Tuesday 13 September 2011

印尼华人 (21/1)

印尼华人 (21/1)


ARTI TAHI LALAT WANITA

Posted: 13 Sep 2011 09:29 AM PDT

Untuk mengetahui karakter seseorang, ternyata tahi lalat (Bahasa Jawa: andeng-andeng) bisa menjadi indikator. Berikut ini adalah letak tahi lalat pada wanita beserta artinya. Cepet cocokin kebenarannya, jangan malu-malu ngaku.

Ubun-ubun – Tamak akan harta benda, jahat dan jahil
Unyeng-unyeng – Banyak akal, pendiam tapi cerdas
Kepala bagian belakang – Dapat dipercaya, pemberani dan sabar
Kepala sebelah kanan – Banyak rezeki
Kepala sebelah kiri – Wataknya buruk
Dahi kanan atau kiri – Wataknya buruk
Dahi tengah-tengah – Pandai dan baik hati
Pelipis kanan atau kiri – Banyak rezeki
Kelopak mata atas kanan/kiri – Pandai membawa diri
Kelopak mata bawah kanan/kiri – Sering menderita
Ujung mata kanan/kiri – Dapat dipercaya dan pendiam
Pangkal hidung – Pandai dan baik hati
Alis kanan – Suka menolong
Alis kiri – Dicintai banyak orang
Hidung – Banyak rezeki
Hidung bawah – Pandai bicara, banyak rezeki
Bibir atas – Cerdas, banyak rezeki
Bibir bawah – Baik hati
Pipi kanan/kiri – Dermawan
Pipi tengah – Disukai
Ujung mulut kanan – Pandai bicara
Dagu – Pandai bicara dan jujur
Telinga kanan – Keras dan mudah marah
Telinga kiri – Pandai dan jujur
Leher depan – Bijaksana
Leher belakang – Kecil hati, putus asa
Bahu kanan – Pendiriannya teguh
Bahu kiri – Pikirannya selalu ruwet
Buah dada kanan/kiri – Nafsunya besar
Antara buah dada – Baik hati
Punggung – Dapat dipercaya
Tengah perut – Dapat dipercaya
Pinggang – Jujur dan tabah
Pantat – Sering menderita
Pangkal paha – Tangkas dan banyak rezeki
Kemaluan – Nafsunya besar
Lutut depan – Kuat berjalan
Lutut sebelah dalam – Hatinya tidak tetap
Betis – Dapat dipercaya
Tulang kaki kanan – Pemboros
Tulang kaki kiri – Pemberani
Pergelangan kaki – Kuat berjalan
Tumit – Tidak dapat dipercaya
Jari-jari kaki – Suka bekerja
Lengan kanan/kiri – Suka bekerja
Telapak kaki – Baik hati
Telapak tangan kanan – Pandai menyimpan harta
Telapak tangan kiri – Pemboros
Telapak belakang – Kuat kaya
Ujung siku – Baik hati
Siku bagian dalam – Selalu tabah
Jari-jari tangan – Banyak rezeki
Pergelangan tangan – Pemboros

JI GONG MEMINDAHKAN KAYU GELONDONGAN

Posted: 13 Sep 2011 05:53 AM PDT

i Gong, yang semula bernama Li Xiuyuan, adalah seorang bhiksu terkenal pada masa Dinasti Song Selatan. Dikatakan bahwa beliau hampir selalu mengenakan jubah compang camping, dengan topi bhiksu yang lusuh di kepala dan daun kipas di tangan. Beliau tidak kelihatan seperti selayaknya seorang bhiksu ataupun rakyat biasa, hampir terlihat seperti orang bodoh dan gila. Tetapi beliau memiliki kuasa supernormal. Cerita mengenai Ji Gong yang membantu orang-orang yang mengalami bahaya atau kesulitan, telah tersebar dari masa ke masa. Ji Gong menjadi seorang bhiksu di Kuil Lingyin, Hanzhou. Kemudian, beliau dikeluarkan dari kuil karena kepala biara iri terhadap kemampuannya.

Jigong di Kuil Jingci dan sumurnya yang terkenal

Ji Gong kemudian pindah ke Kuil Jingci. Suatu hari, kuil tersebut terbakar dan Ruang Besar Buddha terbakar. Kepala bhiksu sangat cemas, akan tetapi Ji Gong terlihat sangat tenang dan juga malah terlihat gembira.

Kepala biara kemudian memarahinya,"Bagaimana mungkin anda tidak sedih melihat malapetaka yang menimpa kuil ini?"

Ji Gong kemudian berkata,"Tidak ada gunanya sedih. Kita hanya perlu membangun yang baru."

Kepala biara menjawab,"Sangatlah mudah berkata daripada berbuat. Apakah anda tahu berapa banyak kayu yang diperlukan untuk membangun Ruang Besar yang baru? Bagaimana caranya kita dapat meminta sumbangan?"

Ji Gong tertawa dan berkata,"Guru, jangan khawatir. Saya akan menanganinya."

Kepala biara tersebut ragu-ragu dan berkata,"Tolonglah pergi meminta sumbangan."

"Baiklah kalau begitu, tetapi saat ini saya lapar," jawab Ji Gong

Kepala biara menghela napas,"Sepanjang anda bisa mendapatkan kayu tersebut, anda akan mendapatkan apapun yang ingin anda makan."

Ji Gong kemudian meminta arak dan daging.

Setelah makan, Ji Gong berkata,"Baiklah, saya akan pergi sekarang. Saya akan kembali dalam waktu 3 hari. Tunggulah saya." Ji Gong kemudian masuk ke dalam wadah arak dan menghilang.

Ji Gong secara cepat muncul di Gunung Emei di Sichuan. Dia berjalan ke gerbang rumah seorang tuan setempat dan mengetuk ikan kayu di pintu secara sembarangan. Tuan tanah tersebut mendengar suara ketukan pintu dan keluar untuk bertanya kepadanya."Dari manakah asal anda?"

Ji Gong menjawab,"Saya berasal dari Kuil Jingci di Hangzhou."

Tuan tersebut kemudian menjawab."Anda telah menempuh perjalanan yang jauh. Mengapa anda mengetuk ikan kayu di pintu gerbang rumah saya?"

Ji Gong berkata,"Kuil kami terbakar. Saya tahu anda kaya. Anda memiliki kayu yang banyak. Saya menempuh perjalanan jauh ini untuk memohon sedekah kepada anda." 

Tuan tersebut kemudian menjawab,"Berapa yang anda inginkan?" Ji Gong menhawab,"Tidak lebih dan tidak kurang, hanya yang dapat terbungkus oleh jubah saya."

Tuan tersebut melihat pada jubah Ji Gong yang lusuh dan mencemooh,"Bhiksu gila! Jubah ini bahkan tidak dapat membungkus sebuah ranting." Dia menyetujui permintaan Ji Gong.

Ji Gong berterima kasih kepadanya, melepaskan jubahnya dan melemparkannya ke gunung. Dalam sekejap, jubah tersebut menjadi besar, dan dapat menutupi seluruh gunung. Tuan tersebut terkejut karena tidak menyangka bhiksu Ji Gong memiliki kuasa supernormal. Dia juga tidak dapat mengingkari janjinya.

Ji Gong kemudian memilih 100 pohon besar dan menebangnya. Kemudian, membawanya lewat Sungai Yangtze, mengikuti arus sungai. Akan tetapi, kayu tersebut berhenti di pos penjaga, dimana petugas jaga meminta uang pajak.

Ji Gong kemudian bertanya,"Sungai ini bukan milik anda. Mengapa saya harus membayar pajak?"Petugas penjaga menjawab,"Semua gunung ini dan air di sini adalah milik Kaisar. Semua barang yang melewati air ini harus terkena pajak."

Ji Gong kemudian menjawab,"Saya mengerti. Apakah ini berarti bahwa barang-barang yang melewati bawah air tidak akan terkena pajak, apakah betul?"

Petugas jaga tersebut tertawa dan menjawab,"Kayu hanya dapat mengapung. Jika anda memiliki kuasa untuk membuat kayu tersebut melewati bawah air, saya akan mengizinkan anda lewat."

Dengan seketika, Ji Gong menghentakkan kaki ke rakit kayu tersebut dan secara cepat tenggelam ke dalam air bersama dengan seluruh kayu. Melihat hal ini, petugas jaga ketakutan.

Di Kuil Jingci, kepala biara mulai khawatir setelah menunggu selama dua hari. Pada siang di hari ke-3, Ji Gong secara tiba tiba berlari ke dalam dan berteriak."Kayunya telah datang! Kayunya telah datang!"

Kepala biara bergegas keluar dan tidak melihat apa-apa. Ji Gong menggenggam tangan kepala biara tersebut dan berkata,"Guru, mari ikuti saya."

Mereka bergegas ke sumur di depan dapur. Kepala biara melihat kayu muncul dari dalam sumur satu per satu. Mereka memudian mengangkat sekitar 60 kayu. Ketika kepala biara merasa kayu telah cukup, tidak ada lagi kayu yang keluar dari sumur tersebut. Inilah cerita bagaimana Ji Gong membawa kayu.

Saat ini, di Kuil Jingci, anda masih dapat melihat sumur legendaris ini. [Liana Yang, Surabaya, Tionghoanews]

PRIA SEJATI TEGUH DALAM MEMEGANG JANJI PERNIKAHAN

Posted: 12 Sep 2011 11:18 PM PDT

Sejak zaman kuno, orang Tiongkok sangat menghormati dan mengagumi perilaku seorang pria sejati,  yang bisa menolak godaan, seperti ketenaran, kekayaan, dan perempuan.

Dua kisah ini memberitahu kita bagaimana sejarah menunjukkan kepribadian mulia mereka:

Pendiri Dinasti Han Timur, Kaisar Liu Xiu, ingin menemukan pria yang cocok untuk kakak perempuannya, Putri Yang Hu, yang telah menjanda. Dia meminta Putri Yang Hu mengatakan siapa pria yang menjadi idamannya. "Song Hong unggul dalam kebajikan dan penampilan," tutur Putri.  Kaisar Liu Xiu tahu bahwa hal itu akan menjadi pekerjaan sulit, karena Song Hong pria yang sangat berbudi luhur dan telah menikah. Tetapi ia telah berjanji kepada kakaknya untuk membantunya, jadi dia harus mencobanya.

Kemudian ia memanggil Song Hong ke istana dan meminta Putri Yang Hu duduk di belakang tirai - untuk mendengarkan percakapannya dengan Song.

Liu Xiu berkata dengan ringan dan santai, "Saya pernah mendengar ungkapan bahwa, ketika seseorang menjadi kaya, ia dapat memiliki banyak teman dan juga mendapatkan istri baru. Apakah ini juga berlaku untuk orang biasa?"

Song Hong menjawab dengan tanpa keraguan, "Yang Mulia, saya mendengar bahwa seseorang tidak meninggalkan temannya saat masih miskin dan tidak akan meninggalkan istri yang telah mendampinginya selama menderita kesusahan."

Setelah mendengar ini, Liu Xiu tahu apa yang dipikirkan Song Hong dan berkata lirih pada kakaknya yang berada di balik tirai, "Saya pikir, tidak mungkin ada pernikahan untuk kakak dan Song Hong."

Sebuah kisah serupa terjadi di era berbeda:

Perdana Menteri Negara Qi, Yan Zi,  menggelar pesta untuk Raja Qi, Jing Gong.

Qi Jing Gong melihat istri Yan Zi dan bertanya, "Apakah dia istri Anda?"

Yan Zi menjawab, "Ya."

Qi Jing Gong lalu berkata, "Dia sudah tua dan jelek. Saya memiliki seorang putri cantik dan saya akan menjadikannya sebagai istrimu. Bagaimana menurutmu?"

Seketika Yan Zi berdiri dan menolak dengan hormat, "Istri saya telah mendampingi saya selama beberapa dekade. Dia mungkin sudah tua dan jelek, tapi dia pernah muda dan cantik. Dia telah mempercayakan hidupnya pada saya, dan  saya telah berjanji untuk merawatnya sampai maut memisahkan kami. Saya sangat menghargai hadiah dari Yang Mulia, tapi saya tidak bisa menerimanya. Jika saya lakukan, maka saya akan melanggar janji pada istri."

Seorang istri yang telah menemani dalam kelaparan dan kesulitan hidup, tidak seharusnya dicampakkan demi seorang perempuan muda dan cantik. Bertanggung jawab bagi pasangan seumur hidup, untuk tidak menyakiti atau meninggalkan, baik dalam suka dan duka, merupakan prinsip-prinsip mulia dalam pernikahan. [Linda Lim, Denpasar, Tionghoanews]

No comments:

Post a Comment