Sunday, 11 September 2011

印尼华人 (21/1)

印尼华人 (21/1)


INSOMNIA DAN PERILAKU

Posted: 11 Sep 2011 06:05 AM PDT

Kegiatan yang merangsang fisik maupun mental di penghujung hari dapat mengganggu siklus tidur. Latihan fisik yang keras, obrolan yang terlalu menyenangkan, acara televisi, pekerjaan rumah, dan aktivitas berlebihan lainnya dapat memperbesar gejala insomnia.

Menciptakan rutinitas malam yang berakhir dengan aktivitas tidur sangat penting dalam pelatihan (dan pelatihan ulang) otak. Rutinitas ini perlu melibatkan serangkaian kegiatan yang tidak menyebabkan stimulasi berlebihan.

Setiap upaya harus menyesuaikan pola yang dijadwalkan, yakni melakukan olahraga di pagi hari dan berangsur-angsur melakukan kegiatan yang lebih bersifat santai di malam hari.

Kebiasaan perilaku sehari-hari harus menjadi bagian dari pola rutin yang dilakukan secara teratur dan konsisten. Perlu meminimalisir perbedaan atau bahkan tanpa perbedaan sama sekali antara aktivitas di hari kerja maupun di akhir pekan.

Waktu tidur semestinya menjadi waktu untuk relaksasi, tanpa perlu berpikir atau khawatir. Kegiatan rutin sehari-hari di kamar tidur, terutama di tempat tidur yang dapat menyebabkan kondisi yang tidak diinginkan harus dihindari. Hanya kegiatan santai seperti membaca dan mendengarkan musik lembut yang dapat dilakukan di kamar tidur.

Kegiatan seperti membayar tagihan, belajar, bekerja di depan komputer, mengerjakan PR, khawatir, atau mencari jalan keluar suatu masalah sebaiknya tidak dilakukan di tempat tidur atau di dalam kamar tidur.

Tidur yang baik mencakup teknik menuliskan semua pikiran, kekhawatiran, dan kecemasan yang mengganggu, menyisihkannya, dan mengambilnya kembali keesokan harinya.

Begitu kekhawatiran dan hal-hal yang harus dilakukan dituliskan, catatan itu harus disisihkan, bahkan kadang-kadang ditempatkan di luar kamar tidur, walaupun dilakukan secara simbolis. Tindakan ini sangat membantu pembentukan kondisi pikiran dan lingkungan yang lebih santai dan jernih.

Jika kekhawatiran atau kecemasan tidak dapat ditanggulangi dengan cara ini, maka perlu dilakukan praktek meditasi atau pencitraan terpandu.

Mengabaikan praktek-praktek semacam ini tidak menguntungkan karena keduanya tidak hanya memberikan manfaat tidur seumur hidup dan stabilitas emosional, namun juga meningkatkan fokus mental, konsentrasi, dan fungsi kognitif.

Saat terbangun di tengah malam sebaiknya hindari penggunaan lampu terang karena dapat mengatur ulang jam biologis tubuh. Akan sangat membantu jika mendahuluinya dengan bermeditasi sebelum kembali tidur. Ini dapat dilakukan dengan memfokuskan kembali pada keadaan alam mimpi atau dengan melakukan meditasi atau visualisasi terpusat. Teknik ini dapat membantu mencegah otak berpikir keras, yang akan menghambat tidur dan merangsang hormon kewaspadaan.

Jika tetap tidak dapat tidur dalam waktu 20 atau 30 menit setelah berbaring di tempat tidur, yang terbaik adalah turun dari tempat tidur dan fokus pada beberapa kegiatan yang hanya membutuhkan periode waktu singkat. Tetap berbaring di tempat tidur dan mencoba untuk tidur umumnya justru kontraproduktif dan menyebabkan kehilangan waktu tidur yang lebih lama dan mengakibatkan frustrasi.

Jika pikiran sibuk, maka ada baiknya membuat catatan khusus mengenai problematika yang dihadapi dan diselesaikan pada hari berikutnya. Pertimbangkan konsumsi makanan ringan yang menyehatkan sebelum kembali ke tempat tidur.

Bekerja dalam bentuk bergantian (shift) secara terus-menerus dapat mengganggu siklus tidur-bangun secara serius dan mengganggu kemampuan untuk tidur pulas serta dan menyebabkan kondisi yang dikenal dengan Gangguan Kerja Bergantian (shift work disorder atau SWD). Pergantian pola kerja biasanya lebih mudah ditoleransi saat usia muda, tapi seiring bertambahnya usia otak dan tubuh, kemampuan untuk beradaptasi terhadap tuntutan siklus tidur-bangun semakin menurun. [Diana Chuang, Kendari, Tionghoanews]

ANAK DAPAT WARISI EFEK STRES DARI ORANGTUA

Posted: 11 Sep 2011 04:40 AM PDT

Apakah pengalaman orang tua di masa awal kehidupan dapat memengaruhi kepribadian anak-anak mereka? Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Developmental psychobiology menunjukkan hal tersebut.

Empat puluh tikus betina ditempatkan dalam empat kelompok yang berbeda setelah penyapihan. Satu kelompok dibesarkan secara normal sebagai kelompok pengontrol atau yang dijadikan patokan, kelompok kedua dibesarkan dengan mengalami stres, kelompok ketiga dibesarkan dengan kasih sayang yang berlebihan, dan kelompok keempat mendapatkan keduanya baik stres maupun kasih sayang yang berlebihan.

Kemudian keturunan dari keempat-puluh tikus betina tadi ditempatkan dalam dua kelompok untuk memeriksa efek "terapi": satu kelompok dibiarkan tumbuh normal, dan kelompok lainnya diberikan kasih sayang yang berlebih.

Keturunannya diukur dalam kaitannya dengan tingkat kecemasan interaksi sosial, kemampuan untuk belajar, dan kapasitas untuk mengatasi ketakutan.

Dan ditemukan bahwa ibu tikus yang mengalami stres menghasilkan keturunan dengan tingkat interaksi sosial yang lebih rendah, namun dengan kemampuan lebih tinggi untuk belajar menghindari bahaya. Beberapa, tetapi tidak semua, keturunan dari ibu tikus kelompok empat, yaitu yang mengalami stres dan kasih sayang, juga menunjukkan efek negatif.

Namun keturunan yang diberikan kasih sayang ternyata mampu mengimbangi efek negatif yang diwarisi dari ibu mereka. "Studi kami menunjukkan bahwa efek stres yang diwarisi dari orang tua, ternyata dapat diminimalisir, tergantung dari pendidikan dan kasih sayang yang diberikan terhadap sang anak," kata Dr Mikha Leshem dari Universitas Haifa, Israel, dalam siaran pers.

Penelitian ini menggunakan tikus karena mereka selain memiliki banyak sifat yang menyerupai manusia, mereka memiliki tingkat reproduksi yang pesat dan cepat, sehingga membantu dalam penelitian lintas generasi. "Namun penelitian ini menimbulkan pertanyaan lagi, apakah efek yang sama mungkin terjadi pada manusia, misalnya perang atau bencana alam mungkin memiliki efek yang diwariskan. Hal ini penting untuk terus diselidiki apakah stres pada usia muda memengaruhi generasi berikutnya, dan apakah pengalaman terapi dapat meminimalkan efek trans-generasi pada manusia juga," jelas Leshem. [Evelyn So, Singapore, Tionghoanews]

BAGAIMANA MENDAPAT GADIS DI MALL

Posted: 11 Sep 2011 01:32 AM PDT

Gadis-gadis sangat suka untuk berbelanja. Jadi tidak diragukan lagi, pusat perbelanjaan adalah tempat yang bagus untuk bertemu perempuan. Jika Anda melakukan pendekatan yang tepat, Anda dapat bertemu gadis-gadis di mal dan menjadi sukses mendapatkan mereka.

1. Pergilah ke mall pada hari Sabtu sore. Gadis-gadis suka untuk berbelanja di akhir pekan, dan Anda pasti dapat menemukan banyak wanita untuk dipilih.

2. Berpakaian dengan nyaman dan percaya diri. Kenakan celana jins bagus atau celana khaki dan kemeja polo. Jangan memakai pakaian longgar atau apa pun yang tampak kotor dan tidak rapi.

3. Habiskan waktu di food court. Ini adalah daerah mall dimana banyak orang berkumpul. Anda dapat dengan mudah memulai percakapan di sini.

4. Ucapkan kata pembuka yang baik. Sebuah gagasan yang bagus adalah untuk memuji penampilannya. Perempuan akan selalu merespon dengan baik untuk pujian, jika disampaikan dengan benar. Jadilah sopan dan tidak terlalu kurang ajar. Jika Anda mengatakan padanya anda suka bajunya, jangan menatap payudaranya.

5. Tersenyum dan menjadi diri sendiri. Meskipun terdengar sangat klise, dalam hal ini, tidak ada sesuatu yang lebih penting dari itu. Mencoba menjadi seseorang yang bukan diri Anda adalah resep jitu untuk bencana. Kepalsuan bisa tercium dari jauh.

6. Tanyakan apakah Anda dapat membelikannya soda atau bergabung dengannya untuk makan. Ini akan memungkinkan Anda untuk memiliki beberapa waktu untuk duduk dan berbicara dengannya selama beberapa menit. Singkat saja dan jangan tampak terlalu putus asa.

7. Dapatkan nomor teleponnya sebelum Anda pergi. Percaya diri meminta nomor teleponnya dan katakan Anda ingin untuk mengajaknya keluar kapan-kapan. Jika dia ternyata tidak mau, jangan menganggap terlalu serius. Ada banyak ikan lain di laut (dan perempuan di mall). [Rosvina Ang, Palu, Tionghoanews]

BEBAN

Posted: 11 Sep 2011 12:46 AM PDT

Jika seseorang memiliki terlalu banyak benda-benda yang tidak dapat dia lepaskan, maka semua benda yang tidak dapat dilepaskan itu akan menjadi beban yang menempel pada tubuhnya. Beban semakin berat maka langkahnya akan semakin lamban.

Tetapi manusia sendiri tidak akan merasakan beban yang dipikulnya. Sebaliknya, beban-beban ini merupakan benda yang dianggap sangat penting bagi manusia. Benda itu adalah beban yang tidak dapat ditinggalkan dan dilepaskannya, bahkan kehilangan sedikit saja akan merasa sangat berat.

Buntalan beban yang dipikul setiap orang belum tentu sama. Ada orang yang dapat melangkah dengan cepat, ada pula orang yang melangkah dengan lamban. Apabila beban yang dipikulnya terlalu berat, maka tentu langkahnya tidak bisa cepat.

Sebenarnya apa isi dari buntalan beban itu? Ada yang disebut harta, ada yang disebut nama, ada yang disebut berbagai jenis budi manusia, ada yang disebut harga diri, ada yang disebut selera, ada yang disebut nafsu, ada pula yang disebut "konsep" yang terbentuk pada manusia. Pokoknya semua ini adalah tujuh perasaan dan enam nafsu manusia. Kesemuanya ini merupakan untaian rantai-rantai yang membelenggu manusia.

Manusia menikmati hidup dengan cara manusia, senang memisahkan diri dengan orang lain, senang jika diri sendiri mendapatkan lebih banyak dari orang lain, ingin diri sendiri lebih baik daripada orang lain, senang mendengarkan kata-kata yang enak didengar, senang dengan kenyamanan. Inilah manusia, menjadi manusia biasa memang demikian.

Kebaikan yang dilakukan antar manusia adalah demi mendapatkan, kejahatan yang dilakukan antar manusia juga demi tidak kehilangan. Manusia selalu mengharapkan lebih baik orang lain yang terluka daripada diri sendiri; Manusia lebih baik mati daripada harus melepaskan beban yang berada di atas tubuhnya.

Tetapi beban-beban tersebut sebenarnya bukan milik "manusia". Tak peduli manusia menganggap dirinya bagaimana, fungsi satu-satunya dari beban-beban ini adalah membelenggu manusia, bahkan akan menekan manusia hingga runtuh. Tetapi ketika manusia akan meninggal dunia, tidak ada satu pun dari benda-benda yang "paling tak dapat dilepaskan" ini yang akan menyertainya pergi, tetapi hutang dan waktu yang tersia-siakan demi untuk mendapatkan beban-beban ini akan selalu menyertai manusia.

Akhirnya, apa yang didapatkan oleh manusia?

Ada orang yang memiliki beban sangat berat, menekan manusia hingga membuat manusia tak dapat bernapas. Walaupun manusia ingin melepaskan beban-beban itu juga sudah tidak ada tenaga untuk mengerakkan tubuhnya; Ada beban yang dipikul orang tampak seperti terbungkus kain yang berlapis-lapis, melepaskan kain yang satu dan masih terbelenggu kain yang lain.

Ada pula orang yang sudah merasa lelah, memanggul beban dengan sikap apatis, meratapi diri dengan menghela napas, namun masih juga tidak rela menghabiskan tenaga dan energi untuk melepaskan tali yang melilit di tubuhnya.

Materi yang berada di tingkat manusia adalah yang paling kotor, dan tidak akan dapat dibawa ke surga. Manusia selalu mengejar kebahagiaan, tetapi tidak ada seorang manusia pun yang bisa terbebas dari lahir, tua, sakit, mati ataupun menghindari kesengsaraan. Hanya dengan berkultivasi untuk melepaskan semua beban keterikatan dalam dunia, barulah bisa mencapai kebahagian di seberang sana. [Yenny Jie, Palangkaraya, Tionghoanews]

No comments:

Post a Comment