印尼华人 (21/1) |
- PERBUATAN BAIK TAK PERNAH SIA-SIA
- TIDAK SEMUA PENYAKIT MENTAL BERASAL DARI PIKIRAN
- CHINA HUKUM PILOT JUNEYAO AIRLINES
- SEMAKIN MENGINGINKAN, SEMAKIN TIDAK DAPAT
PERBUATAN BAIK TAK PERNAH SIA-SIA Posted: 31 Aug 2011 06:57 AM PDT Alkisah ada seorang dermawan yang berkeinginan untuk berbuat kebaikan. Dia telah menyiapkan sejumlah uang yang akan dia berikan kepada beberapa orang yang ditemuinya. Pada suatu kesempatan dia bertemu dengan seseorang maka langsung saja dia menyerahkan uang yang dimilikinya kepada orang tersebut. Pada keesokan harinya tersiar kabar bahwa ada seseorang yang telah memberikan sejumlah uang kepada seorang penjahat beringas. Mendengar kabar ini si dermawan hanya mengatakan" Ya Tuhan aku telah memberikan uang kepada seorang penjahat" Di lain waktu, dia kembali bertemu dengan seseorang, si dermawan pada hari itu juga telah berniat untuk melakukan kebaikan. Ia dengan segera memberikan sejumlah uang kepada orang tersebut. Keesokan harinya tersiar kabar bahwa ada seseorang yang telah memberikan uang kepada seorang koruptor. Mendapat kabar ini si dermawan hanya berkata "Ya Tuhan aku telah memberikan uang kepada koruptor". Si dermawan ini tidak berputus asa, ketika dia bertemu dengan seseorang dengan segera dia menyerahkan sejumlah uang yang memang telah disiapkannya. Maka esok harinya pun tersiar kabar bahwa ada seseorang yang telah memberikan sejumlah uang kepada seorang kaya raya. Mendengar hal ini si dermawan hanya berkata. "Ya Tuhan aku telah memberikan uang kepada penjahat, koruptor dan seorang yang kaya raya". Uang yg diberikannya kepada sang penjahat ternyata mampu menyadarkannya bahwa di dunia ini masih ada orang baik, orang yang peduli dengan lingkungan sekitarnya. Penjahat ini bertobat dan menggunakan uang pemberian sang dermawan sebagai modal usaha. Sementara sang koruptor, uang cuma-cuma yg diterimanya ternyata menyentuh hati nuraninya yang selama ini telah tertutupi oleh keserakahan, dia menyadari bahwa hidup ini bukanlah tentang berapa banyak yang bisa kita dapatkan. Dia bertekad mengubah dirinya menjadi orang yang baik, pejabat yang jujur dan amanah. Sementara itu pemberian yang diterima oleh si kaya raya telah menelanjangi dirinya, karena selama ini dia adalah seorang yang kikir, tak pernah terbesit dalam dirinya untuk berbagi dengan orang lain, baginya segala sesuatu harus lah ada timbal baliknya. Dirinya merasa malu kepada si dermawan yang dengan kesederhananya ternyata masih bisa berbagi dengan orang lain. Sahabat, tak akan ada yang berakhir dengan sia-sia terhadap sutau kebaikan. Karena kebaikan akan berakhir pula dengan kebaikan. Hidup ini bukanlah soal berapa banyak yang bisa kita dapatkan, tapi berapa banyak yang bisa kita berikan. [Kelly Chang, Jogjakarta] |
TIDAK SEMUA PENYAKIT MENTAL BERASAL DARI PIKIRAN Posted: 31 Aug 2011 04:22 AM PDT Psikiatri adalah sebuah profesi yang seharusnya ada untuk membantu orang yang mengalami masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan skizofrenia. Saya mengatakan hal ini karena psikiatri bukanlah bidang yang paling efektif. Obat-obatan seringkali tidak bekerja terlalu baik dan biasanya memiliki efek samping yang signifikan. Saya tidak akan memilih untuk menjadi seorang psikiater praktek konvensional. Salah satu kekurangan utama psikiatri adalah karena hampir semua penyakit mental dipandang sebagai masalah yang berasal di otak. Model kejiwaan penyakit umumnya didasarkan pada gagasan bahwa fungsi otak berjalan kacau ketika kimia otak (zat-zat kimia saraf) menjadi tidak seimbang. Misalnya, depresi seringkali dipandang sebagai akibat tidak memiliki cukup serotonin. Obat-obatan yang meningkatkan kadar serotonin kemudian menjadi andalan pengobatan untuk depresi. Selama bertahun-tahun, saya telah melihat cukup banyak orang yang resmi didiagnosis mengidap beberapa bentuk penyakit mental yang ternyata diketahui bahwa sebenarnya akar masalah mereka berada di luar otak. Berikut adalah beberapa contoh: * Perubahan suasana hati yang disebabkan oleh fluktuasi kadar gula darah * Depresi karena fungsi tiroid rendah * Depresi akibat kekurangan zat besi atau anemia * Depresi tingkat rendah dibarengi dengan melemahnya fungsi kelenjar adrenal * Depresi yang diakibatkan alergi makanan (seringkali gandum) * Gejala bulimia nervosa (binging dan membersihkan) sebagai akibat dari fluktuasi gula darah * Kecemasan-depresi akibat kekurangan lemak omega-3 * Kecemasan-insomnia akibat rendahnya kadar magnesium Hal yang penting adalah bahwa ketika sifat yang mendasari masalah ini diperbaiki, keadaan mental para individu biasanya benar-benar akan sama sekali berbeda. Kebanyakan psikiater umumnya tidak akan memiliki pikiran semacam itu. Ini adalah produk dari sekolah mereka. Jika setiap jurnal ilmu jiwa selalu mondar-mandir membicarakan dasar kimia saraf dari penyakit mental, maka mungkin tidak mengherankan apabila banyak psikiater tidak akan berpikir lebih jauh dan lebih dalam dari apa yang dibicarakan. Namun, tidak semua psikiater setuju dengan persuasi ini. "Membingungkan Penyakit Medis Dengan Penyakit Mental" diterbitkan online di Wall Street Journal pada 9 Agustus. Artikel ini diambil dari buku Unmasking Psychological Symptoms: How Therapists Can Learn to Recognize the Psychological Presentation of Medical Disorders (Menguak Gejala Psikologis: Bagaimana Terapis Bisa Belajar untuk Mengenali Presentasi Psikologi dari Gangguan Medis)," oleh psikiater Amerika Barbara Schildkrout. Buku itu belum terbit, jadi saya belum membacanya. Tetapi walau tanpa detail, saya sepenuh hati mendukung terbitnya buku. Pada dasarnya buku ini mendesak para terapis psikologi untuk menyadari fakta bahwa pasien mereka mungkin memiliki gejala mental yang diakibatkan patologi, yang bukan berasal dari otak, tetapi dari tubuh. Saya pikir buku ini harus menjadi bacaan wajib untuk semua psikiater yang ingin melakukan yang terbaik untuk pasien mereka. (Dr. John Briffa / Tionghoanews) |
CHINA HUKUM PILOT JUNEYAO AIRLINES Posted: 30 Aug 2011 10:33 PM PDT Otoritas penerbangan sipil China membekukan lisensi seorang pilot Juneyao Airlines, yang menolak untuk memberi jalan kepada pesawat Qatar Airways. Pesawat Qatar tersebut, dalam kondisi minim bahan bakar akibat harus berputar-putar di udara akibat cuaca buruk. Meski demikian, kasus ini juga meningkatkan kekhawatiran terhadap peningkatan kepadatan di bandar-bandar udara. Terlebih atas kompentensi dari para pilot, juga pengatur lalu lintas udara. Sebagaimana dikutip dari kantor berita Associated Press, pada hari Rabu (31/8/2011), The China Civil Aviation Administration (CAAC) mengumumkan insiden 13 Agustus 2011 itu sebagai pelanggaran serius terhadap regulasi penerbangan. Kejadian ini bermula dari penolakan seorang pilot Juneyao Airlines terhadap enam permintaan dari pengatur lalu lintas udara Shanghai untuk memprioritaskan pendaratan pesawat Qatar Airlines. Jet dari Doha ke Shanghai itu, telah mengirimkan pesan mayday supaya diperkenankan mendarat akibat keterbatasan bahan bakar. Jet Qatar tersebut, dikabarkan telah 20 kali terbang mengitari Pudong International Airport di Shanghai akibat cuaca buruk. Sebelum akhirnya memutuskan untuk mendarat di bandara lain di Shanghai, yakni Hongqiao International Airport . Akan tetapi, pilot Juneyao Airlines juga bersikeras bahwa pesawatnya kekurangan bahan bakar. M eski akhinya, investigasi CAAC menemukan bahwa jet Juneyao masih dapat mengudara 42 menit lagi, sedangkan avtur Qatar hanya cukup untuk mengudara selama 18 menit. Media resmi pemerintah China meluruskan, para pilot dari kedua maskapai akan diperiksa. Namun, menjawab pertanyaan mengapa penerbangan Qatar juga kekurangan bahan bakar, akan dijawab kemudian oleh Otoritas Penerbangan Qatar. Bagaimana pun juga, persoalan-persoalan lalu lintas udara di China, keterlambatan, hingga meningkatnya potensi tabrakan antarpesawat di China, telah menjadi perhatian International Air Traffic Association (IATA). Berdasarkan statistik dari Majalah Finansial Caixin, pada tahun 2015 akan ada 2.600 unit pesawat di China, naik dari 1.500 unit pesawat pada tahun lalu. Sementara pada tahun 2020, akan beroperasi 4.360 unit pesawat. Sebagai gambaran di Indonesia hanya ada sekitar 600-an unit pesawat di tahun 2011 ini. Apron atau lapangan parkir Bandara Soekarno-Hatta pun, hanya dapat menampung maksimal 125-an unit pesawat untuk parkir. [Yolanda Li, Banjarmasin, Tionghoanews] |
SEMAKIN MENGINGINKAN, SEMAKIN TIDAK DAPAT Posted: 30 Aug 2011 09:55 PM PDT Pepatah Tiongkok mengatakan: Kursi di rumah seorang tukang kayu sering kali berkaki tiga, anak dari keluarga seorang penjahit seringkali berpantat telanjang, dan sakit yang diderita keluarga seorang dokter seringkali tak tersembuhkan. Saya dibesarkan di Tiongkok selatan, di mana sup ikan dianggap sebagai makanan yang lezat. Kami memiliki sebuah keluarga besar dengan banyak anak, dan kami tidak bisa mengupayakan sup ikan terlalu sering. Selain liburan besar seperti Imlek, satu-satunya waktu dimana kami anak-anak bisa minum sup ikan adalah ketika kami sakit. Sup ikan diberikan kepada kami sebagai suatu perawatan. Meskipun saya adalah yang termuda, kakak saya yang dua tahun lebih tua dari saya adalah kesayangan nenek. Ia sakit dari waktu ke waktu, dan nenek saya sering memberinya sup ikan untuk diminum. Ketika kakak meminum sup ikan, wajahnya terkadang murung, seolah-olah ia minum ramuan obat Tiongkok. Namun di waktu lain saya bisa melihat kesenangan di matanya saat ia meminumnya. Saya selalu dalam kesehatan prima sehingga saya tidak pernah punya kesempatan minum sedikit pun. Saya jadi cemburu dengan kakak saya dan diam-diam memutuskan akan sengaja sakit agar saya bisa menikmati sup ikan. Saya berusaha keras agar dapat sakit, tapi sakit yang paling parah saya derita adalah hidung meler. Setelah lama mencoba, saya akhirnya menderita sakit flu yang cukup buruk sehingga diberi sup ikan. Nenek mendidihkan semangkuk sup ikan yang terlihat sangat lezat, harum, dan beruap. Namun, begitu saya mencium sup itu, saya mulai muntah. Kakak melihat saya dan berkata, "Jika kamu benar-benar tidak bisa meminumnya, biar kakak bantu." Saya tidak mau menyerah, karena saya sakit demi ini. Maka saya coba sebaik-baiknya untuk duduk dan minum sup. Tapi ketika mencium lagi bau sup ikan, rasa mual itu kembali datang. Saya benar-benar tidak dapat meminumnya. Saya harus menyerah dan melihat kakak meminum sup itu dengan lahap. Ketika ibu saya, yang seorang dokter, pulang hari itu, saya bertanya padanya, "Jenis flu apa yang membuat orang kehilangan nafsu makan dan jenis flu apa yang tidak seperti itu? Bagaimana bisa kakak makan dan minum seperti biasa ketika ia sakit, tapi saya tidak ingin makan dan minum apapun ketika saya sakit?" Ibu menatap saya dan segera tahu apa yang telah saya lakukan. Ibu berkata, "Karena kamu sengaja sakit, kamu diserang flu Feng-Han (menurut ilmu pengobatan Tiongkok, ada dua jenis flu, Feng-Re atau flu Angin-Panas dan Feng-Han atau flu Angin-Dingin), yang mengganggu perutmu, membuat tubuhmu sakit dan membuatmu kehilangan nafsu makan. Minum banyak air hangat dan kamu akan sembuh setelah cukup istirahat." Nada ibu sangat lembut. Tapi saya masih berpikir bahwa saya tidak diperlakukan dengan sangat wajar. Bagaimana bisa keluarga saya memberikan sup ikan kepada anak-anak mereka yang sakit sementara kadang-kadang sup itu tidak baik bagi mereka? Setelah saya sembuh dari flu, saya menemukan bahwa betapa ibu merasa iba dengan saya dan lebih sering menaruh sup ikan di meja makan. Tapi setiap kali saya menghirup sup itu, saya teringat apa yang saya lakukan sebelumnya. Hal itu memberikan saya satu pelajaran mendalam: semakin orang menginginkan sesuatu, kemungkinan ia mendapatkannya akan semakin kecil. [Widya Wong, Pontianak] |
You are subscribed to email updates from tionghoanews.com To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |