Friday, 16 September 2011

印尼华人 (21/1)

印尼华人 (21/1)


LEMBU DARI BATU

Posted: 16 Sep 2011 12:29 PM PDT

Dahulu disebelah barat dari Sichuan, ada sebuah negara yang disebut negara Shu, tanahnya subur, hasil alamnya juga subur, negara ini sangat makmur. Negara Qin yang bertetangga dengannya sudah lama mengincar negara Shu ini, ingin menguasai negara Shu yang subur dan makmur ini, tetapi jalan menuju ke negara Shu harus melalui gunung melewati jurang yang terjal dan tebing-tebing yang menjulang tajam, jika tidak berhati-hati maka akan terjatuh kedalam jurang.

Pasukan yang ingin menyerang tidak ada jalan yang lain selain melalui jurang yang terjal oleh sebab itu tidak ada yang berani mengambil resiko tersebut, negara Qin hanya bisa melirik tanpa berdaya melakukan apapun.

Raja dari negara Shu adalah seorang yang serakah, selalu menjarah uang rakyatnya demi memenuhi keserakahannya, terkadang juga melakukan hal yang sangat keterlaluan. Raja Qinhui dari kerajaan Qin menyusupkan mata-matanya kekerajaan Shu setelah mengetahui temperamen raja Shu sehingga dia beranggapan ini adalah sebuah kesempatan baik, setelah melalui perencanaan yang matang, akhirnya raja Qinhui mendapat sebuah akal.

Raja Qinhui menyuruh tukang pahat memahat sebuah lembu dari batu yang sangat besar, dibelakang pantat lembu batu ini diletakkan banyak emas dan perak, lalu merilis berita ke negara Shu mengatakan bahwa lembu batu ini tinjanya semuanya terdiri dari  emas dan perak.

Mata-mata dari negara Qin ini sengaja menyampaikan berita kepada raja Shu bahwa dinegara Qin ada seekor lembu batu yang bisa bertinja emas dan perak. Setelah mendengar berita tersebut keserakahan raja Shu timbul, dia berpikir, "Alangkah baiknya jika saya mempunyai lembu batu itu setiap hari saya bisa mendapatkan emas dan perak." Ketika berpikir sampai disini, tiba-tiba utusan dari negara Qin datang berkunjung dan menyampaikan kepadanya bahwa raja Qinhui demi menjaga persahabatan kedua negara tersebut menghadiahkan lembu batu yang bisa bertinja emas ini kepada raja Shu.

Raja Shu sangat gembira, tetapi utusan negara Qin mengatakan bahwa lembu batu tersebut sangat besar jika ingin membawa pulang ke negara Shu kelihatannya agak sulit, setelah mendengar perkataan utusan negara Qin ini raja Shu berkata, "Ini bukan masalah, raja Qinhui telah menghadiahkan lembu batu tersebut untuk saya, tentu saja saya akan mencari akal membawanya pulang, tolong sampaikan kepada raja Qinhui tidak usah khawatir saya akan mencari akal menyelesaikan masalah ini."

Raja Shu tidak memperdulikan para menterinya yang menentangnya, mengerahkan sejumlah besar rakyatnya bekerja siang malam menggali lembah dan menutupi jurang membuat jalan supaya bisa mengangkut pulang lembu batu tersebut, akhirnya jurang dan lembah tersebut diratakan dan terdapat sebuah jalan tol yang menuju ke negara Qin dan mengutus beberapa orang kuat ke negara Qin menjemput lembu batu hadiah dari raja Qinhui.

Raja Shu tidak menyadari bahwa raja Qinhui telah memasang jebakan memerintahkan pasukannya mengikuti dibelakang iringan lembu batu sehingga dengan mudah raja Qinhui memusnahkan negara Shu dan raja Shu.

Raja Shu akibat keserakahannya kehilangan kerajaannya, sehingga menjadi bahan ejekan dunia. [Anita Li, Jayapura, Tionghoanews]

CINTA YANG SEDERHANA [STORY]

Posted: 16 Sep 2011 04:02 AM PDT

Minggu-minggu pertama setelah perkawinan kami tidak banyak masalah berarti. Seperti layaknya pengantin baru, suamiku  berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi, semua berakhir saat masa cutinya berakhir. Ia segera berkutat dengan segala kesibukannya, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu yang tersisa untukku. Ceritaku yang antusias sering hanya ditanggapinya dengan ehm, oh, begitu ya… Itupun sambil terkantuk-kantuk memeluk guling. Dan, aku yang telah berjam-jam menunggunya untuk bercerita lantas kehilangan selera untuk melanjutkan cerita.

Begitulah, selama tiga tahun aku berusaha mengerti dan menerimanya. Tetapi pagi ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya. Aku izin ke rumah ibu. Kukirim sms singkat kepadanya. Kutunggu. Satu jam kemudian baru kuterima jawabannya. Maaf, aku sedang rapat. Hati-hati. Salam untuk Ibu. Tuh, kan. Lihat. Bahkan ia membutuhkan waktu satu jam untuk membalas smsku. Rapat, presentasi, laporan keuangan, itulah saingan yang merebut perhatian suamiku.

Aku langsung masuk ke bekas kamarku yang sekarang ditempati selly (bukan nama sebenarnya)  adikku. Kuhempaskan tubuhku dengan kesal. Aku baru saja akan memejamkan mataku saat samar-samar kudengar Ibu mengetuk pintu. Aku bangkit dengan malas "Kenapa Ning? Ada masalah dengan suamimu?" Ibu membuka percakapan tanpa basa-basi. Aku mengangguk. Ibu memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu berhasil menebak dengan jitu.

Walau awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada Ibu. Mataku berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku kepada Ibu. Ibu tersenyum mendengar ceritaku. Ia mengusap rambutku. "Ning, mungkin semua ini salah Ibu dan Bapak yang terlalu memanjakan kamu. Sehingga kamu menjadi terganggu dengan sikap suamimu. Cobalah,  pikirkan baik-baik. Apa kekurangan suamimu? Ia suami yang baik. Setia, jujur dan pekerja keras. suamimu itu tidak pernah kasar sama kamu, rajin ibadah. Ia juga baik dan hormat kepada Ibu dan Bapak. Tidak semua suami seperti dia, Hen. Banyak orang yang dizholimi suaminya. Na'udzubillah!" Kata Ibu.

Aku terdiam. Yah, betul sih apa yang dikatakan Ibu. "Tapi Bu, dia itu keterlaluan sekali. Masak Ulang tahun perkawinan sendiri tiga kali lupa. Lagi pula, dia itu sama sekali tidak punya waktu buat aku. Aku kan istrinya, bu. Bukan cuma bagian dari perabot rumah tangga yang hanya perlu ditengok sekali-sekali." Aku masih kesal. Walaupun dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan Ibu.

Ya, selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangannya? Hampir tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan memperluas wawasanku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin beribadah dan selalu berbaik sangka kepada orang lain. Soal kesetiaan? Tidak diragukan. Adikku satu kantor dengannya.

Dan ia selalu bercerita denganku bagaimana suamiku itu' bersikap terhadap rekan-rekan wanitanya di kantor. Ia' tidak pernah meladeni ajakan perempuan lain yang tidak juga bosan menggoda dan mengajaknya kencan. Padahal kalau mau, dengan penampilannya yang selalu rapi dan cool seperti itu, tidak sulit buatnya menarik perhatian lawan jenis.

"Ning, kalau kamu merasa uring-uringan seperti itu, sebenarnya bukan suamimu yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kamu kehilangan rasa syukur…" Ibu berkata tenang. Aku memandang Ibu. Perkataan Ibu benar-benar menohokku. Ya, Ibu benar. Aku kehilangan rasa syukur. Padahal sudah  beberapa hari ini aku melihat istri tetanggaku stress karena suaminya sering memukuli dan berselingkuh, sementara aku memiliki suami yang demikian baik.
Pelan-pelan, rasa bersalah timbul dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan waktu dengannya hari ini, mengapa aku tidak mengatakannya jauh-jauh hari agar ia dapat mengatur jadualnya? Bukankah aku bisa mengingatkannya dengan manis bahwa aku ingin pergi dengannya berdua saja hari ini. Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia bersikap lebih romantis? Bahwa aku merasa tersisih karena kesibukannya? Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai? Aku segera pamit kepada Ibu. Aku bergegas pulang untuk membereskan rumah dan menyiapkan makan malam yang romantis di rumah. Aku tidak memberitahunya. Aku ingin membuat kejutan untuknya.

Makan malam sudah siap. Aku menyiapkan masakan kegemaran suamiku lengkap dengan rangkaian mawar merah di meja makan. Jam tujuh malam, ia belum pulang. Aku menunggu dengan sabar. Jam sembilan malam, aku hanya menerima smsnya. Maaf aku terlambat pulang. Tugasku belum selesai. Makanan di meja sudah dingin.

Mataku sudah berat, tetapi aku tetap menunggunya di ruang tamu. Aku terbangun dengan kaget. Ya Allah, aku tertidur. Kulirik jam dinding, jam 11 malam. Aku bangkit. Seikat mawar merah tergeletak di atas meja. Di sebelahnya, tergeletak kartu ucapan dan kotak perhiasan mungil. suamiku' tertidur pulas di karpet. Ia belum membuka dasi dan kaos kakinya. Kuambil kartu ucapan itu dan kubuka. Sebait puisi membuatku tersenyum dan menitikan air mata

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, Lewat kata yang tak sempat disampaikan, Awan kepada air yang menjadikannya tiada, Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,  Dengan kata yang tak sempat diucapkan, Kayu kepada api yang menjadikannya abu. [Vivi Tan, Jakarta, Tionghoanews]

SELAMAT JALAN, SEMOGA KAMU BAHAGIA [STORY]

Posted: 16 Sep 2011 03:43 AM PDT

Sedih, pedih, dan entah ungkapan apalagi yang bisa menggambarkan perasaan hatiku saat semua  kebahagaiaan dan mimpi yang kami rangkai selama bertahun-tahun hancur cuma karena perbedaan status yang kami miliki. Aku dan Hengki dilahirkan pada tahun dan bulan yang sama, bedanya aku lahir di rumah sakit elite yang dibantu para dokter berpengalaman, sementara  Hengki lahir di desa yang hanya dibantu dukun beranak.

Beberapa tahun kemudian kami tinggal satu atap, tetapi lagi-lagi diantara kami terdapat perbedaan yang sangat mencolok, di rumah itu aku tinggal dalam segala kemewahan, tidur dalam kamar luas ber-ac, sementara Hengki tinggal dikamar sempit nan pengap bersama ibu dan bapaknya. Meski kami tumbuh bersama, bersisian dan berbagi banyak hal bersama, tetapi aku adalah anak pemilik rumah yang seorang pejabat tinggi disebuah instansi pemerintah, sementara Hengki cuma anak seorang pembantu di rumahku.

Sejak kecil kami memang dekat sekali. Tidak ada yg tahu kenapa… yang banyak orang tahu, hanya di mana ada Hengki, maka gadis kecil dengan rambut ikal, mata hitam bundar, dan wajah menggemaskan itu selalu ada. Dan sebaliknya, di mana ada aku, maka bocah kecil dengan rambut berantakan, kulit agak hitam, dan wajah selalu tertawa itu selalu ada. Namanya juga anak-anak. Belum ada yg keberatan dengan fakta kedekatan kami berdua, meski sebenarnya papa sering melarangku bermain-bermain ditempat kortor bersama Hengki. Padahal akulah yang sebenarnya sering mengajak Hengki untuk main bersama.

Dan begitulah, selama hampir sepuluh tahun kami bermain bersama, memiliki masa-masa yang menyenangkan dan terkadang menyedihkan. Sebelum akhirnya kami harus berpisah karena papa dipindah tugaskan ke daerah lain, sementara Hengki dan kedua orang tuanya tetap tinggal di rumahku, karena papa tak ingin ada orang lain yang mengurusnya, selain kedua orang tua Hengki dan rumah itu rencananya akan disewakan pada pengusaha asing.

Dan waktu berjalan begitu cepat, lima belas tahun kami berpisah dan waktu yang kami nanti-nantikan untuk bisa bertemu kembali akhirnya tercapai. Papa kembali ditugaskan ke kota semula. Aku dan Hengki sudah menginjak usia delapan belas tahun, kami juga tengah menyelesaikan kuliah kami masing-masing, namun demikian ketidak suakaan keluargaku terhadap Hengki tetap saja ada, tetapi mereka tak bisa begitu saja membatasi hubungan kami, karena kami memang sudah sama-sama dewasa.

Singkatnya, kami berdua lulus dan akhirnya bekerja. Saat itu hengki memberanikan untuk melamarku dan sudah bisa ditebak lamaran itu ditolak mentah-mentah. Bahkan Hengki menerima hinaan yang membuat hatinya sangat terluka. Tetapi karena rasa cintanya demikian dalam, Hengki bahkan beberapa kali mengutarakan niatnya itu kepada keluargaku dan berkali-kali pula niatan itu tertolak. Hingga akhirnya Hengki menagih janjiku untuk " dipenuhi.. janji saat mereka sering bersepeda dulu: "aku akan ikut kemana kau pergi…" Tapi tidak, aku tidak bisa meninggalkan papa yangg sakit-sakitan. "Bersabarlah, bang… aku mohon.." kataku meneguhkan hati; "aku akan kembali membujuk Papa," Apa lagi yang bisa dilakukan Hengki selain menunggu?

Tapi kondisinya benar-benar berjalan diluar rencana kami, beberapa bulan kemudian. Bukan karena Hengki kebetulan mendapatkan kesempatan dinas belajar, kursus singkat di London selama enam bulan, karena jarak tak pernah berhasil memisahkan kami.. tapi karena saat Hengki kembali, dia menemukan setumpuk foto-foto dan selembar surat di meja rumahnya. Itu foto-foto pernikahan di Bandung. Dan isi selembar surat itu pendek saja: "Maafkan aku bang.. aku sudah menikah…" dan Hengki manangisi semuanya dengan kepedihan yang luar biasa.

Dan tragisnya Hengki mempercayai apa yang ia lihat, padahal rencana menyebarkan foto-foto itu adalah ulah papaku dan pernikahan itu adalah pernikahan kakak sulungku, tentu saja yang duduk disebelahku adalah kakak iparku. Papa memang memaksaku untuk berfoto berdua dan aku tidak menyangka jika foto itu akan diberikan kepada Hengki beserta surat palsu itu. dan sejatinya pernikahan itu tak pernah ada.

Saat Hengki dulu datang dengan kemarahan ke rumah di hari kematian papa, lelaki yg duduk di sebelahku adalah kakak iparku. Dan jelas, di sebelah kakak iparku tersebut ada kakak perempuanku yang menjadi istrinya. Gelengan kepalaku yang aku lakukan saat itu maksudnya: "jangan sekarang.. nanti saja kita bicarakan soal kita…" Tapi apa hendak mau dikata? Kejam nian kesalahan ini buat kami.. Hengki salah sangka.. dan memutuskan pergi.. menyiram rumput cinta yg tumbuh subur dihati dengan minyak tanah.. membakar habis hingga ke akar-akarnya.

Saat itu juga Hengki hilang ditelan gempita dunia.. meninggalkan jendela kaca yg semakin kusam.. rumput halaman yg meninggi dan menjadi belukar.. langit-langit rumah yg dipenuhi bintik hitam tampias air… dan di atas itu semua, Hengki sudah meninggalkanku dalam kesendirian. Aku memang berkali-kali datang kerumah lamaku berharap Hengki muncul….. tapi kenyataanya setelah bertahun-tahun kabar baru muncul dari Hengki bersama istri dan dua orang anaknya…,  sementara aku tetap sendiri dalam keheningan jiwa yang tercipta…. [Vivi Tan, Jakarta, Tionghoanews]

AKU BUTA TETAPI TIDAK TULI [STORY]

Posted: 16 Sep 2011 03:36 AM PDT

Tak pernah terbayangkan sebelumnya olehku bahwa pada akhirnya mataku tak  dapat lagi melihat, lantaran kecelakaan yang terjadi pada diriku beberapa bulan silam. Kegelapan kini menyelubungi hari-hariku, keceriaan tak bisa lagi aku dapatkan secara sempurna. Yang ada hanya kesedihan, kepedihan dan putus asa. Ku akui, secara perlahan aku bisa menerima apa yang telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Dan ketidak mampuanku melihat ternyata memiliki hikmah buat hidupku selanjutnya.

Hikmah itu berupa kepekaan rasa dari batinku dalam menyingkapi berbagai hal termasuk prilaku suamiku yang belakangan mengusik ketentraman rumah tangga kami. Fachri demikian nama suamiku (bukan nama sebenarnya), awalnya merupakan sosok laki-laki yang sangat aku hormati, karena ia begitu bertanggung jawab dan sangat menghormati aku sebagai seorang istri yang juga memiliki karir dipekerjaan.

Sampai saat ini kami memang belum dikarunia seorang anakpun, sejak kecelakaan itu di rumah hanya kami berdua dan seorang pembantu yang tinggal, setelah sebelumnya adik dan ibuku selama tiga bulan menemani aku yang saat itu baru saja mendapatkan musibah. Namun akhirnya aku memutuskan untuk belajar lebih mandiri dalam menghadapi ujian hidup ini, dengan meminta adik dan ibuku untuk kembali ke tempat tinggal mereka, karena kupikir jika mereka masih disini, aku akan menjadi selalu  tergantung terhadap orang lain.

Hingga praktis di rumah, tinggal suami dan pembantu yang menemaniku, membantu sebagian aktifitasku yang tak bisa aku kerjakan sendiri. Awalnya Fachri memang sangat sabar dan sepertinya juga bisa menerima keadaanku ini. tapi lama kelamaan aku mulai merasakan sesuatu yang tak beres dengan prilakunya. Walau tak melihat, hati dan telingaku bisa merasakan dan mendengar apa yang tengah terjadi dengan suamiku.

Sepeninggal Ibu dan adikku, keadaan rumah kerap menjadi sepi. Hal itu rupanya dimanfaatkan oleh suamiku untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya tak pernah ia lakukan, misalnya saja keluar dari kamar saat tengah malam. Awalnya aku tak pernah mencurigai prilakunya tersebut, namun lama-kelamaan ia semakin sering melakukan hal itu dan akhirnya memunculkan kecurigaan dalam hatiku.

Suatu hari, sekitar pukul dua tengah malam ia kembali keluar kamar untuk yang kesekian kalinya. Sekitar lima belas menit setelah itu, aku yang memang telah menunggu kesempatan untuk mencari tahu apa yang tengah ia lakukan, segera bangun dan keluar dari kamar tanpa mengeluarkan sedikitpun suara. Karena sudah hafal betul tata letak ruangan rumah, walau buta aku dengan mudah dapat menelusuri setiap ruangan.

Saat melewati kamar pembantu, sayup-sayup aku mendengar suara-suara yang membuat tubuhku bergetar. Dari dalam kamar itu, kudengar dengusan dan lenguhan-lenguhan bahkan jeritan kecil dari dua orang manusia yang sedang bergumul. Aku tahu persis suara siapa yang kudengar malam itu, itu suara Fachri dan Sri pembatuku. Mereka berdua menghianati aku, menikam aku dari belakang ketika aku tengah dilanda kesusahan.

Malam itu aku memang tak langsung melabrak mereka, aku masih memberikan Fachri kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Esok harinya aku baru meminta penjelasan Fachri tentang kebiasaanya keluar kamar pada malam hari. Saat kutanya ia terlihat terkejut, dan ia mengelak, "Aku memang buta mas, tapi kamu nggak bisa ngebohongin aku, aku masih bisa mendengar dan merasakan kelakuanmu," ujarku saat itu sambil menangis.

Tak terdengar jawaban dari mulutnya, "Mas dengarkan aku, sekarang aku memang tak bisa melayani mas dengan sempurna karena keadaanku ini, tapi aku ngga mau keadaan ini kamu manfaatkan untuk menyakiti aku, jika kamu ingin memiliki istri yang normal silahkan, tapi ceraikan aku dulu, aku ngga mau punya suami yang pengecut seperti kamu, aku ngga mau mas," sergahku dengan suara yang meninggi.

Sekali lagi aku tak mendengar sepatahpun ucapan dari mulutnya. Tapi sekonyong-konyong Fachri menubruku dan memeluku dengan erat, tak terdengar kata-kata, yang kudengar adalah isak tangis Fachri yang selama ini belum pernah aku rasakan dan aku dengar detik selanjutnya aku merasakan ia berlutut dihadapanku, mencium kakiku dan aku juga merasakan air matanya yang hangat membasahi punggung kakiku. "Maafkan aku ma, maafkan aku," cuma itu yang kudengar dari mulurnya saat itu.

Namun ucapan itu, memang ia resapi dengan sungguh-sungguh. Sampai saat ini, satu tahun sejak ia berselingkuh, tak pernah kudengar dan kurasakan lagi sesuatu yang ganjil dari prilakunya, bahkan pembatu yang ia selingkuhi ia minta untuk tak bekerja lagi di rumahku. Ia kini benar-benar telah kembali seperti semula bahkan lebih menyayangi aku dari sebelum aku buta, semua keperluanku selalu ia persiapkan dengan baik, mengantarku kemana aku mau. Dan aku sadar, Tuhan ternyata selalu memberikan yang terbaik buat umatnya yang bersyukur. [Vivi Tan, Jakarta, Tionghoanews]

JANGAN TAKUT MEMULAI HUBUNGAN DENGAN MODAL YANG PAS-PASAN

Posted: 16 Sep 2011 03:28 AM PDT

Ingin mempunyai pasangan merupakan hal yang wajar dalam sebuah kehidupan karena seseorang tidak bisa hidup tanpa pasangan dalam hidupnya, namun terkadang kita merasa tidak bisa mendapatkan hati seseorang yang kita idamkan karena kekurangan yang kita miliki.

Namun jangan berkicil hati terlebih dahulu karena kekurangan yang kita miliki bisa ditutupi dengan kelebihan yang kita punya.Karena seseorang yang kita idamkan tidak menilai kita dari sisi kekuranganya saja. Berikut ini tips dan trik cara mendapatkan hati seseorang yang kita idamkan dengan empat langkah dibawah ini.

1. Gunakan Kepintaran yang kita Miliki

Sekarang sedikit cewe yang mau dengan cowo yang lebih bodoh dibanding mereka, jadi, sebaiknya Anda menambah wawasan Anda agar tidak kalah dari si cewe sehingga Anda mempunyai 1 nilai tambah.

2.Jadilah Diri Sendiri

Dari awal tunjukan diri kita apa adanya. Kalau Anda memang tidak punya uang, jujur saja, cewek lebih menyukai cowo jujur dibanding cowo kaya.

3. Jangan Berkicil Hati

Tidak perlu minder kalau Anda memiliki wajah yang kurang ganteng, tunjukan saja apa nilai tambah yang Anda punya, seperti jago olahraga atau main alat musik, itu dapat menarik perhatian si dia.

4.Bersih Dan Wangi

Cewek rata-rata suka dengan cowo yang bersih dan wangi walau ada cewek yang suka cowo yang sedikit berantakan, tapi setidaknya Anda harus wangi terlebih dahulu.

Untuk memulai suatu hubungan, ada baiknya kita jangan "Minder" terlebih dahulu, lakukanlah apa yang kita bisa dan tunjukan hal tersebut kepada si dia, dengan demikian si dia akan merasa bahwa anda merupakan orang yang tepat baginya. [Kelly Chang, Jogjakarta, Tionghoanews]

BATU BERHARGA

Posted: 15 Sep 2011 11:40 PM PDT

Pada suatu hari seorang pedagang batu permata dari Xinjiang berkunjung ke toko permata sedang membicarakan masalah bisnis, dia melihat di toko tersebut ada sebuah batu yang mengkilat setengah transparan, dia bermaksud menukar batu tersebut dengan sepotong permata berharga yang dibawanya, tetapi pemilik toko tidak setuju. Dia mencoba beberapa kali menawar batu tersebut, tetapi pemilik toko sengaja ingin menjualnya dengan harga tinggi, akhirnya transaksi tersebut batal.

Didalam hati pemilik toko berpikir, batu yang terlihat biasa-biasa saja kenapa ada orang yang berani membeli dengan harga tinggi? Apa kelebihan batu ini? Jika saya mengasah supaya bentuknya lebih cantik, pasti lebih banyak orang yang suka. Oleh sebab itu dia mengasah batu ini dan melubangi batu ini kemudian diberi sebuah pita merah, sekarang bentuk batu ini kelihatan bulat dan lebih anggun. Tetapi setelah setahun berlalu, batu yang cantik ini masih tidak laku, pemilik toko menjadi heran.

Akhirnya, pedagang batu permata dari Xinjiang ini datang kembali ketokonya, setelah melihat batu yang telah diasah ini dengan rasa sedih sambil menggelengkan kepalanya dia berkata, "Sebenarnya batu ini adalah sebuah batu pusaka yang ternilai harganya, sebelumnya ada 12 lubang kecil dibatu ini, seperti jarum jam yang berputar, setiap jam lubang kecil dibatu ini akan mengeluarkan cahaya merah, setiap jam akan berubah, batu permata ini adalah sebuah jam yang alamiah, tetapi setelah diasah batu ini menjadi kehilangan keseimbangannya, sedang lubang kecil yang seperti jam juga sudah hilang, sehingga batu ini menjadi barang yang tidak berharga lagi, dahulu batu permata ini bisa dijual dengan puluhan ribu dollar, sekarang 100 dollar juga belum tentu ada yang berminat membelinya, karena batu ini sekarang seperti batu biasa, apalagi setelah diasah dia akan cepat lapuk, setelah beberapa tahun dia akan hancur." Setelah selesai mengucapkan hal ini pedagang batu permata dari Xinjiang ini membalikkan badannya berjalan berlalu dari sana.

Cerita ini mengajarkan kepada kita yang pertama adalah teliti dan pelajari dulu sebelum bertindak, jadi orang jangan sok pintar, yang kedua adalah menjaga keaslian dan sifat alamiah barang tersebut,  penampilan luar yang gemerlapan bukan berarti menjadi barang yang berharga, walaupun ada yang mengatakan bahwa batu giok tidak diasah tidak akan berguna, tetapi ada juga batu permata yang diasah akhirnya menjadi batu yang tidak berharga lagi. [Sunny Lin, Pekanbaru, Tionghoanews]

ANTARA AYAM JANTAN DAN ANGSA

Posted: 15 Sep 2011 11:38 PM PDT

Suatu masa, adalah seorang pria bernama Tian Rao yang bekerja dengan Raja Negara Lu, Lu Aigong, selama beberapa tahun. Sayangnya, Lu Aigong tidak melihat kemampuan dan ambisi Tian Rao, dan memperlakukannya sebagai orang biasa. Tian Rao merasa bahwa kemampuannya tidak dipergunakan secara penuh dan bertekad untuk meninggalkan Negara Lu.

Tian Rao berkata kepada Lu Aigong,"Saya berencana untuk meninggalkan anda seperti angsa yang terbang jauh, jauh sekali."

Lu Aigong berkata,"Bukankah di sini adalah tempat yang bagus untuk bekerja – mengapa anda ingin pergi?"

Tian Rao menjawab,"Yang Mulia, anda sering kali melihat seekor ayam jantan dengan jambul merahnya, yang sangat mempesona. Dia memiliki tungkai yang panjang dan taji yang tajam, sangatlah gagah. Dia tidak memiliki perasaan takut terhadap musuh, sangat berani. Ketika dia menemukan makanan, dia akan berseru kepada semua teman temannya untuk datang dan berbagi, sangatlah baik; dia akan bangun setiap pagi, sangat setia. Meskipun ayam jantan ini memiliki banyak kualitas bagus, Yang Mulia tidak menghargainya, dan malah memerintahkan untuk menyembelih ayam itu untuk dimakan. Mengapa begitu? Karena Yang Mulia sering melihatnya; sehingga dia tidak lagi istimewa dan bulu-bulunya tidak lagi indah. Tetapi angsa yang datang dari beribu-ribu mili jauhnya yang minum dari kolam Yang Mulia dan makan ikan yang berenang di dalamnya. Angsa yang datang ke ladang dan merusak panen. Meskipun angsa tersebut tidak memiliki kualitas sebagus ayam jantan, akan tetapi Yang Mulia malah lebih menghargainya. Mengapa begitu? Karena angsa tersebut berasal dari tempat jauh, dan Yang Mulia mengira dia sangatlah magis dan apa yang dilakukannya adalah baik. Dengan demikian, Yang Mulia, biarlah saya terbang jauh seperti seekor angsa."

Lu Aigong berkata,"Jangan pergi dulu dan tuliskan apa yang baru saja anda katakana."

Tian Rao berkata:"Anda berpikir saya biasa biasa saja dan tidak berharga untuk dipertahankan. Apa gunanya kata-kata saya untuk anda?" Dengan demikian Tian Rao meninggalkan Negara Lu dan pergi ke Negara Yan.

Raja Yan mengangkat Tian Rao menjadi seorang perdana menteri. Tian Rao memiliki banyak kesempatan untuk menggunakan kemampuannya. Setelah tiga tahun dibawah pengaturan Tian Rao, negara Yan menjadi makmur dan damai – tidak ada kerusuhan di perbatasan dan tidak ada pencurian di dalam negeri. Tian Rao menjadi sangat terkenal dan Raja Yan sangatlah senang.

Ketika Lu Aigong mengetahui keberhasilan Tian Rao di Negara Yan, dia sangat menyesal tidak mempertahankan Tian Rao tiga tahun lalu. Lu Aigong sangat menyesali kesalahannya, sehingga dia menyendiri dan merenungkan hal ini terus menerus. Dia menghela napas panjang, "Sebelumnya, saya telah gagal mempertahankan orang-orang yang bertalenta, sehingga Tian Rao meninggalkan saya. Sekarang, saya sangat berharap Tian Rao akan kembali lagi kepada saya, tetapi saya tahu ini sangatlah tidak mungkin."

Kenyataannya, situasi ini sering terjadi di dunia modern. Orang-orang sering kali mengabaikan orang-orang yang bertalenta di sekeliling mereka dan berpikir orang lain lebih bagus. Orang-orang yang berada dalam jabatan managemen, seharusnya mulai berpikir secara mendalam bagaimana untuk tetap mempertahankan orang-orang bertalenta di sekeliling mereka dan tidak membiarkan mereka terbang jauh. [Sunny Lin, Pekanbaru, Tionghoanews]

No comments:

Post a Comment