Sunday 4 September 2011

印尼华人 (21/1)

印尼华人 (21/1)


JADILAH PRIBADI PEMBELAJAR

Posted: 03 Sep 2011 11:41 PM PDT

Alkisah, suatu hari di sebuah lembaga pelelangan dunia dilakukan lelang otak manusia. Yang hadir mengikuti proses lelang adalah utusan dari beberapa negara di dunia, termasuk peserta dari Indonesia. Setelah semua peserta hadir, maka proses pelelangan otak dimulai. Hasil dari pelelangan itu ternyata otak orang Indonesia mendapatkan penawaran harga paling tinggi dibandingkan dengan otak dari beberapa orang negara maju lainnya. Tentu saja hal ini mengundang keheranan para peserta lelang dari beberapa negara lainnya.

Mengapa otak orang Indonesia mendapatkan penawaran harga paling tinggi? Ternyata setelah diselidiki alasannya adalah karena otak orang Indonesia dianggap masih paling mulus dibandingkan otak dari bangsa lain. Mengapa bisa demikian? Karena otak orang Indonesia dianggap jarang digunakan untuk berpikir, sedangkan otak orang negara maju sudah terlalu sering digunakan untuk berpikir.

Cerita di atas hanyalah sebuah anekdot atau kisah lelucon belaka. Tetapi hal ini bisa menjadi pelajaran bagi kita, karena memang realitasnya banyak di antara kita yang malas mendayagunakan kemampuan otaknya. Banyak di antara kita yang malas belajar mengasah kecerdasan akal pikirannya setelah selesai sekolah dibandingkan dengan mereka dari negara maju.

Contoh nyata adalah, ketika beberapa tahun lalu saya melakukan perjalanan ke Jepang bersama delegasi perwakilan pengusaha Indonesia mengikuti program undangan dari Asean Center di Tokyo misalnya, ketika naik kereta ataupun naik bus maka dengan mudah kita menemukan orang-orang yang asyik membaca buku di dalam kereta atau di dalam bus. Tetapi bandingkan dengan ketika kita naik kereta di Jakarta atau naik bus misalnya, yang kita temukan adalah orang-orang lebih suka mengobrol, menonton televisi, tertidur atau ngerumpi.

Kebanyakan orang menganggap bahwa tugas belajar menuntut ilmu sudah selesai setelah menyelesaikan pendidikan formal di sekolah atau universitas. Kemudian mereka sibuk dengan berbagai aktivitas pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, mengabaikan aktivitas belajar meningkatkan kualitas dirinya. Mereka menganggap tidak perlu lagi belajar, membaca buku, mengikuti seminar atau training untuk mengembangkan kualitas kecerdasan emosional dan spiritualnya. Pandangan yang demikian tentu saja tidaklah benar dan hanya akan menciptakan penjara bagi kemampuan berpikir, membuat kungkungan terhadap pengembangan nilai diri. Seperti halnya dahan pohon yang tidak pernah diberikan makanan cukup, maka lama kelamaan dahannya mengering dan tidak akan menghasilkan buah yang ranum dan siap dipetik.

Seorang futuris terkenal Alvin Toffler, yang mengatakan bahwa "buta huruf di abad 21 bukanlah karena orang-orang yang tidak bisa membaca dan menulis, tetapi dikarenakan mereka yang tidak bisa belajar, tidak belajar, dan tidak mempelajari kembali." Maknanya, hidup kita sesungguhnya merupakan proses pembelajaran seumur hidup. Kapanpun, dimanapun dan dalam situasi apapun, setiap pribadi dituntut untuk terus melakukan pembelajaran, kalau tidak ingin semakin tertinggal. Dengan demikian belajar baik itu ilmu pengetahuan maupun ketrampilan memiliki peranan yang sangat penting dalam perjalanan kehidupan manusia.

Kehidupan sudah membuktikan bahwa orang-orang sukses dan meraih kemuliaan hidup adalah mereka yang senantiasa menyediakan diri untuk mendengar dan belajar mengasah ketajaman hati dan pikirannya disetiap kesempatan hidupnya. Mereka adalah pribadi pembelajar yang tiada henti belajar dan berlatih mengembangkan kualitas dirinya. Karena dengan belajar, akan membuka cakrawala pemikiran manusia menjangkau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Kebiasaan ini dapat membentuk karakter manusia yang terus berkembang. Pengetahuan yang luas dan pengalaman yang banyak menjadikan manusia dapat memberikan kontribusi kebaikan yang lebih baik bagi dirinya dan bagi lingkungan sekelilingnya.

Pertanyaannya adalah, bagaimana dengan Anda ? Kapan dan dimanakah terakhir kali Anda meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan, kecerdasan emosi dan spiritual Anda ? Apakah Anda menjadikan pembelajaran seumur hidup sebagai sebuah "personal mantra" untuk meningkatkan kualitas hidup lebih bermakna? [Roswati Lim, Mataram, Tionghoanews]

SEKILAS PERBEDAAN MATA COWOK DAN CEWEK

Posted: 03 Sep 2011 10:41 PM PDT

Cowok dan cewek emang sama-sama tertarik pada hal-hal yang visual. Tapi, menurut buku Why Men Don't Listen and Women Cant Read Maps karangan Allan dan Barbara Pearce, ada beberapa perbedaan antara mata cewek dengan mata cowok. Ini berhubungan dengan biologi dan kebiasaan yang berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu.

1. Pandangan cewek lebih melebar, pandangan cowok lebih tajam Cowok sering banget kepergok lagi ngelirik cewek lain yang lewat di sebelahnya. Padahal, cewek juga sering kok mengagumi cowok ganteng yang kebetulan melintas. Bedanya, cewek nggak perlu menoleh karena jangkauan pandangan cewek lebih dari 180 derajat. Ini karena mata cewek punya lebih banyak jenis kerucut dalam retinanya.

Mata cowok ukurannya lebih besar dari mata cewek, dan otak menyusunnya seperti sebuah terowongan. Artinya, cowok bisa ngeliat lebih jelas, lebih tepat, dan lebih jauh dibanding cewek. Mirip teropong deh.

2. Cowok lebih bisa melihat di dalam gelap. Kalau udah malem, lebih baik jangan serahkan tugas nyetir pada cewek. Soalnya, ternyata cowok memang lebih mahir ngeliat di dalam gelap dibanding cewek. Apalagi, cowok juga punya kemampuan spesial yang lebih baik di otak kanannya.

Sebaliknya, cewek biasanya kesulitan melihat jarak jauh di dalam kegelapan. Kemampuan ruang yang terbatas juga bikin sebagian besar cewek sulit menentukan arah laju kendaraan lain di malam hari.

3. Mata cewek bisa melihat lebih banyak. Sejak ribuan tahun yang lalu, otak cowok dipersiapkan untuk berburu. Kita harus bisa melihat banyak hal dalam area yang sempit. Otak kita secara otomatis menyempitkan penglihatan kita supaya bisa memusatkan perhatian pada satu hal yang khusus, misalnya binatang buruan.

Pada cewek nggak seperti ini. Sebagai spesies yang terbiasa bertugas melindungi sarang atau tempat tinggal, otak cewek pun terprogram untuk mengolah semua informasi visual yang masuk di lingkup yang lebih luas. Inilah kenapa cewek lebih gampang mencari barang hilang dibanding cowok, karena otaknya bisa memproses lebih banyak "gambar" dalam satu waktu dibanding cowok. [Dina Kwek, Ternate, Tionghoanews]

WASPADA ! INFRAMERAH BISA DETEKSI PIN ATM ANDA

Posted: 03 Sep 2011 10:19 PM PDT

Jangan abaikan keberadaan sinar inframerah terhadap kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) milik Anda. Karena di Washington DC, Amerika Serikat, para hacker dapat mengenali nomor PIN dari tombol ATM menggunakan kamera inframerah digital. Demikian penemuan para peneliti San Diego, baru-baru ini.
 
Pada seminar USENIX Workshop on Offensive Technologies awal bulan ini, peneliti dari University of California di San Diego (UCSD), telah menjelaskan bagaimana kamera inframerah digital mendeteksi pin ATM. Para peneliti menunjukkan panas pada ujung jari kita sebenarnya tertinggal pada tombol ATM. Lalu ketika kamera digunakan segera setelah transaksi, digit PIN pun bisa terdeteksi 90 persen ketepatannya. Bahkan setelah satu menit, peneliti masih bisa mengidentifikasi angka dengan kebenaran sekitar 80 persen.
 
Plastik dan karet pada tombol mesin ATM merupakan bahan utama yang mempertahankan panas dari ujung jari. Meski demikian, kedua bahan ini tak 100 persen mendeteksi dengan benar PIN Anda. "Dengan keypad plastik, kami bisa mendeteksi tombol yang ditekan, tetapi sebenarnya sulit untuk menentukan urutannya," ujar seorang peneliti.
 
Solusinya, berhati-hatilah menggunakan mesin ATM ditempat umum. Patikan anda mengulang memasukkan pin dengan digit acak sebelum meninggalkan mesin ATM. [Yolanda Li, Banjarmasin, Tionghoanews]

BEROLAHRAGA SEBENTAR MANFAATNYA TAHAN LAMA

Posted: 03 Sep 2011 10:08 PM PDT

Ada sebuah penelitian baru yang diterbitkan online di The Lancet pada 16 Agustus 2011, berdasarkan penelitian dari Taiwan, yang menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan tidak melakukan kegiatan, berolahraga hanya 15 menit sehari (sekitar 1,5 jam seminggu) terkait dengan 14 persen mengurangi risiko kematian.

Penelitian ini secara luas dilaporkan sebagai bukti bahwa bahkan hanya  melakukan sedikit aktivitas dapat mengurangi risiko kematian. Saya pikir hal ini memang demikian, yang menurut sudut pandang ilmiah, ini merupakan kesimpulan yang tidak memiliki bukti dukungan.

Penelitian yang dimaksud adalah epidemiologi, yang artinya adalah menilai asosiasi antara segala sesuatunya (dalam hal ini, kebiasaan olahraga dan risiko kematian dari waktu ke waktu). Asosiasi tidak membuktikan kausalitas. Kita tidak akan mengetahui dari jenis studi ini jika olahraga memiliki dampak positif pada kesehatan.

Misalnya, mungkin saja, yang terjadi sebaliknya. Mungkin individu yang lebih sehat cenderung untuk berolahraga.

Mungkin pola hidup pasif (kurang gerak) terkait dengan tanda-tanda terkena penyakit. Pada dasarnya, kita tidak tahu. Yang kita tahu adalah bahwa bahkan sedikit aktivitas terkait dengan penurunan risiko kematian.

Dalam hati saya mengatakan, saya percaya bahwa aktivitas tingkat rendah mungkin memang memiliki manfaat kesehatan dan mencegah kematian. Saya melihat aktivitas dan olahraga sebagai pilar kesehatan.

Belum pernah ada studi jangka panjang, yang mengacak orang ke dalam kelompok olahraga atau non-olahraga dan kemudian mengamati mereka hingga kematian (untuk melihat apakah olahraga benar-benar mengurangi risiko kematian). Namun, kami memiliki studi jangka pendek yang menunjukkan perbaikan dalam hal tanda-tanda terkena penyakit. Ini adalah perubahan yang kita harapkan untuk diterjemahkan menjadi pengurangan risiko penyakit (dan mungkin kematian) pada akhirnya.

Juga, dengan olahraga, saya pikir ada "hukum semakin berkurang." Katakanlah Anda berolahraga selama satu jam setiap hari. Berapa banyak lagi yang dapat diperoleh dari berolahraga, katakanlah, satu jam 15 menit? Manfaat tambahan ini cenderung kecil dibandingkan dengan manfaat berolahraga selama satu jam.

Namun, jika kita beralih dari tidak beraktivitas (kurang gerak) ke pola hidup berolahraga  15 menit sehari-hari, manfaatnya mungkin relatif besar. Ini adalah salah satu alasan mengapa saya mendorong individu dengan pola hidup kurang gerak untuk melakukan sesuatu.

Dalam buku terakhir saya, "Waist Disposal," saya memasukkan sesi singkat olahraga rumahan yang terdiri dari campuran olahraga (seperti push-up, sit-up, dan jongkok berdiri) dan mungkin aerobik. Sesi ini dirancang dengan durasi 12 menit.

Dibanding dengan tidak melakukan apapun, sesi singkat ini bermanfaat untuk meningkatkan kekuatan dan fisik, dan saya percaya kemungkinan memiliki dampak positif pada kesehatan. Hal semacam ini mungkin tidak dapat membuat kita memenuhi syarat untuk ikut Olimpiade tahun depan, tapi saya percaya dampaknya pada kesehatan dan kesejahteraan sangat nyata.

Jika kita menjalankan aturan semacam ini dengan melakukan jalan santai dan mungkin beberapa peregangan, saya percaya kebutuhan olahraga kita sebagian besar akan terpenuhi.

Studi baru dari Taiwan ini memberitahu kita sangat sedikit tentang manfaat yang diakui dari olahraga, dan saya pikir temuan ini telah dibesar-besarkan. Namun, saya benar-benar mendukung pesannya: Mencurahkan bahkan sejumlah kecil waktu untuk beraktivitas dan berolahraga jauh, jauh lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa. [Vina Koh, Pangkal Pinang, Tionghoanews]

No comments:

Post a Comment