Wednesday, 21 September 2011

印尼华人 (21/1)

印尼华人 (21/1)


SEMAKIN MEROSOTNYA NILAI SOSIAL MASYARAKAT DI CHINA

Posted: 20 Sep 2011 11:15 PM PDT

Pedoman baru dikeluarkan pihak Penguasa China tentang tata cara membantu para lansia yang terjatuh di jalan, telah menimbulkan perdebatan di kalangan para netter (pengguna internet) China. Terdapat 22 perangkap antara ingin menolong, dan takut dituntut balik atas jatuhnya korban. Pedoman pemerintah tesebut menumpuk penghinaan terhadap setiap orang yang cedera, menurut beberapa netter.

Jatuh di jalan raya adalah penyebab utama kematian bagi warga China yang berusia 65 tahun ke atas, menurut Yang Maowei, Assosiasi para Profesor dari Rumah Sakit Pertama Universitas Kedokteran China. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ada laporan bahwa sering terjadi kematian lansia di tempat umum tanpa ada yang menolong para korban, kata Yang.

Tampaknya orang-orang China enggan memberikan pertolongan karena khawatir orang yang mereka tolong kemudian berbalik dan menuntut mereka, karena itulah telah terjadi kematian beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir. Begitu ada lansia yang terjatuh di jalan, orang-orang yang lalulalang hanya menonton dan membiarkanya terkapar di jalan.

Pada 29 Desember 2010, Mr. Zheng (83 tahun) seorang pensiunan veteran, jatuh saat berjalan di sebuah trotoar di Kota Fuzhou China arah tenggara Provinsi Fujian. Seorang yang baik hati berhenti dan memandanginya, tapi tidak memberikan pertolongan. Ketika ambulans tiba, pria itu sudah berhenti bernapas, Southeast Ekspres melaporkan.

Kasus serupa terjadi pada 14 Desember 2010 di sebuah komunitas di Shenzhen City ketika Mr. Xiao Yusheng (78 tahun) jatuh dan dibiarkan tergeletak di jalan sampai anaknya menemukannya 20 menit kemudian. Tak satu pun dari orang yang lewat berusaha untuk menolongnya, menurut sebuah laporan oleh Harian Southern Metropolis.

Baru-baru ini, seorang pria 88 tahun, Mr. Li, jatuh pada 2 September di depan sebuah pasar di Wuhan, kurang dari 100 meter dari rumahnya. Dia mencoba untuk bangun, tetapi tidak mampu berdiri, sementara kerumunan orang-orang tidak berusaha untuk menolongnya. Harian Chu Tian Metropolis melaporkan pada 4 September.

Seorang penjual di dekatnya mengatakan bahwa Mr. Li tergeletak di jalan selama satu jam, dan banyak orang berhenti memandangnya, tapi tidak ada yang membantunya berdiri. Akhirnya keluarganya datang memberi bantuan, dan ia dibawa ke rumah sakit, akhirnya meninggal karena sesak napas.

Zhou Juzhen (87 tahun), Istri Mr. Li mengeluarkan pernyataannya tiga hari kemudian dan berkata, "Jika saya jatuh di trotoar, saya tidak akan menuntut tanggung jawab atas segala konsekuensi kepada orang-orang yang menolong saya."

Nyonya Zhou mengatakan dia ingin menghilangkan ketakutan orang-orang tentang konsekuensi negatif dalam kasus dimana ia membutuhkan bantuan dalam situasi darurat.

Takut Menolong

Harian Southern Metropolis dalam sebuah laporan 9 September menulis "Takut Menolong para Lansia adalah Kesedihan Nyata", bahwa fenomena tersebut mencerminkan ketidakpercayaan rakyat China terhadap masyarakat. Laporan ini mengutip tiga kasus orang-orang yang tergugat setelah berusaha menolong lansia.

Pada tahun 2006, Peng Yu, di Nanjing, Provinsi Jiangsu, menolong seorang lansia yang terjatuh dan patah tulang. Peng kemudian digugat, dan kasus itu melalui tiga uji coba sebelum kedua pihak mencapai kesepakatan dan lansia tersebut menarik gugatannya.

Dalam kasus lain di Tianjin pada tahun 2009, Ny. Wang jatuh dan terluka ketika tanpa sengaja memanjat pagar di pinggir jalan. Tuan Xu Yunhe, yang kebetulan melewatinya, melihat dia jatuh dan menghentikan mobilnya untuk menolong Ny. Wang, membalut lukanya dan memberikan pertolongan pertama.

Ny. Wang, bahkan, menyatakan bahwa mobil Xu lah yang telah menabrak dan melakukan gugatan di pengadilan. Pengadilan memutuskan bahwa Xu harus membayar 100.000 yuan (15.654 dolar AS) sebagai kompensasi.

Pada 26 Agustus tahun ini, Hong Bin, seorang sopir bus, menolong seorang lansia yang jatuh di jalan, tapi malah dituduh sebagai pelaku. Dia akhirnya dibebaskan melalui sebuah rekaman video pemantau.

Ketiga kasus ini menarik perhatian nasional, yang dikatakan sebagai alasan keengganan orang-orang China menolong para lansia yang dalam keadaan darurat.

Pedoman Departemen Kesehatan

Departemen Kesehatan China mengeluarkan pedoman pada 6 September tentang tatacara  menangani kasus lansia yang terjatuh di jalan. Tapi bukannya mengatasi masalah kekhawatiran akan sangsi hukum, bahkan mereka fokus pada konsekuensi medis atas jatuhnya korban, dan menawarkan solusi teknis untuk skenario jatuh yang berbeda, di samping itu juga memberitahu orang-orang untuk tidak malu-malu dan secara psikologis takut dalam memberikan pertolongan.

Ini telah menyebabkan warga meradang lebih jauh antara ingin membantu, dan memiliki rasa takut bahwasanya kebaikan mereka dimanfaatkan.

Satu baris dalam pedoman yang membuat kesal para netter tertera, "apakah mau mengulurkan tangan atau tidak tergantung pada situasi."

Setelah pedoman Kementerian dikeluarkan, Sina Weibo melakukan polling, meminta orang-orang menjawab apakah mereka masih bersedia untuk membantu seorang lansia yang telah jatuh, mengingat pedoman Kementerian.

Dari 5.031 orang yang memilih, hanya 20 persen mengatakan keyakinannya, sedangkan 43 persen mengatakan tidak, dan 38 persen sisanya mengatakan, mereka tidak yakin.

Beberapa orang meninggalkan komentar mengekspresikan konflik batin dan kekecewaan mereka atas nilai-nilai moral China yang merosot tajam:

"Saya tidak berani membantu, tapi saya akan lari ke bilik telepon umum untuk menelepon 120, [nomor darurat di China], dan meminta ambulans."

"Saya bahkan tidak bisa melindungi keselamatan saya sendiri. Bagaimana saya bisa memiliki kemampuan untuk mengurus orang lain? Ini benar-benar lucu!"

"Untuk meletakkannya terus terang, itu mencerminkan kemerosotan moralitas masyarakat. Budaya tidak memiliki arah, moralitas tidak memiliki garis bawah, dan kepercayaan antar orang-orang, dan antar masyarakat dan pemerintah terlalu rendah."

"Kecuali saya adalah Bill Gates, saya pasti akan membantunya."

"Sebelumnya saya pasti akan menolongnya. Sekarang saya benar-benar merasa agak takut."
"Dalam masyarakat China saat ini, nilai-nilai tradisional dan kebajikan telah dihancurkan semuanya. Tak peduli apa pedoman yang dikeluarkan, ketika seseorang benar-benar berdiri pada titik kritis, hukum tidak akan melindungi orang miskin."

"Tidak ada jalan keluar. Negara mendidik kita dengan cara ini, dan sekarang berbalik menuduh kita tidak memiliki moralitas. Bukankah itu konyol? Dalam hal ini bukan masalah moral, namun masalah pokok dari pendidikan China."

"Saat ini, China kehilangan nilai-nilai sosial dan moralitas merosot hingga ke titik kehancuran nasional." [Angelina Lim / Medan / Tionghoanews]

ANAK YANG BERBHAKTI

Posted: 20 Sep 2011 11:10 PM PDT

Cui Min adalah seorang anak yang berbakti, ketika kedua mata ibunya menjadi buta, dia mencari cara pengobatan keseluruh negeri, tetapi tidak berhasil mengobati ibunya, akhirnya dia hanya dapat menjaga disisi ibunya selama 30 tahun, dia meladeni ibunya dengan tekun dan sabar.

Setiap ada liburan dia akan membawa ibunya keluar bertamasya, dan sering membawa ibunya ke tempat kerabat dan handai taulan ibunya sehingga ibunya dapat mengobrol dan bercanda dengan mereka dan melupakan kesedihannya karena matanya buta.

Ketika ibunya meninggal dunia, Cui Min sangat sedih, namun ia berjanji selama hidupnya dia akan hidup sesuai dengan keinginan dan didikan ibunya. Dia mencintai kakak-adiknya seperti dia mencintai ibunya, terhadap keponakan dan kemenakannya lebih baik daripada terhadap anak sendiri. Semua uang duka yang didapatnya dibagi kepada saudaranya sambil berkata, "Karena ibu sudah meninggal, sekarang saya sudah tidak dapat berbakti lagi kepadanya, semasa hidupnya ibu sangat sayang kepada kakak dan adik serta cucu-cucunya, oleh sebab itu saya juga harus lebih sayang kepada mereka, karena dengan demikian mungkin dapat menghibur arwah ibu disurga."

Akhirnya Cui Min diangkat jadi menteri pendidikan, dan anaknya yang bernama Cui Youfu menjadi perdana menteri. Cui Min adalah seorang anak yang benar-benar berbakti, ketika ibunya masih hidup dia berusaha membuat ibunya hidup dengan bahagia, setelah ibunya meninggal dia masih menyelesaikan keinginan ibunya. Sedangkan di dunia ini masih ada orang walaupun kaya dan berkuasa, tetapi memperlakukan saudara kandungnya bagaikan orang asing yang bertemu ditengah jalan, bahkan menindas orang tua dan mertua mereka sendiri. Jika membaca cerita Cui Min yang berbakti ini apakah mereka tidak merasa menyesal dan malu? [Elisabeth Wang / Banda Aceh / NAD / Tionghoanews]

No comments:

Post a Comment