Saturday 17 September 2011

印尼华人 (21/1)

印尼华人 (21/1)


LIMA MITOS SEPUTAR PRIA MASIH DIPERCAYAI WANITA

Posted: 17 Sep 2011 11:47 AM PDT

Karena kurang informasi dan enggan menanyakan langsung kepada pasangan, banyak wanita yang memiliki asumsi salah seputar pria. Apa sajakah itu?

Minimnya informasi yang dimiliki dan kepercayaan dirinya terhadap mitos yang menghampirinya, banyak wanita terjebak dalam mitos yang salah tentang pria. Inilah beberapa mitos yang masih mereka percayai, seperti diulas Galtime.
 
* Pria tidak akan menghargai wanita jika mau berhubungan seks pada kencan pertama
 
Setiap orang memiliki karakter dan situasi yang berbeda. Jika Anda membuat keputusan berdasarkan bukan pada apa yang Anda inginkan, tetapi pada apa yang Anda percayai, maka Anda hanya akan menemui kekecewaan besar.
 
* Pria senang mengejar wanita
 
Pria pun akan memberanikan diri untuk mengenal orang asing yang disukainya, meski memertaruhkan penolakan atau penghinaan. Namun ketika hal tersebut tidak membuatnya nyaman dan memenuhi kriteria yang didambakannya, maka dia pun tidak akan melakukannya. Jadi, kalau wanita mengejar pria kenapa tidak?
 
* Seorang pria tidak bisa berteman dengan wanita tanpa berhubungan seks dengannya
 
Hal ini memang menjadi perdebatan hangat. Tapi asumsi bahwa pria dan wanita tidak bisa berteman tanpa ada embel-embel seks hanyalah omong kosong belaka. Pria tentu tidak akan berpura-pura menemukan ketertarikan jika memang mereka tidak merasakannya. Apalagi berteman tidaklah hanya dengan pasangan semata, karena masih banyak banyak teman lain yang bisa menemaninya dalam mengisi waktu. Jadi kalau ada asumsi yang berkata demikian, hal tersebut sungguh sangat picik.
 
* Pria lebih menyukai imajinasi
 
Ini hanyalah persepsi yang tidak tepat. Pria sangat menyukai kondisi riil yang membuatnya bergairah. Misalnya, melihat keseksian tubuh pasangan ketika Anda terbalut jins dan membuat lekuk tubuh terlihat jelas, atau ketika Anda mengenakan busana berpotongan rendah. Dan hal itu justru membuat turn on alami bagi pria.
 
* Pria sering terintimidasi oleh wanita
 
Pria ingin dilihat sebagai yang terbaik dalam berbagai hal. Karenanya dengan adanya intimidasi dari wanita, maka hal tersebut akan membuatnya cemas karena merasa dihakimi. Pasalnya, seorang pria akan merasa percaya diri dan bangga ketika dia merasa dihargai, dianggap independent, dan sangat berdaya dalam hidupnya. [Linda Lim / Denpasar / Bali / Tionghoanews]

MUNGKIN INI BALASAN ATAS DOSA-DOSAKU [STORY]

Posted: 17 Sep 2011 04:29 AM PDT

Hidupku terasa pahit. Sebelum menikah dengan Noval (bukan nama sebenarnya), aku telah menikah dengan seorang pria, sebut saja namanya Narto (bukan nama sebenarnya). Pernikahan kami hanya berumur dua tahun, sebelum akhirnya Narto memergoki aku yang tengah berselingkuh dengan laki-laki lain. Buntut dari semua itu, Narto akhinrya memaksaku bercerai dan membawa serta anak semata wayangku. Maaf, aku tak mau bercerita terlalu banyak tentang masa laluku. Sampai sekarang aku masih terus mengingat dan menangisi  anakku. Aku ingin berjumpa dan memeluknya.

Setelah jadi janda, aku kembali ke rumah orang tuaku. Berusaha menghibur diriku, dengan lebih mendekatkan diri pada  Tuhan. Beberapa tahun lamanya aku memilih menjanda. Aku coba berusaha dengan membuka warung kecil-kecilan yang hasilnya hanya cukup untuk keperluan sehari-hari kami. Cap janda membuat aku  tak enak hati, dan tak bisa bergaul dengan teman-teman seperti dulu. Teman-teman yang dulu jadi sahabatku, kurasakan menjauh dariku. Ah… mungkin mereka takut  suami mereka melirikku, atau aku rebut. Padahal aku pernah bersumpah tak akan pernah menikah dengan pria beristri.

Namun sumpah  itu akhirnya kulanggar, Narto laki-laki yang telah memiliki istri akhirnya menaklukan sumpahku Lingkungan rumahku yang padat membuat  gosip tentang aku begitu ramai. Bahkan tiap aku lewat di depan ibu-ibu, juga para remaja putri, mereka  menyindir dengan suara keras. "Jangan merebut suami orang dong!"

Aku dan Narto akhirnya menikah  di Penghulu. Tak ada pesta, yang ada hanya pengajian di malam hari, mengundang para tetangga, namun hanya sedikit yang datang datang,  padahal ibuku telah menyiapkan  nasi lengkap dengan lauk pauknya  dikemas dalam kardus. Aku cuma bisa meneteskan air mata.

Walau aku tak lagi punya muka di kampungku ini, aku tetap tinggal di kampung ini, di rumah kontrakan.  Karena penghasilan Narto sebagai kuli tak menentu. Seringkali Narto tak membawa uang. Namun, aku tak pernah marah. Aku  tetap berjualan di warung. Walau hasilnya kecil, cukuplah untuk makan sehari-hari. Tak lama kemudian, aku hamil. Aku sangat bahagia. Kerinduanku pada anak dari perkawinan sebelumnya terasa terbayar. Aku sangat menjaga kehamilanku ini. Aku rutin ke bidan kandungan di Puskesmas. Juga mengkonsumi makanan bergizi

Singkat kata aku akhirnya melahirkan. Begitu bayiku lahir suara tangisnya nyaring membahana. Syukurlah. "Selamat, Bu. Bayi ibu, laki-laki, sehat," kata bidan. Kulihat wajah bidan dan ibuku nampak pucat. Tak nampak bahagia. Kenapa?  karena kelelahan, kubiarkan diriku tertidur lelap. Begitu bangun tidur, aku mencari-cari bayi laki-lakiku.  'Mana bayiku? Aku ingin menyusui bayiku,' kataku.

Bidan dan ibuku nampak bingung, dan saling berpandangan. 'Lagi tidur nyenyak, Bu. Ibu istirahat saja dulu. Nanti kalau  bayinya nangis, saya akan bawa bayi Ibu ke sini,' ujar bidan. Walau curiga dengan kejanggalan ini, aku berusaha tenang.  Ketika terdengar tangis bayi, aku dengan antusias  berharap, bayi itu  dibawa ke tempatku. Ternyata tidak, tak berapa lama tangis bayi itu terhenti. "Lho, bayiku  kenapa nggak dibawa kemari?" tanyaku.

"Kondisi Ibu masih  belum fit.  Ibu harus banyak istirahat. Bayi Ibu, kami beri  susu dalam botol," jelas  bidan. Aku berusaha mengerti. Walau terasa aneh bagiku. Aku memang lemas. Tapi, bukankah biasa, seorang ibu melahirkan, tubuhnya lunglai? Kerinduanku pada  bayiku memuncak. Kenapa bidan itu tak mau memberikan bayiku? Ya Tuhan, ada apa dengan bayiku? Ah… aku tak ingin berpikir yang tidak-tidak. Akhirnya aku cuma bisa menangis. Saat itu, kerinduanku pada 3 anakku lainnya pun menjadi-jadi.

Malamnya, suamiku datang. Dia berusaha tersenyum padaku, dan mengecup dahiku. Lalu dia berkata, "Sabar ya, Bu. Kita sedang dicoba oleh Tuhan," "Kenapa, Pak?' tanyaku.  "Bayi kita cacat.  Dia tak punya tangan," kata suamiku. Hah? Jadi itu penyebabnya, kenapa bidan dan ibuku merahasiakan kecacatan bayiku. Tubuhku terasa makin lemas. Saat itu juga, aku bangun dari tempat tidur. Bersama suamiku, kami ke kamar tempat   bayiku tidur.

Kulihat bayiku nampak tampan, ia terbungkus hangat  dalam kain bedong.  Tak terlihat bayiku cacat.  Aku bongkar kain bedong di bagian tangan. Ya Tuhan,  bayiku tak memiliki tangan.  Saat itu juga dunia seakan runtuh, jeritan pilu mengantarku dalam kegamangan menghadapi kenyataan ini. namun berikutnya aku mulai sadar dengan apa yang saat ini aku hadapi, aku hanya bisa pasrah. Mungkin ini balasan yang setimpal atas dosa-dosa yang selam ini aku perbuat. [Vivi Tan / Jakarta / Tionghoanews]

EMOSI ORANG TUA MENULAR KE ANAK

Posted: 17 Sep 2011 01:40 AM PDT

Emosi yang Anda luapkan saat marah terkadang membuatnya stres, seperti membanting pintu lemari sampai menimbulkan suara keras atau kata-kata kasar yang keluar dari mulut Anda. Hal ini tidak hanya menimbulkan efek samping secara psikologis, tapi juga menyebabkan masalah kesehatan serius pada anak.

Beberapa studi menemukan bahwa anak yang terlalu resah mempunyai kadar antibodi pembasmi virus lebih rendah di dalam saluran pernafasan atas sehingga mereka lebih rentan terhadap pilek dan flu. Hal tersebut juga dapat memicu penyakit atau memperburuk asma, diabetes dan penyakit kronik lainnya pada anak yang sudah terjangkit terhadap penyakit itu.

Efek negatif stres pada orangtua dapat mempengaruhi anak sejak usia dini, bahkan bayi pun bisa merasakan ketegangan serta keresahan ibu atau ayahnya. Genetika dan temperamen ikut berperan besar dalam menentukan ketahanan anak terhadap stres.

Bayi yang berpembawaan lembut sering bereaksi terhadap keresahan orangtuanya dengan menjadi rewel dan sulit ditenangkan. Anda dapat memindahkan ketegangan kepada bayi lewat sentuhan, gerakan dan nada suara.

Orangtua stres yang pikirannya dikuasai masalahnya sendiri kemungkinan tak bisa berhubungan dengan anaknya secara emosional atau menenangkan di saat tidak bahagia. Bayi yang tidak ditenangkan tidak dapat mengembangkan kemampuan batinnya untuk bisa menenangkan dirinya.

Saat bayi tumbuh menjadi batita dan usia prasekolah, kemungkinan Anda menjadi lebih tidak sabar dengannya saat sedang menghadapi masalah. Ini membuat anak menjadi resah dan tidak aman, kemudian dapat meningkatkan stres Anda.

Ketegangan yang dipindahkan dari orangtua ke anak dan sebaliknya dapat berkembang menjadi spiral negatif. Anak mungkin menganggap bahwa dirinya adalah penyebab kemarahan Anda, lalu mulai menutupi perasaannya atau menjauhi Anda.

Pada anak usia di bawah 5 tahun, stres tidak bisa diketahui oleh Anda, karena mereka belum bisa mengungkapkan perasaannya yang kompleks dengan kata-kata. Itu sebabnya penting untuk memperhatikan sinyal-sinyal bahwa anak terlalu tertekan. Tanda-tandanya bisa Anda kenali dengan anak mungkin jadi mudah marah, agresif, menarik diri, sulit tidur, hilang nafsu makan atau menjadi lebih panik.

Selain menelusuri perilaku anak yang bermasalah, coba bicara dengan dokter anak atau minta masukan dari guru atau pengasuhnya. Tapi jika anak menjadi hiper waspada dan tampak terus menerus cemas dengan bahaya, kemungkinan anak memerlukan bantuan dari ahli kesehatan mental. Yakinkan anak bahwa Anda akan melakukan segala sesuatu yang bisa dilakukan untuk menjaganya tetap aman dan selamat.

Anak akan merasa lebih bisa mengendalikan kehidupannya jika mereka melihat Anda bisa mengendalikan kehidupan Anda. Jadi pastikan reaksi Anda terhadap stres tidak mempengaruhi anak. Pikirkan apa yang bisa Anda lakukan untuk meminimalisir tingkat stres Anda. Saat merasa kemarahan Anda memuncak, beri waktu kepada diri Anda untuk menenangkan diri atau hitung sampai 10 agar tidak lepas kendali. [Irene Ang / Malang / Jatim / Tionghoanews]

KENALI ENAM TIPE BERJABAT TANGAN

Posted: 17 Sep 2011 01:31 AM PDT

Hellen Keller, penulis dunia ini mungkin tidak bisa mengenali warna dasi atau lengkungan bibir seseorang yang membentuk senyum hangat. Namun tidak berarti ia tidak mampu merasakan hangatnya sapa dan senyum seseorang, melalui jabat tangan, "I can feel the twinkle of his eye in his handshake."

Sehebat itukah jabat tangan? Tidak sekedar pembuka atau penutup pertemuan tetapi juga semacam penghantar halus diri seseorang. Jika Hellen Keller mampu merasakan binar mata seseorang, apakah berarti ia pun merasakan kerutan tak menyenangkan di wajah seseorang, kecemasan, keraguan juga dominasi atas orang lain? Berikut adalah tipe jabat tangan yang mungkin pernah Anda temui atau milik Anda.

The Vise Grip Handshake.

Jabat tangan ini menunjukkan kepercayaan diri dan egaliter kedua pihak. Secara teknis, tipe ini dilakukan oleh dua orang yang saling berhadapan, di mana masing-masing telapak tangan saling bertautan dengan sempurna dan hangat. Telapak tangan Anda dan lawan saling menggenggam sehingga ujung semua jemari dan ibu jari ada di sisi luar telapak lawan. Inilah jabat tangan idaman semua orang.

The Cold Fish Handshake.

Jabat tangan jenis ini yang sering mencemaskan, meski seringkali tidak disadari oleh pelaku karena telah menjadi kebiasaan. Mengapa disebut ikan beku, karena telapak tangan kita seolah menerima seekor ikan yang tergeletak begitu saja. Ketika berjabatan, telapak tangan tidak saling bertaut melainkan salah satunya menggantung dan membuat lawan seakan mendapatkan paket ikan mati yang akan terjatuh jika tidak segera digenggam.

The Bone Crusher.

Jabat tangan ini juga tidak kalah mengerikan. Seseorang dengan kepercayaan diri berlebih dan ingin mendominasi. Biasanya di awal gerakan dan posisi telapak tangan mirip dengan jenis The Vise Grip Handshake namun ia akan meremas dengan kuat seperti alat pemecah kenari. Sayangnya, karena jabat tangan merupakan kebiasaan, seringkali ia tidak menyadarinya. Jika Anda sedang berjabat tangan dan lawan Anda mengernyit kesakitan, segera lepaskan dan meminta maaf. Tidak ada salahnya berlatih dengan teman untuk memastikan kita tidak menjadi si 'penghancur tulang' saat berjabat tangan.

The Water Pump.

Jika biasanya gerakan mengayunkan telapak tangan saat berjabat tangan berlangsung 2-3 kali, tipe ini bisa lebih dari 5 kali yakni 7-10 kali, tentu tanpa menyadari atau sengaja. Anda atau lawan Anda akan dengan cepat mengayunkan telapak tangan yang bertaut dan saling mengucap salam atau sapaan sederhana. Amati lawan Anda apakah mulai muncul pandangan heran dan senyum canggung, bisa jadi Anda menjadi 'pompa air'.

The Socket Wrench.

Jabat tangan ini mirip dengan tipe pompa air, namun dengan arah berbeda yakni ke depan belakang. Telapak tangan Anda akan ditarik ke 'wilayah' lawan kemudian kembali ke 'wiayah' Anda. Seseorang dengan tipe jabat tangan ini memainkan dominasi atau kekuasaan secara psikologis untuk menciptakan keseimbangan. Tentu bukan jenis jabat tangan favorit karena bisa menjadi kejutan yang tidak enak.

The Finger Grab.

Jabat tangan ini bisa terjadi secara tidak sengaja ketika seseorang tiba-tiba menjabat tangan Anda tanpa terjadi pertautan yang sempurna. Bukan hanya telapak, melainkan semua jari Anda seperti terperangkap dalam satu genggaman dan ayunan. Sekali lagi, ini juga bukan jabat tangan yang menarik atau nyaman.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana kita mengenali jenis jabat tangan kita? Mengapa selama ini tidak ada yang memberitahu kalau jabat tangan kita seperti ikan beku/mati, atau pompa air, atau bahkan peremuk tulang? Secara formal, kita biasanya baru mulai memikirkan tentang jabat tangan ketika mulai memasuki dunia kerja, tepatnya mendapat panggilan interview. Karena itu, cobalah untuk berlatih dengan teman untuk mengetahui tipe jabat tangan kita. Apakah membuat tidak nyaman, atau tidak. Tips lain, saat berjabat tangan, jangan lupa untuk tetap melakukan kontak mata dan menyebutkan nama jelas atau menyapa dengan percaya diri namun tidak berlebihan.

Jabat tangan juga tidak mengenal gender, siapapun dapat memulai terlebih dahulu. Meski dalam perkembangannya di Indonesia, ada sebagian masyarakat yang berpandangan berbeda seperti tidak melakukan jabat tangan antar lawan jenis. Hal ini dapat dikenali dari jenis pertemuan yang kita hadiri karena biasanya sedikit banyak akan menggambarkan pula pihak yang hadir.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah usia. Kita perlu memperlakukan mereka yang berusia lanjut dengan lebih lembut, perhatian atau singkatnya lebih sensitive. Hal ini terlepas dari pangkat atau jabatan yang biasanya juga lebih tinggi. Tidak sepantasnya jika mereka mendapatkan jabat tangan ala 'dominan' yang kaku dank keras. Ada kalanya mereka akan menyambut jabat tangan kita dengan dua telapak tangan di mana telapak tangan lain mungkin akan menepuk-nepuk, seperti seorang kakek ke cucu. Hal ini wajar saja, namun kita perlu lebih bijak jika akan menirunya karena tidak terlalu lazim dan formal.

Jabat tangan lain yang mungkin lebih sering ditemui di kalangan eksekutif muda yang telah akrab adalah menabrakkan dua telapak tangan. Tabrakan ini biasanya akan dibarengi dengan tawa lebar dan sapaan akrab, mungkin juga pelukan dan tepukan bahu. Atau kedua telapak tangan seperti saling menggenggam dengan posisi agak vertikal yang menunjukkan antusiasme dan semangat untuk memulai pekerjaan. Tipe ini jelas tidak berlaku untuk pertemuan formal dengan calon klien atau kolega, meski Anda dalam dunia kreatif misalnya.

Untuk para pecinta pernak-pernik (perempuan maupun laki-laki), hati-hati dengan cincin yang besar di jemari kanan. Walaupun terlihat sepele, namun model besar yang unik atau etnik dapat 'berbahaya' ketika berjabat tangan. Mungkin bukan si pemakai yang memiliki tipe jabat tangan ala pemecah tulang, namun jika bertemu dengan tipe ini, jemari Anda bisa sakit karena tekanan lingkaran cincin itu sendiri. [Elisabeth Wang / Banda Aceh / NAD / Tionghoanews]

HIDUP BAGAI SANDIWARA

Posted: 17 Sep 2011 12:27 AM PDT

Ketika masih muda saya tinggal di sebuah desa kecil di atas gunung. Karena saat itu tidak ada televisi, maka untuk menambah wawasan dan pandangan anak-anak, sering kali saya mengajak dua orang putra putri saya pergi menonton bioskop ke kota terdekat.

Teringat suatu saat, ketika kami bertiga baru saja masuk ke dalam bus, saya meminta kedua anak saya agar cepat-cepat mencari tempat duduk, supaya tidak jatuh ketika bus melaju. Saya sendiri bersandar di tiang yang berada di pinggir pintu bus, untuk membeli karcis di kondektur. Ketika masih merogoh uang di dalam saku, bus mendadak berhenti. Karena belum sempat meraih tiang, saya langsung terjungkal ke arah sebuah kursi besar yang berada persis di samping pengemudi. Suara 'bruk' terdengar keras dan saya jatuh tepat di atas kursi besar itu.

Pengemudi kemudian mengutarakan alasan mengapa dia menghentikan busnya, mengatakan bahwa di depan mendadak lewat pengendara motor yang terus melaju dari arah depan, sehingga pengemudi terpaksa menginjak rem. Saya hanya mengatakan padanya kalau saya tidak mempermasalahkannya. Sambil menepuk pantat yang terasa nyeri, saya berjalan tertatih-tatih ke tempat duduk di sebelah anak saya.

Anak saya yang masih polos bertanya, "Ayah terjatuh, tapi mengapa Ayah tidak menangis?" Sambil tersenyum saya menjawab, "Karena ayah adalah seorang pemberani, jika seorang pemberani terjatuh, dia akan dapat berdiri lagi dan tidak akan menangisi kemalangannya."

"Saya masih ingat film yang hari itu kami lihat berjudul "Kisah petualangan Ali baba." Film itu menceritakan, dalam perjalanan saat berpetualang, Ali baba menjumpai banyak sekali iblis dan hantu. Saat adegan Ali baba sedang bertarung sengit dengan para iblis dan hantu, mendadak anak saya bertanya, "Bukankah Ayah mengatakan Ayah adalah seorang pemberani? Kalau begitu sekarang Ayah pergilah membasmi iblis dan hantu itu!"

Saya segera terdiam, tidak tahu harus bagaimana menjawab. Dalam hati berpikir, Anak yang masih kecil begitu naïf dan polos, menganggap apa yang ditampilkan dalam film adalah kejadian sebenarnya.

Dahulu saya pernah melihat sebuah ungkapan dari aliran Buddha yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita sebenarnya hanyalah ilusi belaka. Ketika masih muda, saya juga tidak dapat memahami tentang perkataan ini. Nyata-nyata paha ayam yang kita makan begitu lezat dan nikmat, coca cola begitu menyegarkan bila diminum, suntikan injeksi rumah sakit terasa menyakitkan. Hal yang begitu nyata mengapa dikatakan khayalan belaka? Baru ketika melihat anak saya yang menganggap tayangan di layar sebagai sesuatu hal yang nyata, saya baru memahami makna perkataan dari aliran Buddha.

Karya film adalah ciptaan manusia. Awalnya, pengarang menulis naskah cerita. Sang sutradara berdasarkan naskah tersebut kemudian mencari sekelompok aktor untuk memerankan jalan cerita dan disyuting oleh kamerawan. Ahli musik melakukan pengisian suara, menggabungkan elemen keseluruhan dan setelah rampung, film diputar dan ditayangkan di layar lebar. Semuanya begitu nyata tetapi juga hanyalah ilusi belaka.

Saya mencoba untuk berpikir. Semua yang berada di alam semesta, apakah benar adalah sebuah film yang diciptakan dan ditayangkan oleh kehidupan tingkat tinggi? Dalam Alkitab tertulis bahwa Tuhan menciptakan manusia dari tanah. Selain manusia, harus ada langit, ada bumi, ada matahari dan seluruh isinya. Tuhan hanya membutuhkan enam hari untuk menciptakan semua tokoh yang berada di dalam film, lalu apakah Tuhan juga akan memotret jalan cerita film yang terus berlanjut ini?

Saya pernah mempertimbangkan rasionalisme dari cerita di atas, umumnya panjang pendek sebuah film berkisar antara 2 jam. Sebuah film menceritakan atau mengisahkan sebuah cerita. Dalam cerita ada peran utama, peran pembantu, dan masih ada beberapa tokoh yang memainkan peran pendukung, mirip sejarah umat manusia. Dahulu kala, istana dipimpin oleh seorang kaisar, ada ratu, ada tiga ribu dayang-dayang, juga ada pejabat sipil dan militer serta rakyat yang banyak jumlahnya.

Perkembangan sejarah mengikuti pengaturan dari kehidupan tingkat tinggi, persis seperti para aktor yang berakting sesuai dengan naskah yang ditulis pengarang. Aktor yang meninggal dalam film ini, masih bisa berperan di film lain, persis seperti umat manusia yang entah sudah berapa kali mengalami mati dan hidup dalam reinkarnasi, terus-menerus memainkan berbagai peran di setiap ruang waktu dan masa yang berbeda.

Saya memiliki pemahaman dari buku-buku tentang reinkarnasi yang pernah saya baca. Setelah jiwa seseorang berakhir, kehidupan tingkat tinggi akan sekali lagi merencanakan peran Anda dalam kehidupan berikutnya dengan melihat keadaan bagaimana Anda berperan semasa hidup. Apakah peran Anda sudah sesuai? Ataukah hanya omong kosong dan menyimpang dari naskah?

Mungkin ada orang yang bertanya apakah aktor yang berperan dalam film dapat mengetahui jalan cerita dari film itu. Sayangnya, peran umat manusia dalam film besar sejarah yang dibuat oleh kehidupan tingkat tinggi, tidak ada seorangpun yang mengetahui jalan ceritanya.

Ilmu pengetahuan modern sudah mengetahui bahwa kumpulan gambar ilustrasi gen yang ditanam dimasukkan ke dalam inteligensi, panca indera, postur tubuh, penyakit atau kecacatan, dan lain sebagainya. Maka saya menduga apabila kumpulan gambar ilustrasi gen juga ditanamkan masuk ke dalam naskah kehidupan manusia, maka bukankah akan mendesak manusia berperan sesuai dengan naskah? Inilah yang oleh manusia dinamakan 'Nasib.' 

Jika praduga di atas itu benar, maka beberapa pemikiran yang berada di bawah ini, patut dipikirkan masak-masak oleh umat manusia :

Pertama saya kira pikiran dari kehidupan tingkat tinggi adalah murni baik, oleh karena itu naskah yang mereka buat seharusnya menunjukkan dunia yang indah. Walaupun di dunia ini ada bencana alam, perang, namun saya kira hal-hal tersebut hanyalah kebutuhan berkoordinasi dengan naskah. Tetapi saya benar-benar yakin bahwa dalam naskah yang dibuat oleh Tuhan, tidak mungkin ada jalan cerita yang menceritakan manusia yang demi keuntungan diri sendiri melakukan pembunuhan, rampok, perkosaan, penindasan, dan lain sebagainya. Jalan cerita yang sesat dan jahat ini mungkin adalah kaki tangan atau penjilat dari iblis, mereka rela menjadi antek dari iblis, menjadi 'selingan' di dalam film yang dibuat oleh Tuhan.

Lagipula, dalam Alkitab dikatakan bahwa "Tuhan menciptakan manusia menurut bentuk rupa-Nya." Oleh karena itu kita dapat melihat kenyataan ini : Ada perbedaan yang sangat mencolok antara manusia dan hewan, tulang punggung semua hewan adalah sejajar dengan bumi, semua tulang punggung hewan menghadap ke langit, inilah yang disebut "berjalan berbalik arah dengan langit" ; hanya manusia satu-satunya yang dapat "berdiri tegak", mengarah ke atas sesuai hukum langit, ke bawah memahami sepenuhnya perasaan manusia. Hal tersebut memberi isyarat: Tindakan dan perilaku manusia harus sesuai dengan hukum alam, jangan melawan kehendak Tuhan.

Mungkin ada orang yang bertanya : Apa yang dimaksud hukum alam? Di zaman modern ada seorang guru besar yang mengatakan, "Karakter alam semesta adalah Sejati, Baik, Sabar." Saya kira inilah hukum alam!

Terakhir, tugas manusia adalah berperan sebaik mungkin sesuai dengan apa yang diinginkan kehidupan tingkat tinggi. Persis seperti apa yang dikatakan oleh Mac Arthur, "Tak peduli kartu dalam tangan Anda baik atau buruk, Anda harus mengembangkan kartu-kartu dalam tangan Anda secara hidup dan jelas." Dalam kehidupan manusia yang singkat, tidak menyalahkan Tuhan dan orang lain, tidak menuntut dan mengejar, semuanya mengikuti keadaan secara wajar, menjalani hidup dengan ikhlas dan sesuai nasib. Jika Anda melaksanakan peran Anda dengan baik di kehidupan ini, maka di kehidupan mendatang, mungkin kehidupan tingkat tinggi akan mengatur Anda menjadi pemeran yang mengemban tugas yang lebih besar. [Gui Zhen / Lin / Tionghoanews]

No comments:

Post a Comment