raksasa produsen consumer good dunia, advertising agency global, dan banyak biliuner terkaya dari berbagai negara."

"Kami punya banyak pabrik, memproduksi berbagai consumer good di pelbagai kota. Pasta gigi, sampo,sabun kesehatan, sabun kecantikan, dan lain-lain."

"Market share kami tidak berkembang pesat. Tapi,penjualan kami tetap tumbuh konstan. Gejolak ekonomi dan krisis moneter tidak berpengaruh."

"Persoalan yang sedang kami: image.Karena itulah akhirnya diputuskan untuk mengadakan brand image departemen ini, sehingga masalah itu ditangani serius. Andalah yang memimpinnya, Bung Darwis. "

"Sebentar, Pak," Darwis menyela pembicaraan."Kalau diijinkan, saya ingin bertanya."

"Silakan. Apa saja."

"Saya bingung. Rasa-rasanya saya belum pernah menemukan produk perusahaan ini di pasaran."

"Tentu, Bung tidak akan pernah menemukannya di pasar. Produk kami untuk kalangan terbatas. Anda sering mengamati iklan di televisi?"

"Tidak sampai mengamati, tapi saya sempat melihatnya," jujur Darwis menjawab.

"Hahaha..." Heru Dharma terbahak. "Tak seorang pun benar-benar memperhatikan iklan di televisi, tapi mereka semua ngoyo, tetap saja memutar iklan itu. Memang begitu kenyatannya. Itu terjadi dimana-mana."

Kejanggalan lain menyeruak di benak Darwis. Bagaimana bisa orang tertawa sementara rona wajahnya murung? Apa sebenarnya yang sedang terjadi di sini?

"Suatu kali, Bung pasti pernah melihat iklan yang membandingkan dua produk sejenis.Sabun ini dengan sabun produk lokal. Dan, semua produk lokal kalah mutu."

"Ya pernah. Sering malah," Darwis mengangguk.

"Mereka keterlaluan." muka Heru memerah marah. "Seharusnya mereka mempertimbangkan perasaan kita. Egois!." ketus sekali kata "egois" itu diucapkannya.

Darwis kaget. Emosi bapak ini seperti tidak stabil. "Bung kira, siapa yang bikin semua produk itu?"

Darwis terkesiap. "Saya pikir, semua itu untuk menjaga etiket beriklan saja."

"Semua orang akan mengira begitu. Tapi, semua itu adalah produksi perusahaan kita. Kami yang menyuplai mereka. Tentu berdasarkan spesifikasi order mereka."

"Jadi sebenarnya yang diproduksi hanyalah pembanding supaya produk di pasaran seakan lebih baik?"

"Begitulah, Bung Darwis.Kita diadakan, diperintah untuk membuat produk serampangan. Mereka ingin produk mereka berkesan wah. Supaya produk mereka diserbu pembeli. Kalau saja kita diijinkan melempar produk kita ke pasar dan mengiklannya, keadaan tidak akan begini." Miris sekali Heru mengucapkan kalimat itu.

Darwis melongo. Ia benar-benar tidak pernah menyangka begini. Produk Lokal ternyata merek dagang resmi. Merek dagang yang sengaja diciptakan untuk menjadi loser, supaya produk di pasar jadi superior.

"Kenapa Bapak betah bekerja di sini?"

"Betah? Saya betah bekerja di sini?" Wajahnya kembali murung seperti lainnya. "Dulu, ada staf saya yanf sangat idealis. Ia tidak terima perlakuan ini, dan tiba-tiba saja menghilang. Ia bukan aktivis anti Status Quo. Tapi, ia memang tidak pernah ditemukan kembali. Dirumahnya, di kampungnya, tidak ada. Demi kerahasiaan, mereka tak segan-segan bertindak biadab."

Darwis kecewa dengan kenyataan yang dihadapinya. Ia merasa dijebak sedemikian rupa, sekaligus meragukan pula siapa yang menjebaknya. Mereka? Ataukah keadaan yang terasa tidak berpihak kepadanya?

Sore hari, tepat pukul 18.00, Darwis masih terhenyak di ruang kerjanya. Ruang kerja yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Rapi, megah.Mungkin hanya direktur atau pengacara yang punya ruang seperti itu. Para pegawai lainnya sudah pulang. Hari pertama bekerja di kantor barunya merupakan hari yang panjang.

Darwis akhirnya kecewa. Tidak ada yang bisa dibanggakan kerja disini. Ia baru sadar, kenyataan inilah yang menyababkan semua orang disini jadi serba misterius. Senyuman hambar, tak bersemangat, serba murung. Perubahan emosi secara mendadak. Ini gila, pikirnya.

Akankah aku siap hidup tanpa semangat memperoleh pengakuan? Bukankah orang di luaran sana berjuang banting tulang, bunuh-bunuhan untuk sebuah pengakuan? Sementara aku disini, hanya diakui sebagai pecundang.

Hidupku sudah tergadaikan. Aku sudah jadi manusia tanpa kebanggaan. Mukanya masam memikirkan semua itu. "Indak karajo, nak karajo. Alah karajo, mancilobia".*) Pepatah yang ia dengar di kampung terngiang-ngiang kembali di benaknya. Keadaan yang ia alami sampai akhirnya memperoleh pekerjaan ini digambarkan persis oleh kalimat-kalimat tua itu.

Pantaskah hidup ini ditukar begitu saja dengan sejumlah materi? Apakah ia memiliki pilihan? Ia sama sekali tidak yakin! [Julianty Chang / Singkawang / Tionghoanews]

KEINGINAN IBU

Posted: 27 Sep 2011 01:09 AM PDT

Cerpen: Jakarta pukul lima sore. Jalanan mengular mobil-mobil. Aku terpuruk di kursi belakang dalam biskota. Keringat meleleh di kening dan pipiku. Kulirik jam tangan, pukul lima lebih dua puluh menit. Jadi, hampir setengah jam aku terjebak kemacetan. Janjiku pada Tari, istriku, untuk sampai di rumah tepat pukul lima jelas tak bisa kupenuhi.

Kubayangkan wajah Tari, yang pasti akan murung dan malas tersenyum bila menyambut kepulanganku nanti. Tari seolah tak mau mengerti bahwa di Jakarta keterlambatan seorang suami pulang ke rumah adalah hal yang lumrah. Tari tak tahu atau tak mau tahu bahwa kemacetan di Jakarta dari tahun ke tahun semakin menggila.Maksudku, mungkin akan membuat orang-orang yang sering terjebak macet menjadi gila.

"Mas nanti bisa kan sampai di rumah jam lima?" Itu pertanyaan atau tepatnya permohonan Tari tadi siang melalui telepon selular. Tak ada kepastian untuk memenuhi keinginan Tari. Mana mungkin aku bisa sampai rumah jam lima. Bubar kantorku pukul setengah lima. Sedang waktu tempuh dari kantorku yang berada di pusat kota dengan rumahku yang berada di pinggir kota hampir dua jam setengah. Itupun bila kondisi jalan lancar.

"Mas," Tari mengingatkan. Aku tersentak. Kujawab selintas ya. Tapi, Tari tak puas. Dengan sedikit gusar Tari bilang ini permintaan ibu.

"Ibu mengundang kita makan malam bersama dan kata beliau ada satu hal penting yang akan dibicarakan dengan kita!" Tiittt, Tari menutup pembicaraan. Aku menghela nafas. "Ibu," aku menggumam. Perempuan setengah baya yang kami, aku dan Tari, sangat sayangi.

Langit temaram tatkala aku tiba di gerbang perumahan. Pukul setengah tujuh malam. Kuayunkan kaki menuju rumah. Satu-dua orang tetangga yang baru selesai sholat magrib di masjid menyapa."Mas gimana sih..," itu ungkapan pertama Tari saat aku tiba di rumah. Segera kuberi isyarat agar istriku diam. Aku tak mau persoalan sepele ini menjadi gangguan stabilitas ketentraman rumah-tanggaku malam ini.

"Hampir lima menit sekali ibu tadi telpon, menanyakan apakah kita bisa hadir di rumah beliau malam ini," berondong Tari menjelaskan situasi yang dihadapinya sore tadi.

"Jelaskan saja, tak mungkin aku bisa sampai rumah tepat jam lima."

"Ibu tak mau mengerti, Mas. Bahkan Ibu bilang kita anak-anak yang tak mau menghargai orangtua," ucap Tari menahan tangis.

"Sudahlah Tari! Nanti kita ke rumah ibu!" kataku menenangkan hatinya. Tari menatapku. "Maafkan ibu, Mas," ucapnya lirih. Aku mengangguk dan tersenyum.

* * *
Berulangkali kami mengetuk pintu rumah ibu, tapi tak ada jawaban. Salam kami pun tak berbalas. Tari kulihat mulai gelisah. Airmata menggenangi pelupuk matanya. Aku pun mulai dilanda bingung. Tidak biasanya ibu pergi tanpa kami ketahui.

Segera kucari informasi tentang ibu. Kutanya beberapa tetangga dekat ibu. Rata-rata mereka menggeleng dan menjawab tak tahu. Mendengar jawaban mereka, aku dan Tari menjadi cemas. Pikiran kami mulai membayangkan hal yang tidak-tidak. Tak sedikit berita di media mengabarkan kematian seseorang dengan cara yang mengenaskan. "Mas, aku takut ibu,"

"Husss!" aku memotong kalimatnya. Aku tak mau pikiran-pikiran negatif menyergap otak kami. Walau kuakui, aku pun kuatir ibu mengalami sesuatu yang membahayakan keselamatan jiwanya.

Tari menangis. Aku kalut dan tak bisa berbuat apa-apa. Kami hanya bisa menunggu. Satu jam, dua jam.. tiga jam sudah kami menunggu. Ibu tak kunjung muncul.

"Mas.. kita harus mencari ibu," ajaknya. "Iya tapi kemana kita mencarinya," jawabku cemas.

* * *
"Mas, ibu tak ada di rumah." Suara Tari kudengar panik di telepon. Aku yang sibuk menyelesaikan pekerjaan kantorku tak hirau dengan kabar istriku. "Mas.. ini serius. Aku ini berada di rumah ibu. Pintu rumah terkunci dan aku tak melihat ibu di rumah," berondong Tari melontarkan kecemasannya. "Alah paling-paling ibu keluar sebentar. Tunggu saja dulu di situ."

"Tapi aku takut seperti kemarin, Mas!" ungkap Tari.

"Tenang, Tari, takkan terjadi apa-apa dengan ibu," aku membesarkan hati Tari. Tak ada jawaban dari istriku karena telepon selulurnya langsung dimatikan.Alhasil, kabar dari Tari tadi mengganggu konsentrasi kerjaku. Berkali-kali aku melihat jam tangan, sesaat kemudian menengok jam di dinding kantor. Tak ada yang beda. Waktu sama-sama menunjukkan pukul empat sore. Aku gelisah. Ingin rasanya waktu cepat berlalu.

Untuk membunuh waktu kutenggelamkan kembali konsentrasiku pada pekerjaan. Lumayan berhasil. Tak terasa jam setengah lima menjelang. Aku segera berkemas dan melesat keluar dari kantor. Tujuanku satu, rumah ibu. Di rumah ibu, aku tak mendapatkan Tari. Hanya ibu yang menyambut. Setelah basa-basi, aku langsung bertanya pada ibu. Aku tak mau memendam kegelisahan ini berlarut-larut. Lagi pula aku tak mau Tari terus-menerus cemas memikirkan tingkah-laku ibunya yang sudah satu minggu ini selalu menghilang bila adzan magrib menjelang.

Mendengar pertanyaanku, ibu tak menjawab. Aku menunggu. Sejurus kemudian ibu tersenyum dan menggeleng. Aku tak mengerti makna senyuman ibu. Dengan senyumannya seolah ibu menyimpan rahasia besar yang tak patut aku ketahui. Aku tak memaksa, dan memilih pamit pulang.

Mendengar ceritaku tentang pertemuanku dengan ibu, membuat Tari makin cemas. Istriku memaksa agar aku bertindak.

"Bertindak seperti apa, Tari," tanyaku tak mengerti.

"Mas harus mencari tahu kemana ibu pergi," desak Tari.

"Paling-paling ibu sholat magrib di masjid," jawabku.

"Aku sudah mengeceknya, Mas. Kemarin aku pun sholat magrib berjamaah di masjid, tapi tak kulihat ibu di masjid," jelas Tari.

Aku tersentak. "Sungguh, kemarin kamu tak melihat ibu di masjid?" tanyaku.

Tari mengangguk. Aku memandang wajahnya. Kini, kegelisahan menggayuti hati kami berdua.

Percakapanku dengan Tari semalam membuahkan sebuah rencana. Hari ini aku izin pulang lebih awal. Tak lupa aku pun meminjam sepeda motor kantor. Rencananya, aku dan Tari akan menguntit kemana ibu pergi.

Tiba di rumah, kulihat Tari telah bersiap. Aku berpesan pada Tari, apapun yang nanti terjadi pada ibu, ia tak boleh kecewa ataupun marah. Tari mengangguk, walau kulihat juga keraguan di matanya.

Pukul lima sore, aku dan Tari telah berada di satu tempat yang tak jauh dari rumah ibu. Kami mengintai. Tak berapa lama kami melihat sebuah mobil sedan berhenti di depan rumah ibu. Seorang laki-laki muda keluar dari dalam mobil. Ibu tampak suka-cita menyambutnya.

Kulirik Tari. Wajahnya sedikit gusar. Istriku seperti menahan marah dan kecewa. Kugenggam jemari Tari, memberi kekuatan sekaligus mengingatkan janjinya untuk tidak marah setelah melihat apa yang diperbuat ibu.

Tak sampai satu jam, ibu pun berlalu bersama mobil tersebut. Aku segera menstater motor dan melaju mengikuti ibu. Kami membuntuti mobil yang ditumpangi ibu. Beberapa saat aksi kami berjalan lancar. Tapi, saat mobil yang ditumpangi ibu masuk ke jalur tol dalam kota kami pun kehilangan jejak. Aku segera menghentikan laju motorku dan menepi.

Aku merasakan pundakku basah. Aku tahu Tari menangis di pundakku. Mungkin ia kecewa dengan kelakuan ibu. Ibu yang selama ini kami hormati dan kami kagumi akan kesetiaannya terhadap cinta almarhum bapak, kini berulah layaknya gadis remaja yang tengah kasmaran.

Aku menuntun Tari ke sebuah warung tenda yang ada di pinggir jalan. Kupesan dua gelas teh manis hangat. Tari kusuruh minum. Baru dua tegukan Tari menangis lagi.

"Aku kecewa dengan ibu, Mas!" ungkapnya.

"Tenang, Tari. Kita belum tahu apa yang dilakukan ibu dengan anak muda itu, jadi kita jangan gampang menuduh ibu yang berbuat yang tidak-tidak."

Untuk meredakan kegundahan Tari, aku mengajaknya nonton bioskop. Dua jam kami menikmati tontonan. Selesai nonton, Tari kuajak makan di salah satu rumah makan favorit kami. Kulihat Tari sangat menikmati suasana. Selesai makan aku mengajak Tari pulang. Tapi ternyata, Tari tak ingin pulang. Ia ingin ke rumah ibu malam ini juga. Aku membujuknya agar besok pagi saja kami ke rumah ibu. Tari tak mau. Ia ngotot ingin ke rumah ibu. Alhasil, akupun menuruti keinginannya. Tak sampai dua jam, kami telah sampai di rumah ibu.

Motor kuparkir di halaman rumah. Sesaat akan melangkah ke dalam rumah, kami tercengang. Suasana rumah ibu terlihat ramai. Lampu di rumah tamu pun terlihat menyala terang, padahal waktu telah menunjukkan pukul 23.00. Tak biasanya rumah ibu seperti ini. Biasanya pukul 21.00 ibu telah masuk ke kamarnya. Dan yang lebih mencengangkan lagi, kami mendengar suara ribut anak-anak dari dalam rumah ibu. Aku dan Tari saling pandang untuk kemudian bergegas masuk ke dalam rumah.

Tiba di dalam rumah kami tersentak. Wajah Tari kulihat langsung memerah karena kecewa bercampur amarah. Kami bertemu kembali dengan lelaki muda yang tadi menjemput ibu dengan mobil sedan dan juga tiga anak kecil yang tengah menggelayut manja di lengan dan pangkuan ibu.

"Ibu...," suara Tari tersendat karena menahan amarah dan juga tangis.

"Nah kebetulan, kebetulan anak-anak ibu datang. Sini.. sini.. ibu mau berterus terang pada kalian." Suara ibu terdengar ceria. [Julianty Chang / Singkawang / Tionghoanews]

UPAYA PENCEGAHAN STROKE BERULANG

Posted: 27 Sep 2011 12:51 AM PDT

Stroke hingga saat ini masih merupakan pembunuh no. 3 di dunia dan penyebab kecacatan no. 1 di dunia; setiap tahunnya di Amerika Serikat tercatat sekitar 900.000 kasus stroke, dan dari angka tersebut 1/3 nya merupakan kasus stroke maupun Trans Ischaemic Attack (mini stroke) berulang. Demikian tingginya angka berulangnya kasus stroke ini menjadi perhatian khusus dari pelayanan Neurologi dan Neurologi Intervensi dari Pokdi Neurologi Intervensi PP Perdossi. Mengapa? Karena seperti yang terjadi selama ini, ternyata kecacatan dan angka kematian yang timbul pada kasus stroke berulang jauh lebih tinggi dari angka kecacatan dan kematian dari kasus stroke sebelumnya, sehingga sudah jelas bagi kita bahwa melakukan penatalaksanaan stroke adalah penting. Namun tidak kalah penting (bahkan beberapa pihak mengatakan lebih penting), untuk melakukan segala daya upaya yang tepat, cermat, dan optimal dalam menekan angka terjadinya stroke berulang.

Dalam menekan angka stroke berulang, hal-hal yang perlu dan harus diperhatikan adalah mengetahui faktor risiko dan melakukan upaya-upaya, baik dalam memodifikasi gaya hidup, menjalani terapi yang diperlukan dan yang tidak kalah penting adalah melakukan pemeriksaan yang dapat memberikan informasi optimal faktor risiko yang dimiliki seseorang untuk terjadinya stroke ataupun stroke berulang. Apabila kita analogikan otak adalah sebuah rumah, maka faktor utama untuk mencapai rumah tersebut adalah jalan menuju rumah, sehingga bukan hal yang aneh bila pemilik rumah selalu menjaga dan merawat jalan menuju rumahnya, agar orang-orang dapat mengunjungi rumah tersebut dengan mudah. Demikian pula otak, seringkali kita melupakan jalan menuju otak, padahal faktor paling penting untuk menjaga aliran/suplai makanan dan oksigen ke otak adalah pembuluh darah otak yang bersih dan sehat (tidak ada penyempitan ataupun penyumbatan), sehingga pemeriksaan otak yang optimal adalah dengan memeriksa jalan menuju otaknya juga, dalam hal ini pembuluh darah yang menuju otak.

Bagi para penderita stroke yang ingin melakukan evaluasi terhadap otak dan pembuluh darahnya, untuk mengetahui dengan pasti lokasi, derajat, dan keparahan suatu penyempitan dan penyumbatan, dapat melakukan prosedur pemeriksaan non operatif yang disebut Cerebral DSA. Cerebral DSA, yang merupakan prosedur mirip dengan kateterisasi jantung, hingga saat ini merupakan suatu prosedur GOLD STANDARD (baku emas, diakui paling baik di dunia) untuk mengetahui derajat penyempitan/ penyumbatan pembuluh darah otak, lokasi, jumlah penyempitan yang terjadi serta hal-hal abnormal lainnya yang dapat terjadi pada pembuluh darah otak, hingga meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke berulang. Dan yang menariknya lagi, proses pemeriksaan diagnostik Cerebral DSA tidak harus membutuhkan proses rawat inap, sehingga konsumen yang ingin menjalani pemeriksaan ini dapat melakukannya di pagi hari dan kembali ke rumah pada sore hari, untuk beraktivitas seperti biasa keesokan harinya.

Namun yang penting dan harus diingat adalah Cerebral DSA hanyalah salah satu prosedur diagnostik, bukan terapi. Apabila setelah dilakukan Cerebral DSA ternyata terdapat penyempitan, maka berdasarkan derajat penyempitan yang terjadi dapat ditentukan obat-obatan yang optimal, agar proses progresifitas penyempitan tersebut dapat berkurang, atau apabila proses penyempitan tersebut sudah melebihi 60 %-70% maka kepada pasien dapat ditawarkan untuk melakukan proses pemasangan cincin (stent) di daerah pembuluh darah otak yang menyempit tersebut. Sekali lagi , proses pemasangan stent bukanlah suatu proses operasi sehingga konsumen yang menjalani proses pemasangan cincin ini tidak terlalu lama dirawat inap di RS. Seluruh proses pemeriksaan Cerebral DSA dan pemasangan cincin pada pembuluh darah yang menyempit tersebut dilakukan sepenuhnya oleh seorang neurologist sekaligus subspesialis neurologi intervensi. [Mariati Ong / Tangerang / Tionghoanews]

KOTA TERLARANG CHINA DIPAMERKAN DI PERANCIS

Posted: 27 Sep 2011 12:39 AM PDT

Sekitar 130 artefak yang berasal dari Kota Terlarang, sebuah museum istana kekaisaran China, mulai menyapa publik Prancis di Museum Louvre mulai Senin (26/9) dalam sebuah pameran yang rencananya akan berlangsung hingga 9 Januari 2012.

Frederic Mitterand, Menteri Kebudayaan Perancis dan Komunikasi, dan Duta Besar China untuk Prancis Kong Quan meresmikan pembukaan pembukaan pameran tersebut kemarin.

Artefak-artefak yang dipamerkan itu termasuk senjata-senjata, pakaian perang, perunggu, potongan batu giok, vernis, enamel, segel, keramik dan beberapa koleksi pribadi kaisar Ming dan Qing. Louvre, yang tidak memiliki departeman seni Cina, memodifikasi dari museum untuk mengakomodasi koleksi itu.

Kurator Louvre Loyrette Heri mengatakan pameran akan menandai sejarah Perancis dan China dengan dukungan dari kedua pemerintah dan upaya bersama profesional dari kedua belah pihak.

Kota Terlarang, yang menjadi museum pada tahun 1925, merupakan tempat dari 1,5 juta artefak, terutama dari istana kekaisaran kuno. Kompleks labirin, rumah untuk 24 kaisar, keluarga mereka dan pelacur, dan terkenal memiliki 9.999 kamar.

Kota Terlarang adalah salah satu yang ikon paling terkenal Cina dan tempat wisata paling populer. Tempat itu mencatat tujuh hingga delapan juta kunjungan wisawatan setiap tahun. [Veronica Lim / Bogor / Tionghoanews]

PRIA BAKAR DIRI DI DEPAN KANTOR PRESIDEN

Posted: 27 Sep 2011 12:18 AM PDT

Seorang pria Taiwan itu nekat membakar dirinya di depan kantor presiden, Selasa (27/9/2011), untuk memprotes yang dia sebut sebagai ketidakadilan dalam sistem peradilan, kata seorang perwira polisi.

Tayangan jaringan berita kabel TVBS memperlihatkan pria itu, yang cuma diidentifikasi dengan menggunakan nama keluarganya, Tseng, keluar dari mobil vannya. Tampaknya saat itu dia sudah menyiram tubuhnya dengan bensin. Dia kemudian membakar diri.

"Api segera dipadamkan oleh beberapa personel polisi dan polisi militer yang sedang berpatroli di daerah itu," kata perwira polisi di biro kepolisian Taipei.

Pria tersebut segera dibawa ke satu rumah sakit di dekat tempat ia membakar diri. Kondisinya cukup parah karena 60 persen kulitnya menderita luka bakar.

"Kondisinya berbahaya," kata perwira polisi itu.

Ia mengatakan alasan pria tersebut tidak jelas, tapi polisi menemukan beberapa jeriken bensin di dalam mobilnya. Juga sejumlah poster bernada protes yang bertuliskan "Para pejabat kehakiman yang korup bahkan lebih buruk daripada gangster. [Diana Chuang / Kendari / Tionghoanews]

GERAKAN PILATES MEMBUAT BADAN SEMAKIN TINGGI

Posted: 26 Sep 2011 11:58 PM PDT

Apakah Pilates membuat tulang dan otot Anda lebih tinggi? Tidak! Namun, pilates memang dapat mengoordinasikan otot sekitar sendi untuk meningkatkan mobilitas dan stabilitas, berdasarkan gerakan tertentu.

Melatih dan mengoordinasikan otot dalam (deep muscles) di sekitar sendi dapat menyelaraskan dan menciptakan kondisi yang lebih baik untuk pencegahan cedera. Penyelarasan tubuh yang lebih baik dapat membuat seseorang merasa lebih tinggi.

Mobilitas maupun stabilitas sangat penting untuk postur dan gerakan tubuh. Ketika Anda berjalan, otot akan terus berubah mendukung terciptanya suatu gerakan. Jika kekuatan dan mobilitas Anda lemah, maka akan berpengaruh terhadap cara berjalan Anda.

Sebagai contoh, lihatlah para lansia yang tidak dapat berjalan dengan baik. Apakah Anda pernah melihat sebagian lansia menyeret kakinya saat melangkah? Umumnya kondisi tersebut berkaitan dengan postur mereka. Coba Anda berdiri dengan tubuh agak merosot dan berjalan. Mungkin Anda akan mengerti mengapa mereka harus mengambil langkah pendek-pendek untuk berjalan.

Ketika tulang belakang kurang selaras dan terasa ditekan, maka akan berpengaruh terhadap gerakan panggul dan kaki. Tulang belakang atas harus mengimbangi gerakan panggul. Jika bagian dari tulang belakang kaku, maka akan berpengaruh terhadap rangkaian tulang belakang dan tungkai secara keseluruhan. Otot yang ketat biasanya lemah.

Ketika berjalan, satu sisi dari panggul, tulang belakang, dan kaki akan bergerak untuk memastikan kaki berayun. Mobilitas berbeda dengan peregangan. Mobilitas pinggul, misalnya, adalah kemampuan tulang paha bergerak ke segala arah secara luwes pada sendi pinggul.

Sisi tubuh lainnya membantu menstabilkan mobilitas. Jika tidak, Anda pasti akan terjatuh.

Banyak orang kehilangan rangkaian mobilitas dan stabilitas yang tepat. Kerugian ini menyebabkan nyeri punggung. Menurut pendiri analisis gerakan Laban (www.limsonline.org), Rudoph Laban, konsep mobilitas dan stabilitas merupakan kunci kesehatan fisik.

Adalah koordinasi otot-otot di sekitar sendi yang memberikan stabilitas pada tubuh. Misalnya, otot-otot sekitar panggul dan tulang belakang membantu kita berdiri dengan satu kaki.

Juga otot-otot sekitar lutut yang membantu mengoordinasikan terjadinya gerakan. Ketika keselarasan lutut dan keseimbangan otot sekitar lutut dilakukan dengan tepat, Anda akan mendapatkan posisi berdiri yang sempurna dan bebas rasa nyeri.

Rasakan bedanya saat berdiri dengan kaki sejajar. Cobalah tarik lutut ke dalam (membentuk huruf X). Bagaimana posisi semacam ini dapat membuat Anda berdiri?

Meningkatkan koordinasi mobilitas dan stabilitas seluruh tubuh akan mengubah cara Anda berdiri dan berjalan. Mobilitas memberikan ruang yang tepat pada sendi untuk bergerak. Stabilitas yang dinamis mendukung tubuh bergerak dalam ruang mobilitas yang tepat.

Rasakan tubuh Anda bertambah tinggi saat otot-otot sekitar sendi dikoordinasi ulang untuk mobilitas dan stabilitas. [Yenny Jie / Palangkaraya / Tionghoanews]

PERANG TANG TERHADAP TUJUE TIMUR

Posted: 26 Sep 2011 11:52 PM PDT

Perang Tang dengan Tujue Timur berlangsung selama 26 tahun, sejak 624 hingga tahun 650.

* Sebab Musabab

Pada akhir Dinasti Sui (581-618), lantaran perang berkecamuk mengacaukan wilayah Tionggoan (pusat budaya dan geografi Tiongkok kuno), banyak sekali warga perbatasan yang terpaksa mengungsi ke dalam wilayah Tujue (suku nomaden etnis Turki), juga dikarenakan Li Yuan (kaisar pertama Dinasti Tang) pernah meminjam pasukan dari Tujue semasa perang, maka itu, setelah Dinasti Tang didirikan, Tujue lantaran merasa pernah berjasa lantas menjadi sombong, sama sekali tidak memandang sebelah mata terhadap Tang malah acap kali mengacau dan menyerang daerah Tionggoan.

* Permulaan Pertempuran

Pada masa awal berkuasanya Kaisar Tang Gao Zhu (Li Yuan), karena kekuatan negara belum sepenuhnya terkonsolidasi, ia menganut kebijakan mengalah dan berbesanan (menjalin tali pernikahan) terhadap Tujue. Pada 624, setelah Tang berhasil mempersatukan wilayah seluruh Tiongkok, kaisar Gao Zhu berniat menggempur Tujue, namun Li Yuan dan Li Jiancheng kedua putranya merasa gentar dan menganut kebijakan kontra perang, hanya Li Shimin (putra ketiga) yang menyetujui perang terhadap Tujue dengan maksud agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Gao Zhu mengutus Li Shimin memimpin pasukan dan bertempur dengan Tujue di daerah Binxian Provinsi Shaanxi.

Suatu hari, Illig Qaghan, salah seorang pemimpin  Tujue membawa 10.000 prajurit mengepung kota Dinasti Tang, pasukan Tang sempat panik untuk sesaat dan Li Yuanji tak cukup nyali menghadapi mereka, maka Li Shimin yang cerdik dan gagah berani memimpin sejumlah kecil pasukan elit menghampiri kubu Tujie dan mempertanyakan pelanggaran perjanjian gencatan senjata dan etika balas budi mereka, Illig Qaghan pun dibuatnya tersipu malu.

Kemudian, Li Shimin memperoleh informasi, karena terus terguyur air hujan peralatan tempur Tujue jadi tak dapat dipergunakan, digalanglah serangan mendadak di tengah malam hujan angin, kubu Tujue pun menjadi kacau balau dan terdesak; disamping ofensif, Li Shimin juga melancarkan pendekatan persuasif dengan pemimpin Tujue lainnya yakni Tuli Qaghan dan menjalin persahabatan, akhirnya Illig Qaghan terkucil dan terpaksa menarik pasukannya dari medan perang.   

Pada 629, kaisar Tang Taizong (Li Shimin) yang baru naik tahta 3 tahun memerintahkan Li Jing memimpin ekspedisi militer dengan kekuatan 100.000 tentara menyerbu Tujue. 

Pada 630, pasukan Tang pada tengah malam merebut Kota Dingxiang dan daerah Baidao di Mongolia-Dalam kini serta menjebol pertahanan Tujue di semua lini. Pasukan Tang merangsek terus, perlawanan Tujue pun semakin melemah dan pasukannya kocar-kacir, puluhan ribu orang Tujue terbunuh dan yang tertawan sebanyak 100.000 orang lebih. Illig Qaghan pada awalnya berhasil lari dengan kuda, tapi berhasil dihadang dan ditangkap pasukan Tang, hal ini menghebohkan para kepala suku yang kemudian berduyun-duyun menyerah kepada tentara Tang, Tujue Timur mengalami kekalahan besar.

Setelah Tujue Timur kalah perang, penduduk yang menyerah ditransmigrasikan di daerah Lingzhou dan Youzhou, wilayah Tuli Qaghan dan Illig Qaghan dibagi menjadi beberapa prefektur serta Tuli Qaghan bersama beberapa mantan bawahan Illig Qaghan diberi jabatan gubernur.

Tahun 649, akhir masa pemerintahan Tang Taizong dan pada 650 tahun pertama di bawah kaisar Tang Gaozong, jenderal besar Gao Kan secara tuntas mengakhiri perlawanan suku Tujue dan dengan demikian kekuasaan Tujue Timur sejak saat itu benar-benar telah berakhir. 

* Makna Sejarah

Peperangan yang dilancarkan Dinasti Tang terhadap Tujue Timur, telah melintasi 3 generasi yakni 26 tahun lamanya. Pada masa awal Dinasti Tang, karena masa situasi yang belum stabil, maka kebijakan yang dijalankan ialah berbesanan dan mengalah dan metode lainnya, menghindari bentrokan frontal dengan Tujue.

Begitu situasi negeri yang semakin stabil, Kaisar Tang Taizong mulai aktif merencanakan penyerbuan terhadap Tujue. Dengan strategi memecah belah persatuan antar dua pemimpin mereka, Illig dan Tuli Qaghan, ditambah lagi sifat pongah Illig yang meremehkan pasukan Tang, akhirnya Illig Qaghan terkucil tanpa bantuan dan ditinggalkan oleh para kerabatnya, sejumlah suku-suku lainnya berturut-turut menyatakan takluk terhadap Dinasti Tang, sehingga Tujue Timur tak lagi dapat eksis dan penaklukan tersebut telah mengurai ancaman dari luar selama bertahun-tahun sejak Dinasti Tang didirikan. [Yenny Jie / Palangkaraya / Tionghoanews]

HAL-HAL YANG MEMBUAT PARA PRIA MENANGIS

Posted: 26 Sep 2011 03:55 PM PDT

Jika dibandingkan dengan wanita, para pria memang sangat terlihat jarang jika mengeluarkan air mata. tapi namanya manusia pasti memiliki sisi yang rapuh jika disentuh. ini juga berlaku untuk para pria, dan setidaknya apasih.com menemukan ada 10 hal yang membuat para pria meneteskan air mata.

1. Ditinggal Mati Orang yang dicintai

Memang sebenarnya untuk yang satu ini, tak akan ada yang mampu menahan air mata, pun ia mampu pastilah hatinya akan menangis.

2. Orang yang dicintai Sedang dalam Kesusahan

Contohnya jika orang tua sedang terbaring dirumah sakit, atau membuat kekasihnya memangis terkadang seorang pria menangis juga dibelakang karena telah mengecewakan kekasihnya.

3. Putus Cinta

Jangan sangka jika hanya wanita saja yang akan merasa sakit jika putus cinta. pria juga begitu. bahkan para pria bisa meratapi dirinya lebih lama dari wanita yang sedang patah hati. alasannya karena seorang pria jarang bercerita tentang kisah cintanya dengan teman2nya dan memilihi memendam sendiri sakit hatinya.

4. Tim Olahraga Kesayangannya Kalah

Air mata pria akan tumpah seketika jika menghadapi tim olahraga favoritnya kalah, apalagi jika kekalahan itu berlangsung di partai final.

5. Mampu Membanggakan Keluarganya terutama Orang Tua

Ada masa ketika seorang pria berada pada titik ia menjadi seorang "pemenang", tentu inilah yang dicita2kannya sejak lama. dan taukah kamu. orang pertama yang ingin ia tunjukan atas keberhasilannya adalah orangtuanya.

6. Kelahiran Anak Pertama

Inilah yang paling ditunggu para pria yang telah menikah. mendapatkan pertama adalah sebuah berkah yang tak akan ternilai dengan apapun.

Apakah anda pernah meneteskan airmata ketika kejadian seperti di atas ini. [Anita Li / Jayapura / Papua / Tionghoanews]

No comments:

Post a Comment